Gara-gara ulah Israel, yang pasukannya menewaskan belasan aktivis kemanusiaan 
yang sedang berjuang menembus blokade ke Gaza, Presiden Barack Obama tampaknya 
akan batal lagi berkunjung ke Indonesia.

Tindakan brutal Israel jelas akan menimbulkan kecaman internasional, dan sangat 
mungkin demo-demo anti Israel di Indonesia (plus demo anti-pemerintah AS, yang 
dianggap selalu membela Israel dengan mengorbankan kepentingan rakyat 
Palestina). Rakyat Palestina di Gaza kini menderita karena diblokade total oleh 
Israel, yang menghambat masuknya barang-barang kebutuhan pokok.

Secara jujur harus dikatakan, Obama sebetulnya bukannya tidak berbuat apa-apa 
untuk perdamaian Israel-Palestina. Tekanannya pada PM Israel Netanyahu untuk 
membekukan permukiman Yahudi ilegal di daerah pendudukan, mengindikasikan Obama 
cukup serius. 

Obama juga mencanangkan dunia dan Timur Tengah tanpa senjata nuklir, yang 
meskipun diarahkan ke Iran, pada akhirnya juga akan mengarah ke Israel, yang 
diyakini sudah memiliki sekitar 200 hululedak nuklir (Israel saat ini adalah 
satu-satunya negara Timur Tengah pemilik senjata nuklir).

Namun, Obama sedang sangat membutuhkan dukungan AIPAC (American Israel Public 
Affairs Committee) dan lobby Yahudi di Amerika, ketika posisi Obama dan Partai 
Demokrat sedang terdesak menghadapi kubu Partai Republik. Jika gagal meraih 
dukungan, posisi kubu Demokrat akan runtuh dan banyak program Obama akan 
dimentahkan di Kongres. 

Dukungan ini amat dibutuhkan terutama pada bulan-bulan menjelang November 2010. 
Pada November 2010, akan ada sejumlah pemilu untuk memilih para anggota Kongres 
di AS. Seluruh kursi di DPR AS dan 34 kursi Senat akan diperebutkan. Skenario 
terburuk adalah jika Partai Demokrat kehilangan suara mayoritas di Kongres. 
Sudah sangat beruntung, jika perolehan kursi Demokrat cuma merosot (tetapi 
masih menguasai mayoritas). 

Pertanyaannya, beranikah Obama memberi kecaman keras, atau memberi sanksi pada 
Israel atas tindakan brutal pemerintah Netanyahu sekarang? Padahal, beberapa 
bulan mendatang Obama harus meminta dukungan lobby Yahudi untuk kubu Demokrat 
di dalam negeri AS. Dengan menyesal harus saya katakan: kemungkinan Obama 
mengambil tindakan tegas dan drastis terhadap Israel saat ini, tampaknya 
"sangat kecil."

Terlepas dari soal Obama dengan urusan dalam negerinya, tindakan brutal Israel 
pastilah akan menimbulkan reaksi keras di Indonesia terhadap Israel (plus AS). 
Jika Obama berani datang ke Indonesia bulan Juni 2010 ini, sangat mungkin dia 
akan disambut dengan demo-demo yang mempermalukan posisi AS. 

Jadi mimpi Obama untuk bersama keluarganya menikmati "nostalgia" makan bakso 
atau nasi goreng di Jakarta, tampaknya sulit diwujudkan. Pihak Security AS 
pastinya juga akan menyarankan, untuk "sekali lagi" (atau lebih tepat: 
"beberapa kali lagi"?) menunda atau membatalkan kunjunganya ke Indonesia. 

Obama tidak takut pada "teroris," karena para "teroris" itu sudah dihabisi oleh 
Densus 88 yang dana dan persenjataannya dipasok AS. Obama lebih takut pada 
demonstran anti-AS. 

Jika Obama tidak jadi datang, Presiden SBY pastilah kecewa karena sekali lagi 
gagal mendatangkan Obama, yang kedatangannya bisa dimanfaatkan untuk 
pencanangan berbagai program "kerjasama strategis" RI-AS.
 
Tetapi juga ada rasa lega, karena SBY sebenarnya tidak berani mengambil risiko 
keamanan, atau mencegah kemungkinan Obama dipermalukan oleh warga RI, ketika 
sedang dalam kunjungan ke Indonesia.



Satrio Arismunandar 
Executive ProducerNews Division, Trans TV, Lantai 3
Jl. Kapten P. Tendean Kav. 12 - 14 A, Jakarta 12790 
Phone: 7917-7000, 7918-4544 ext. 3542,  Fax: 79184558, 
79184627 http://satrioarismunandar6.blogspot.comhttp://satrioarismunandar.multiply.com   Verba
 volant scripta manent...(yang terucap akan lenyap, yang tertulis akan abadi...)

============================================================







 



  


    
      
      
      



Utang 

Sri ke AS 
Dikaitkan Utang Rp 7,5 Triliun
Minggu, 
30 Mei 2010 | 17:03 WIB

 

KOMPAS 
IMAGES/DHONI SETIAWAN 
Sri Mulyani Indrawati 



TERKAIT:


  Kejaksaan Tak Akan 'Sentuh' Boed dan SMI 
  Sri Mulyani Tinggalkan Jakarta 
  Kejagung Toleransi Praktik Mafia Hukum 
  ICW: Usut Pembangunan Gedung DPR 
  ICW: KPK Terpaksa karena Tak Didukung 

JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia 
Corruption Watch (ICW) meyakini, penunjukan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani 
Indrawati sebagai Direktur Pelaksana Bank Dunia di Amerika Serikat karena 
Indonesia sebagai salah satu negara pengutang terbesar.

"Ternyata bukan 
karena murni prestasinya Jeng Sri, tapi karena prestasi negara kita yang mau 
berutang ke Bank Dunia," kata Koordinator ICW, J Danang Widoyoko, dalam 
keterangan persnya soal "Tolak Utang Untuk Perubahan Iklim" di kantor ICW, 
Kalibata, Jakarta, Minggu (30/5/2010).

ICW bersama Wahana Lingkungan 
Hidup Indonesia (Walhi) dan INFID merilis temuannya soal perjanjian penambahan 
utang sebesar 800 juta dollar AS atau sekitar Rp 7,5 triliun yang disepakati 
pada 25 Mei 2010 untuk biaya menanggulangi dampak perubahan iklim.

Dia 
menjelaskan, utang Pemerintah Indonesia tersebut dilakukan terhadap Bank Dunia, 
Japan International Cooperation Agency, dan Agence Francaise de 
Development.

Untuk mendanai penanggulangan dampak perubahan iklim itu, 
sejak tahun 2008, pemerintah sudah berutang Rp 18 triliun.

Danang 
menilai, keberadaan Sri Mulyani di Bank Dunia tak ubahnya menjadi sapi perahan 
Bank Dunia. "Keberadaan Sri Mulyani untuk menghidupi kantor Bank Dunia di 
Indonesia. Bank Dunia di Indonesia bisa berjalan karena utang pemerintah kita 
ke 
mereka," sebut Danang.

Tindakan itu pun dinilai oleh Walhi sebagai bentuk 
kesetiaan pemerintah kepada bankir-bankir di luar negeri. "Betapa besarnya 
loyalitas kita kepada World Bank dibanding kepada masyarakatnya sendiri yang 
telah membayar pajak," sindir Manager Kampanye Walhi, Teguh Surya. 
(Samuel Febriyanto)


    
     

    
    __.

 



  






      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke