Refleksi : Kalau dimaksudkan dengan "bekualitas ekspor" adalah istimewa atau 
sangat baik, lantas yang tidak berkualitas ekspor artinya buruk? Kasihan yang 
tidak bisa beli gula berkualitas ekspor.

http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=18563

2010-06-03 
Gula Kelapa Berkualitas Ekspor


sp/ari supriyanti rikin


Warsian (kiri), perajin gula aren di Desa Talagening, Bobotsari, Purbalingga, 
Jawa Tengah, sedang mengemas gula aren hasil olahan teknologi tepat guna.

Gula nira atau banyak orang yang sering menyebutnya gula aren atau gula jawa, 
selama ini hanya diolah secara tradisional. Kini gula aren, sudah menjadi 
produk kualitas ekspor dan pengolahannya pun sudah menggunakan tenaga 
mesin.Perajin gula aren Desa Talagening, Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah, 
contohnya, berhasil memproduksi gula aren berkat alat unggulan ilmu pengetahuan 
teknologi daerah (iptekda) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). 
"Sebelumnya pembuatan gula dari nira ini diaduk dengan tenaga manusia. Sekarang 
sudah ada alat yang mengaduknya. Hasil produksinya pun lebih maksimal," kata 
Warsian, perajin gula aren di Purbalingga, baru-baru ini.


Warsian menuturkan, sebelum menggunakan mesin, hasil produksinya per hari hanya 
10 kilogram. Sesudah menggunakan mesin mencapai 50-70 kilogram per hari. Alat 
atau mesin karya Iptekda LIPI ini, terdiri dari mesin pemutar, pengaduk dan 
wajan besar sebagai wadah air nira (bahan gula). 


Cara kerjanya cukup mudah, ketika mesin dihidupkan dengan bantuan listrik, alat 
tersebut menggodok air nira sampai mengental sekitar lima jam dengan suhu 100 
derajat celcius. 
Setelah itu diaduk perlahan, dan diberi sedikit minyak goreng untuk 
menghilangkan busa. Setelah beberapa menit, ratusan cetakan berbentuk tabung 
setinggi sekitar lima sentimeter dituangkan gula yang telah mengental. Jika 
sudah keras dan dingin, gula aren siap dilepas dari wadah lalu dikemas.

Gula Serbuk
Satu kilo gula aren yang dikemas apik oleh Warsian dijual seharga Rp 8.000. 
Wilayah pemasarannya selain Jawa Tengah juga Jakarta dan Bandung.Selain itu, 
gula aren ini bisa diolah menjadi gula serbuk. Biasanya Singapura dan 
negara-negara Arab menyukai produksi Warsian ini. Warsian menjual gula aren 
serbuk ini Rp 12.000 per kilogramnya. Cara pembuatanya tak jauh berbeda dengan 
gula aren cetak. Hanya saja di gula serbuk, setelah air nira mengental dan 
berbentuk kristal gula, lalu diayak selama 30 menit dengan alat pengayak.


Per bulannya Warsian berhasil memproduksi 2-3 ton gula serbuk. Untuk 
mendapatkan kualitas gula yang baik tambahnya, saat membeli air nira dari 
penderes atau orang yang mengambil air nira dari bunga kelapa, dicek dengan 
hand refractrometer. Semakin baik persentasenya semakin baik pula kualitas gula 
kelapa tersebut. Saat ini keuntungan bersih perajin gula aren ini mencapai Rp 
4-7 juta. Dulu ketika masih mengandalkan manusia hanya Rp 600.000-700.000.


Atas kegigihannya ini Warsian pernah mendapatkan sejumlah penghargaan di 
antaranya penghargaan ketahanan pangan tahun 2007 oleh Presiden dan Menteri 
Pertanian. Dia pun pernah tercatat dalam rekor Museum Rekor Dunia Indonesia 
(Muri) atas produksi gula kelapa terbesar. Sejak tahun 2002, binaan LIPI ini 
terus menunjukkan peningkatan. Saat ini tercatat empat kecamatan telah 
menggunakan alat pengolahan gula aren modern ini, di antaranya Kecamatan 
Bobotsari dan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. [R-


[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to