Menurut polisi: Kelompok "teroris"
berencana menyerang upacara Proklamasi Kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus di
Istana Merdeka, membunuh Presiden SBY, dan membunuh Presiden AS Barack Obama,
ketika ia datang ke Indonesia pertengahan Juni 2010. 

Sungguh skenario teroris yang dahsyat, spektakuler,
luar biasa. Cuma tinggal satu teori yang belum disebut polisi: Jangan-jangan
semua "teroris" ini didanai
dan di back-up oleh Susno Duadji! 

Mungkin benar kata seorang milister. Berita
terorisme itu dampaknya seperti obat antibiotik. Pertama didengar publik,
dampaknya besar, menggemparkan. Kedua kali, mulai dirasa biasa-biasa saja.
Ketiga kali, publik mulai imun (kebal), tidak terpengaruh. Keempat kali dst,
publik makin skeptis dan tidak percaya. Bahkan curiga dengan penggerebekan
terorisme, persis di saat Susno Duadji selaku “whistle blower” sedang
bernyanyi, membongkar praktik korupsi dan penyalahgunaan jabatan di lingkungan
petinggi Polri.

Para pakar public relations, yang menggarap media
planning bagi pemberitaan tentang terorisme harus sadar akan hal ini, dan 
seharusnya
mengubah strategi. Jangan-jangan publik sekarang lebih percaya pada omongan
Susno Duadji tentang korupsi, ketimbang pernyataan Kapolri tentang terorisme?




Satrio Arismunandar

 



  






      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke