http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/04/28/03422580/ri-iran.bisa.berperan.satukan.dunia.islam
BILATERAL RI-Iran Bisa Berperan Satukan Dunia Islam Rabu, 28 April 2010 | 03:42 WIB Jakarta, Kompas - Meskipun secara formal hubungan Indonesia dengan Iran berumur 60 tahun, hubungan di antara kedua bangsa ini telah mengakar dalam sejak berabad-abad lalu. Sebagai negara Muslim yang besar, Indonesia dan Iran bisa berperan lebih kuat dalam menyatukan dunia Islam. Harapan dan pandangan tersebut disampaikan mantan Menteri Luar Negeri Iran yang kini menjabat sebagai Penasihat Pemimpin Tertinggi Iran bidang Hubungan Luar Negeri Prof Dr Ali Akbar Velayati ketika berpidato pada pembukaan seminar Hubungan Sejarah dan Kebudayaan Indonesia-Iran, Selasa (27/4) di Jakarta. Pandangan yang sama juga disampaikan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Irman Gusman yang membuka seminar yang berlangsung dua hari. ”Kita berharap hubungan kedua negara menjadi makin kuat, tidak saja untuk kepentingan pragmatis kedua negara, melainkan diperkuat oleh visi bersama untuk menciptakan tata dunia baru yang lebih adil,” paparnya. Irman mengharapkan Pemerintah Indonesia lebih aktif lagi memanfaatkan potensi Iran yang besar, yang justru sudah banyak dimanfaatkan negara-negara lain. ”Kita sudah mempunyai lima MoU (nota kesepahaman), antara lain pembangunan kilang minyak dan pembuatan pabrik pupuk, bagaimana realisasinya? Pemerintah harus menindaklanjuti ini, termasuk tawaran kerja sama Telkom,” paparnya. Ketua DPD RI menegaskan, walaupun di bidang politik saat ini Iran mendapat tekanan dari negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, hal itu jangan menjadi penghambat untuk meningkatkan hubungan ekonomi Indonesia-Iran ”Kita kan negara yang berdaulat. Jangan ada kekhawatiran dari siapa pun untuk melakukan kerja sama ekonomi, khususnya investasi. Kalau menguntungkan Indonesia, ya jalan saja,” ujarnya. Hubungan kebudayaan Baik Velayati maupun Irman menguraikan, hubungan Indonesia-Iran telah berakar sejak penyebaran agama Islam di Indonesia oleh para pedagang dan ulama Iran. ”Jika dilihat dari segi bahasa, kita akan temukan lebih dari 300 kata-kata Persia telah diserap ke dalam bahasa Indonesia. Itu menunjukkan berakar dalamnya hubungan kebudayaan kedua bangsa,” ungkap Velayati. Irman menguraikan, hubungan masyarakat kedua negara sudah ada sejak ratusan tahun lalu. Menurut catatan sejarah, interaksi itu sudah terjalin sejak abad ke-7 Masehi pada masa kerajaan Sriwijaya. Kekuasaan Persia dan Sriwijaya terhubung dalam kerja sama perdagangan. ”Hubungan politis pun dilakukan dengan adanya Islamisasi pada abad ke-13 Masehi, dengan adanya kerajaan Samudera Pasai yang menjadi kerajaan Islam pertama di Nusantara, bahkan di Asia Tenggara,” jelas Irman. Velayati mengungkapkan, setelah kemenangan revolusi Islam di Iran, penguatan hubungan antara Iran dan negara-negara Muslim telah menjadi prioritas utama, dan hal itu dilakukan dengan terus meningkatkan hubungan bilateral. (OKI) [Non-text portions of this message have been removed]