http://www.gatra.com/artikel.php?id=137429

Mengoreksi Sejarah Masuknya Islam


Sejarah baru itu terkuak dari perairan Cirebon. Jejak-jejaknya ditemukan pada 
sekumpulan harta karun di kedalaman 50 meter lebih dari permukaan laut. Benda 
berharga itu mengisi perut kapal perdagangan yang tenggelam ribuan tahun silam 
di 60 mil utara Cirebon. Ribuan artefak berupa keramik, emas, perak, dan rubi 
itu telah diangkat PT Paradigma Putera Sejahtera (PPS) dan akan dilelang awal 
Mei.

Peninggalan sejarah dari dasar laut itu menyimpan misteri besar. Dari 
sekumpulan benda berharga itu, ditemukan bukti otentik yang bakal mengubah 
informasi sejarah penyebaran Islam ke seluruh dunia. Kurt Tauchmann, profesor 
emeritus di Departemen Antropologi Universitas Cologne, Jerman, mengaku telah 
melihat langsung bukti sejarah itu.

Tauchmann menemukan cetakan untuk reproduksi teks kitab suci Al-Quran SURA 
XII-16 di dalam naskah Naskhi (Uthman). Reproduksi teks itu kelihatannya 
menggunakan debu emas sebagai bahan untuk mencetak tulisan. Hasil cetakan lalu 
dipakai sebagai jimat. Ada pula sejumlah tasbih dengan aneka ragam manik-manik, 
yang juga bertuliskan teks Arab seperti yang tertulis di cetakan.

"Itu semua menghadirkan bukti sejarah Islam yang paling awal di dalam wilayah 
Indonesia," ungkap Tauchmann, saat proses pengangkatan BMKT (benda muatan kapal 
tenggelam) di perairan Cirebon. Lebih jauh, muatan kapal yang tenggelam di abad 
ke-10 itu membuka berbagai kemungkinan rekonstruksi ilmiah tentang perubahan 
bentuk sosial dan ekonomi sepanjang milenium pertama. Bukti sejarah itu, 
menurut Tauchmann, mengindikasikan kehadiran orang Iran dan keturunan Arab yang 
asli.

Demikian juga hadirnya komunitas beragama Buddha dapat dikenali dari pelat 
kecil yang terukir teks empat baris pada masing-masing sisi di dalam scripture 
Pali dan kerang-kerangan diukir untuk membawa air kudus dalam upacara agama 
Buddha. Ada pula beberapa objek religius agama Hindu, yang merupakan gambaran 
simbolis pemujaan Dewa Siwa.

Horst Hubertus Liebner, arkeolog asal Jerman yang ikut meriset temuan laut 
Cirebon, sepakat dengan Tauchmann bahwa BMKT yang diangkat PT PPS itu merupakan 
temuan terbesar sepanjang sejarah. Horst menilai, benda-benda yang ditemukan di 
kapal itu bakal mengungkap sejarah baru, terutama dalam penyebaran Islam di 
dunia.

Kapal Cirebon diperkirakan karam pada tahun 960-990. "Kapal yang memuat orang 
dari semua agama itu berteknologi dowel-and-lashed-lug yang menjadi ciri kapal 
Nusantara," ungkapnya. Bukti adanya kaca di perut kapal bisa dihubungkan dengan 
adanya pedagang Arab dan Persia, yang saat itu tidak lagi berdagang langsung ke 
Cina. "Mereka bermarkas di sekitar Sriwijaya. Sebab, menurut catatan 
orang-orang Cina, pada saat itu di sekitar Kepulauan Riau terdapat gudang besar 
perdagangan yang dimiliki orang Arab dan Persia," Horst memaparkan.

Ini jelas erat hubungannya dengan penyebaran Islam. Menurut Horst, pada era 
itu, pedagang Arab dan Persia banyak yang dibunuh dan diusir dari wilayah 
Kanton, Cina. Lantas para pemeluk Islam itu lari ke Sriwijaya dan Melayu, dan 
kemungkinan menyebarkan agama di sana. "Mereka memperluas ajarannya hingga ke 
Jawa dengan menumpang kapal-kapal dagang, yang salah satunya karam di Cirebon 
itu," kata Horst.

Buktinya, ada cetakan teks Arab di dalam kapal karam Cirebon itu. Horst 
mengamati secara detail teks yang tertulis. Salah satunya berbunyi "Al-Malik 
Allah", "Al-Wahid", dan "Al-Halala" (salah satu huruf tidak terlihat dengan 
jelas). "Tulisan itu menunjukkan adanya tarekat yang sangat spesifik," 
ungkapnya. Hanya orang-orang tertentu yang menganut tarekat tersebut. Tulisan 
serupa juga ada di manik-manik tasbih.

Horst menilai, semua artefak bernuansa religius itu menjadi bukti tertua 
masuknya Islam ke wilayah Nusantara. Bisa jadi, bila penelitian berlanjut, maka 
bukti tersebut bakal mementahkan cacatan sejarah kedatangan Islam di Tanah Air. 
Selama ini, para ilmuwan memercayai bahwa masuknya Islam ke Indonesia dimulai 
pada 1250 Masehi lewat pintu Samudra Pasai. "Bukti dari Cirebon itu akan 
mengoreksi waktu kedatangan Islam hingga 300 tahun ke belakang," katanya.

Heru Pamuji
[Ekonomi, Gatra Nomor 26 Beredar Kamis, 6 Mei 2010] 

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke