From: Tomi Satryatomo <wisa...@gmail.com>
Date: Monday, May 31, 2010, 12:45 PM

Assalamu'alaykum warahmatulLahi wabarakatuhu,

Salah satu dari 12 orang Indonesia yang ada di armada Freedom Flotilla adalah 
Santi Soekanto. Ia mantan wartawati harian the Jakarta Post, sempat menjadi 
konsultan media bagi WHO Jakarta, kemudian memutuskan menjadi ibu rumah tangga 
sepenuhnya. Suaminya, Wisnu Pramudya, juga ada di atas kapal. Wisnu juga 
wartawan, sempat memimpin majalah Hidayatullah.


Kemarin, Santi mengirim email ini pada saya. Isinya menyentuh. Saya teruskan 
pada kawan-kawan, semoga juga bisa bermanfaat. Silakan teruskan pada 
kawan-kawan lain.

Sampai saat mengirim email ini, saya belum tahu kabar mereka dan 10 
orang Indonesia lain (selain Santi dan Wisnu, ada juga M. Yasin/ TV One, Surya 
Fachrizal/ majalah Hidayatullah, Ferry Nur/ Komite Indonesia untuk Solidaritas 
Palestina, tiga orang dari MER-C, sisanya saya belum tahu).



Mohon terus doakan mereka.

Salam,
-- 
Tomi Satryatomo
skype: tomi.satryatomo

http://wisat.smugmug.com
http://www.trekearth.com/members/wisat/photos/

http://www.jpgmag.com/people/wisat

"We shall build good ship here,
at a profit if we can,
at a loss if we must,
but... always a good ship."






From: Santi Soekanto 


Sent: Sunday, May 30, 2010 8:47 AM

To: Tomi Satryatomo; Tomi Satryatomo

Subject: Just sharıng - Gaza Tidak Membutuhkanmu

 

Gaza
Tidak
Membutuhkanmu!

 

Di atas M/S
Mavi Marmara, di Laut Tengah, 180 mil dari Pantai Gaza.

Sudah lebih dari
24 jam berlalu sejak kapal ini berhenti bergerak karena sejumlah alasan,
terutama menanti datangnya sebuah lagi kapal dari Irlandia dan datangnya
sejumlah anggota parlemen beberapa negara Eropa yang akan ikut dalam kafilah
Freedom Flotilla menuju Gaza. Kami masih menanti, masih tidak pasti, sementara
berita berbagai ancaman Israel berseliweran. 

Ada banyak cara
untuk melewatkan waktu – banyak di antara kami yang membaca Al-Quran, berzikir
atau membaca. Ada yang sibuk mengadakan halaqah. Beyza Akturk dari Turki
mengadakan kelas kursus bahasa Arab untuk peserta Muslimah Turki. Senan
Mohammed dari Kuwait mengundang seorang ahli hadist, Dr Usama Al-Kandari, untuk
memberikan kelas Hadits Arbain an-Nawawiyah secara singkat dan berjanji bahwa
para peserta akan mendapat sertifikat. 

Wartawan sibuk
sendiri, para aktivis – terutama veteran perjalanan-perjalanan ke Gaza
sebelumnya – mondar-mandir; ada yang petantang-petenteng memasuki ruang media
sambil menyatakan bahwa dia “tangan kanan” seorang politisi Inggris yang pernah
menjadi motor salah satu konvoi ke Gaza.

 

Activism

Ada begitu
banyak activism, heroism…Bahkan ada seorang peserta kafilah
yangmengenakan T-Shirt yang di bagian dadanya bertuliskan “Heroes of Islam”
alias “Para Pahlawan Islam.” Di sinilah terasa sungguh betapa pentingnya
menjaga integritas niat agar selalu lurus karena Allah Ta’ala. 

Yang wartawan
sering merasa hebat dan powerful karena mendapat perlakuan khusus berupa
akses komunikasi dengan dunia luar sementara para peserta lain tidak. Yang
berposisi penting di negeri asal, misalnya anggota parlemen atau pengusaha,
mungkin merasa diri penting karena sumbangan material yang besar terhadap Gaza.


Kalau dibiarkan
riya’ akan menyelusup, na’udzubillahi min dzaalik, dan semua kerja keras
ini bukan saja akan kehilangan makna bagaikan buih air laut yang terhempas ke
pantai, tapi bahkan menjadi lebih hina karena menjadi sumber amarah Allah
Ta’ala.

 

Mengerem

Dari waktu ke
waktu, ketika kesibukan dan kegelisahan memikirkan pekejaan menyita kesempatan
untuk duduk merenung dan tafakkur, sungguh perlu bagiku untuk mengerem dan
mengingatkan diri sendiri. Apa yang kau lakukan Santi? Untuk apa kau lakukan
ini Santi? Tidakkah seharusnya kau berlindung kepada Allah dari
ketidak-ikhlasan dan riya’? Kau pernah berada dalam situasi ketika orang
menganggapmu berharga, ucapanmu patut didengar, hanya karena posisimu di sebuah
penerbitan? And where did that lead you? Had that situation led you to
Allah, to Allah’s blessing and pleasure, or had all those times brought you
Allah’s anger and displeasure?

Kalau hanya
sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah,
sungguh banyak orang yang jauh lebih layak dihargai oleh seisi dunia di 
sini. Mulai dari Presiden IHH Fahmi Bulent Yildirim sampai seorang Muslimah
muda pendiam dan shalihah yang tidak banyak berbicara selain sibuk membantu
agar kawan-kawannya mendapat sarapan, makan siang dan malam pada waktunya… Dari
para ‘ulama terkemuka di atas kapal ini, sampai beberapa pria ikhlas yang tanpa
banyak bicara sibuk membersihkan bekas puntung rokok sejumlah perokok ndableg.

Kalau 
hanya sekedar penghargaan manusia yang kubutuhkan di sini, Subhanallah, di
tempat ini juga ada orang-orang terkenal yang petantang-petenteng karena
ketenaran mereka. 

Semua berteriak,
“Untuk Gaza!” namun siapakah di antara mereka yang teriakannya memenangkan
ridha Allah? Hanya Allah yang tahu.

 

Gaza Tak
Butuh Aku

Dari waktu ke
waktu, aku perlu memperingatkan diriku bahwa Al-Quds tidak membutuhkan aku.
Gaza tidak membutuhkan aku. Palestina tidak membutuhkan aku.

Masjidil Aqsha
milik Allah dan hanya membutuhkan pertolongan Allah. Gaza hanya butuh Allah.
Palestina hanya membutuhkan Allah. Bila Allah mau, sungguh mudah bagiNya untuk
saat ini juga, detik ini juga, membebaskan Masjidil Aqsha. Membebaskan Gaza dan
seluruh Palestina.

Akulah yang
butuh berada di sini, suamiku Dzikrullah-lah yang butuh berada di sini karena
kami ingin Allah memasukkan nama kami ke dalam daftar hamba-hambaNya yang
bergerak – betapa pun sedikitnya – menolong agamaNya. Menolong membebaskan
Al-Quds. 

Sungguh mudah
menjeritkan slogan-slogan, Bir ruh, bid dam, nafdika ya Aqsha… Bir
ruh bid dam, nafdika ya Gaza!

Namun sungguh
sulit memelihara kesamaan antara seruan lisan dengan seruan hati.

 

Cara Allah
Mengingatkan 

Aku berusaha
mengingatkan diriku selalu. Namun Allah selalu punya cara terbaik untuk
mengingatkan aku. 

Pagi ini aku ke
kamar mandi untuk membersihkan diri sekedarnya – karena tak mungkin mandi di
tempat dengan air terbatas seperti ini, betapa pun gerah dan bau asemnya
tubuhku. 

Begitu masuk ke
salah satu bilik, ternyata toilet jongkok yang dioperasikan dengan sistem
vacuum seperti di pesawat itu dalam keadaan mampheeeeet karena ada dua
potongan kuning coklaaat…menyumbat lubangnya! Apa yang harus kulakukan? Masih
ada satu bilik dengan toilet yang berfungsi, namun kalau kulakukan itu,
alangkah tak bertanggung-jawabnya aku rasanya? Kalau aku mengajarkan kepada
anak-anak bahwa apa pun yang kita lakukan untuk membantu mereka yang fii 
sabilillah akan dihitung sebagai
amal fii sabilillah,
maka bukankah sekarang waktunya aku melaksanakan apa yang kuceramahkan?

Entah berapa
kali kutekan tombol flush, tak berhasil. Kotoran itu ndableg bertahan di
situ. Kukosongkan sebuah keranjang sampah dan kuisi dengan  air sebanyak
mungkin – sesuatu yang sebenarnya terlarang karena semua peserta kafilah sudah
diperingatkan untuk menghemat air – lalu kusiramkan ke toilet.

Masih ndableg.

Kucoba lagi
menyiram…

Masih ndableg.

Tidak ada cara
lain. Aku harus menggunakan tanganku sendiri…

Kubungkus
tanganku dengan tas plastik. Kupencet sekali lagi tombol flush. Sambil
sedikit melengos dan menahan nafas, kudorong tangan kiriku ke lubang toilet…

Blus! 

Si kotoran ndableg
itu pun hilang disedot pipa entah kemana…

Lebih dari 10
menit kemudian kupakai untuk membersihkan diriku sebaik mungkin sebelum kembali
ke ruang perempuan, namun tetap saja aku merasa tak bersih. Bukan di badan,
mungkin, tapi di pikiranku, di jiwaku. 

Ada peringatan
Allah di dalam kejadian tadi – agar aku berendah-hati, agar aku ingat bahwa
sehebat dan sepenting apa pun tampaknya tugas dan pekerjaanku, bila kulakukan
tanpa keikhlasan, maka tak ada artinya atau bahkan lebih hina daripada
mendorong kotoran ndableg tadi. 

Allahumaj’alni
minat tawwabiin…

Allahumaj’alni
minal mutatahirin…

Allahumaj’alni
min ibadikas-salihin…

 

29 Mei 2010,
22:20

Santi
Soekanto

Ibu rumah
tangga dan wartawan yang ikut dalam kafilah Freedom Flotilla to Gaza Mei 2010.







      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke