Air Mata Yang Mengalir

By: agussyafii

Disaat masalah menghampiri dalam hidup, kita simpan dan membesar, kita menjadi 
butuh teman untuk membantu kita, untuk mendengarkan, menghibur, mendoakan dan 
juga mendorong agar kita menjadi kuat. Paling tidak, hadir sebagai teman dalam 
kesendirian. Itulah yang terjadi di Rumah Amalia. Rumah harapan bagi anak-anak 
Amalia.

Rumah Amalia hadir menjadi 'tempat berbagi' berbagi dalam suka dan duka, 
berbagi kebahagiaan dan penderitaan bagi siapapun yang telah mengalirkan air 
mata. Ahad pagi di Rumah Amalia ditengah ramai anak-anak Amalia dengan 
aktifitasnya, kami kedatangan seorang tamu, seorang gadis cantik yang berkenan 
'curhat', telah lama menyimpannya sampai hidupnya menjadi tertekan dia bertutur.

Dirinya dibesarkan oleh sang nenek, ayah dan ibu sudah lama meninggal dunia. 
Dari kecil neneknye selalu menanamkan nilai-nilai agama, belajar mengaji, 
sholat dan puasa. Disekolah dirinya terbilang cerdas, dari SD sampai SMA selalu 
renking 3 besar disekolahnya. Sekalipun tidak bisa melanjutkan keperguruan 
tinggi, dia bersyukur selepas lulus SMA bisa melanjutkan dengan kursus akutansi 
sampai bisa bekerja di Jakarta. Kebahagiaan tiada tara karena bekerja di kantor 
yang tinggi menjulang merupakan impiannya sewaktu kecil.

Sampai kemudian ada seorang pria ganteng, teman sekantornya yang menyatakan 
cinta pada dirinya. 'Seumur hidup saya baru kali itu Mas Agus ditaksir ama 
cowok,' ucapnya tersipu malu. Namun karena kehidupan kota Jakarta yang 
menjauhkan dirinya iman, terjatuh dalam pergaulan tanpa norma. Dirinya 
terjerumus pergaulan bebas, dia tidak mampu menolak rayuan sang cowok. Semua 
itu baru disadarinya setelah merasakan tubuhnya yang terasa berbeda. Tubuhnya 
terasa lemas. Hilang sudah impian dan harapan. Hampir saja mengakhiri hidupnya. 
'Menangis saya seharian Mas Agus,' ucapnya. Matanya memerah, air matanya 
mengalir begitu saja tanpa disadarinya. Cowok itu menghilang tanpa jejak, tidak 
betanggungjawab atas perbuatannya.

Ditengah kegalauan dan penuh linangan air mata, dirinya memutar radio, 'Saat 
saya memutar radio, saya mendengarkan Radio Bahana Jakarta. Malam itu saya 
mendengar Mas Agus menjelaskan bahwa 'Ketaqwaan kepada Allah menyelamatkan 
Hidup Kita' Rasanya penjelasan itu menenteramkan hati saya Mas Agus.' jelasnya. 
Maka hari Ahad pagi dirinya memutuskan ke Rumah Amalia.

Saya kemudian menjelaskan padanya bahwa sekotor apapun perbuatan kita bila kita 
bertaubat dan memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala maka Allah akan 
mengampuni dosa-dosa kita karena yakinlah Allah senantiasa memiliki rencana 
yang indah untuk hidup kita agar kita semakin mendekatkan diri padaNya. 
Mendengar apa yang saya jelaskan padanya, terdengar isak dan tangisnya. 
'Subhanallah, Maha Suci Allah, Semoga Allah berkenan mengampuni saya ya Mas,' 
ucapnya lirih.

Sampai beberapa hari kemudian saya mendapatkan email darinya yang mengabarkan 
sudah memutuskan pulang kampung untuk melahirkan dan membesarkan sang buah 
hatinya bersama sang nenek, neneknya menyambutnya dengan tangan terbuka. 'Semua 
perbuatan yang saya lakukan menyadarkan apa yang saya lakukan salah karena jauh 
dari Allah, air mata saya yang mengalir adalah air mata kebahagiaan memohon 
ampun kepada Allah. Terima kasih Mas Agus atas dukungan dan doanya.' Tuturnya 
dipenghujung email.  Tanpa terasa air mata menetes membaca emailnya. Merasakan 
betapa berat beban yang ditanggungnya. 'Ya Allah, Ampunilah dosa-dosa kami.'

--
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga padahal belum nyata bagi Allah 
orang-orang yang berjihad diantaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.' 
(QS ali-Imran : 142).

Wassalam,
agussyafii
--- 
Yuk hadir atau menjadi relawan pada kegiatan 'Aksi Sosial Amalia (ASA)', 
bazaar, perlombaan anak2, santunan di Rumah Amalia, Jl. Subagyo IV Blok ii, No. 
23 Komplek Peruri, Ciledug. pada hari Ahad, tanggal 25 Juli 2010. Kirimkan 
dukungan dan partisipasi anda di http://www.facebook.com/agussyafii3, atau 
http://agussyafii.blogspot.com/, http://www.twitter.com/agussyafii atau sms di 
087 8777 12 431.


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to