Perlu diterangkan apa artinya ..."Four Corners", ini adalah sebuah acara 
tayangan TV dari stasiun
TV ABC(Australian Broadcasting Commisision). Banyak tayangan TV semacam ini, 
selain mempesembahkan current affairs, juga memberi-
kan analisa dan kadang2 pemberitaan ini disertai "aksi2" yang menyerupai 
 tayangan pilem action,
sensationil, crime. Tapi dasarnya persembahan tayangan TV semacam ini, 
dan selain dari ABC juga ada  dari pel-
bagai stasiun TV misalnya dari SBS juga ada  tayangan semacam ini, seperti 
DateLine,
Insight dan dari ABC selain 4 Corners tsb , juga ada "Foreign Correspondent", 
mengajak pemirsa mendalami adanya
current affairs yang perlu diketahui dan seyogianya di cari solusi-nya.
Semua programms-nya sangat ber-nilai ,dan , tidak itu saja ,bahkan beberapa 
tahun yll sempat meruntuhkan
pemerintahan Joh Bjelke  Petersen. Premier dari propinsi Queensland karena 
disadab dan dibuktikan
bahwa dia ber-sama2 dengan beberapa mentri-nya terlibat korupsi. Semua ini bisa 
terjadi karena, berkat
"suguhan" tayangan TV Four Corners yang sempat memberikan bukti2nya soal 
korupsi 
ini.
 
Beberapa hari yll, dan mungkin tayangan ini sudah sampai  dan mendapat 
perhatian 
chalayak di
Indonesia. Persoalan-nya menyangkut "gerakan" yang dengan bukti nyata adalah 
adanya gerakan mafiosi penyelundu-
pan manusia yang dikenal disini (di Auustralia) dengan boat people ,digerak-kan 
dan di tangani oleh beberapa pejabat
Dept.Imigrasi, Kepolisian dan tentara di Indonesia.
Semua proses penyidikan ini disertai dengan otentisitas dengan penyadapan 
camera 
tersembunyi.
 
Yang jadi aktor penyelidikan ini adalah seorang calon refugee (UNHCR) dari Irak 
bernama Hussein Nassir. Dengan
dalih , pertama: dia (dengan istri /4 anaknya) sudah 3 tahun menunggu giliran 
untuk secara legal bisa mengungsi ke Australia, tapi gara2
selain memang antrian yang diprakarsai oleh UNHCR terlalu panjang , dia, kedua, 
merasa jengkel juga karena
calon2 refugee lain-nya yang punya duit sempat bisa berangkat duluan, walaupun 
secara tidak sah menuju ke Australia.
Alhasil dia bertujuan untuk membongkar cara2 human trafficking yang terjadi di 
Indonesia dan selain diprakarsai dan di bekking-in oleh beberapa pejabat 
(beberapa instansi) pemerintahan Indonesia, Hussein Nassir mulai berkiprah 
dengan bantuan dari
beberapa journalist dari Four Corners.
 
Rekaman gelap ini dimulai dengan menunjukan seorang yang bernama dan berpangkat 
Kolonel...Kol Hotman yang 

dia (Nassir) temui di Hotel Borobudur floor 15. Dengan enak-nya Kol Hotman 
tanpa 
ragu2 atau malu2 mengungkap
soal selain berapa harganya per-orang untuk diselundup-kan ke Australia , juga 
dengan gaya keyakinan-nya bahwa semua
motif penyelundupan orang ini akan berjalan dengan mulus berkat di bekking-in 
oleh pihak2 yang pegang kekuasaan.
 
Rekaman kemudian ber-pindah ke daerah Tanah Abang dimana Nassir menemui ibu 
yang 
ber-nama Flora. Ibu ini sempat
menunjukan sebuah list adanya nama 8 refugee yang sempat dikeluarkan dari 
tahanan oleh dept Imigrasi yang dikepalai oleh  Jen.Muchdor, dengan imbalan 
uang 
beberapa ratus juta rupiah. Di restoran Sederhana dan kemudian ke Hotel Feodora 
dimana Nassir
menemui beberapa gembong penyelundup, a.l. ada yang asal Irak, ada yang dari 
Lebanon. Semua penyelundup ini bisa 

subur tumbuh semarak karena backing-an dari petugas/penggede2 sementara 
instansi 
seperti Dept Imigrasi, Kepolisian, Tentara.
Selanjutnya rekaman menyebut juga Eddy Siregar sebagai salah satu calo human 
trafficker.
 
Puncak dari rekaman ini yalah dimana Nassir menemui wakil direktur imigrasi 
Indonesia yang ber-nama Moh.Indra. 

Di uraikan/diceritakan  disitu kasusnya Ibu Flora yang nyebut2 Jen. Muchdor 
yang 
dengan imbalan suap mengeluarkan tahanan 

Tanjung Pinang, untuk diberangkatkan/diselundup-kan  ke Australia. Pak Moh. 
Indra bilang dengan penuh keyakinan
bahwa tuduhan ini akan ditinjak lanjuti, tapi.... ada tapi-nya...Pak Indra 
bilang bahwa Jen.Muchdor sudah pensiun
saat ini. Jadi sekarang yang jadi kendala, apakah seorang yang diduga dan 
terbukti dan ada evidence-nya bahwa ada tindak
korupsi telah terjadi , berhubung ybs sudah pensiun, apakah urusan-nya selesai 
sampai disitu? Sudah terjadi.....berbuat....
......with impunity, seperti sudah biasa terjadi dan sudah membudaya di 
Indonesia?
 
Yang jadi pikiran , setelah me-ngikuti tayangan Four Corners ini, aku 
membayangkan nasib si wistle blower Hussein Nassir.
Apakah apabila dia belum sempat hengkang dari Indonesia, bisa2 dia akan 
mengalami nasib seperti Munir. Kasus-nya beserta
orang ybs (Hussein Nassir) akan lenyap, atau lebih tepat dikatakan  
di-lenyapkan 
dari permukaan bumi. Amit-amit!
 
Sekarang di tunggu apakah ada tindak lanjut dalam perkara ini?Karena bukti2 
otentik rekaman dan pembicaraan2 dari orang2 ybs yang terlibat dalam human 
trafficking ini sudah jelas jemelas. Kayaknya rakyat Indonesia yang sudah 
apatis 
akan tambah apatis, 

karena...dimana kelanjutan perkara...Munir, perkara Lumpur Sidoardjo, kemana 
perkara Bank Century, kemana perkara Gayus,
kemana perkara pejabat2 kepolisiaan yang ber-nilai milyard-an rupiah itu? 
Kemana...kemana ...ya, achirnya aku beserta segenap rakyat Indonesia capai juga 
......menunggu datangnya keadilan di Indonesia.
 
Harry Adinegara


      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke