http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?ses=&id=255
05 Juni 2010 11:42:31 Pengakuan Terhadap Non Papua Jadi Warga Asli Papua Dipending DR. G. J Adicondro : Warna Kulit Bukan Jaminan Dedikasi Hati JAYAPURA-Orang Papua Asli Adalah rumpun Melanesia yang terdiri dari suku-suku asli Papua. Demikian ungkap Ketua Majelis Rakyat Papua (MRP) Agus Alua saat ditanya Cenderawasih Pos soal kesimpulan seminar sehari dalam rangka mengkritisi, memberi bobot terhadap kriteria-kriteria dan rumusan tentang siapa itu Orang Asli Papua di Auditorium Universitas Cenderawasih (Uncen), Jumat (4/6). Menurut Agus Alua , sesuai Pasal 1 huruf T Undang-Undang Otsus Tahun 2001, pengakuan terhadap orang yang bukan Papua menjadi orang asli, dipending sementara, hingga clear soal siapa itu orang asli Papua."Lanjutan pasal tadi, dan atau orang-orang yang diterima menjadi orang asli Papua, itu kita tunda dulu. Bukan membatasi, tetapi hal itu kita bicarakan nanti sampai masalah ini selesai, karena Otsus ada sebab masalah kekhususan," tegasnya. Pendapat Agus Alua soal siapa orang asli Papua diarahkannya juga pada soal situasi politik yang berkembang saat ini, termasuk pada pemilihan kepala daerah yang hingga kini belum ada kejelasan kapan akan di laksanakan. "Pemerintah tidak bisa intervensi KPU, karena masalah pemilihan itu urusan independen," tegasnya. Namun pihaknya meminta, hendaknya KPU melihat situasi yang ada. "Jika benar KPU menghormati hak-hak asli orang Papua, saya yakin KPU akan menunggu hingga PP soal SK 14 itu ada. Namun jika KPU tetap kukuh untuk melanjutkan proses yang ada, tidak menutup kemungkinan masayarakat yang bertindak," tandasnya. Selain Ketua MRP, Penulis buku kontroversial "Membongkar Gurita Cikeas" DR. G. J Adicondro juga turut hadir sebagai pemateri, termasuk Pdt. Dr. Benny Giay. Tampak ratusan mahasiswa dan sejumlah LSM yang hadir dalam seminar begitu antusias mendengar paparan dan pendapat dari para pemateri itu. Dalam pemaparannya, DR. G. J Adicondro, menyimpulkan, sudah saatnya orang Papua jangan bersikap naif, karena menurutnya tidak ada jaminan bahwasanya jika orang Papua yang memimpin akan memberikan implikasi positif pada pembangunan di Papua. "Warna kulit bukan jaminan dedikasi hati," tegasnya. Kenyataan yang terjadi di mana-mana di bumi ini adalah, tiap-tiap kekuasaan cenderung disalahgunakan, apalagi jika kekuasan tanpa pengawasan, pasti akan disalahgunakan. Jadi menurut DR. G. J Adicondro, menjadi pemimpin khususnya di Papua, jangan cuma berbicara soal kualitas pemimpinnya itu, tetapi juga bagaimana menciptakan pengawasan terhadap berjalannya kekuasaan yang ada. "Sudah saatnya, orang Papua mampu mengkritik orang Papua yang juga melakukan kesalahan," ungkapnya. Karena menurut dirinya, jangan menilai seseorang dari warna kulit. "Kalau orang lain rasis, jangan kita turut rasis" tandasnya. Sedang Pdt. Dr. Benny Giay, mengatakan, masyarakat Papua harus mulai mempelajari sejarahnya sendiri sebab akan memberi pengetahuan tentang siapa itu orang Papua. Selain itu, orang Papua juga harus mempelajari sejarah Indonesia. "Dengan mulai mempelajari sejarah yang ada, maka dari tahap itulah orang Papua akan sadar dan paham siapa sebenarnya yang dikatakan orang Papua asli itu," tegasnya. (rik/fud) (scorpions) [Non-text portions of this message have been removed]