Potensi Penyesatan Informasi Iklan Kominfo

Kecanduan iklan. Itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan
prilaku lembaga-lembaga kementerian di negeri ini. Kerja keras untuk
memoles citra menjadi latarbelakangnya. Banyak sudah iklan dari lembaga
kementerian di media massa. Namun kali ini yang agak menggelitik adalah
iklan yang dibuat oleh Badan Informasi Publik Kementerian Komunikasi
dan Informatika (Kominfo).

Di harian Media Indonesia hari ini (30/8), terpampang iklan
besar dari Kominfo tentang penurunan kemiskinan dari pemerintah. Di
iklan itu dituliskan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010
bahwa dibandingkan tahun 2004, pada bulan Maret 2010, tingkat
kemiskinan di Indonesia sudah menurun menjadi 13,33%.

Sekilas tidak ada persoalan dari materi iklan itu. Namun bila
kita membaca secara cermat, ternyata di iklan itu tidak menampilkan
angka yang menjadi batas garis kemiskinan. Artinya, jika pada tahun
2010 pemerintah telah berhasil menurunkan angka kemiskinan, maka
pertanyaannya adalah apa indikator yang dipakai pemerintah untuk
mendifinisikan kemiskinan itu? Apakah pendapatan per bulan dari
seseorang yang di bawah Upah Minimum Propinsi (UMR) nasional bisa
dikategorikan miskin? Berapa angka kemiskinan yang dipakai pemerintah
untuk mendifinisikan kemiskinan di Indonesia? Apakah angka kemiskinan
itu sama di tiap daerah di Indonesia, atau berbeda-beda?

Tidak ditampilkannya angka yang menjadi batas kemiskinan yang
digunakan pemerintah di iklan itu, berpotensi untuk menyesatkan
informasi. Klaim pemerintah yang telah mampu menurunkan angka
kemiskinan itu, jangan-jangan didasarkan dari indikator pendapatan
angka kemiskinan yang sama di tahun 2004. Sementara, seperti diketahui
harga-harga kebutuhan dasar bagi masyarakat sudah beranjak naik
dibandingkan tahun 2004.

Iklan itu juga tidak menampilkan data tentang penurunan
kemiskinan (kalau benar pemerintah telah mampu menurunkan angka
kemiskinan) secara detail di tiap daerah. Jika iklan Kominfo itu
bertujuan untuk memeberikan informasi kepada masyarakat, tentu
data-data klaim penurunan kemiskinan di daerah-daerah di Indonesia
tidak disembunyikan alias ditampilkan. Hal itu penting, agar masyarakat
mengetahui secara benar pemerintah telah beranjak dari paradigma lama
pembangunan yang hanya memprioritaskan pembangunan di kawasan barat
Indonesia, khususnya Jawa, lebih khusus lagi Jakarta.


Sungguh sangat disayangkan iklan yang berpotensi meyesatkan
informasi kepada masyarakat itu datang dari Kominfo yang harusnya lebih
terbuka dan transparan. Inilah kalau politik pencitraan telah menguasai
pikiran para politisi kita.

sumber 
:http://politikana.com/baca/2010/08/30/copas-potensi-penyesatan-informasi-iklan-kominfo.html



From: sofyans...@gmail.com <sofyans...@gmail.com>
Subject: Re: [kahmi_pro_network] Potensi Penyesatan Informasi Iklan Kominfo
To: kahmi_pro_netw...@yahoogroups.com
Date: Tuesday, August 31, 2010, 4:02 AM

Sepenuhnya sy sepakat! Sy sanksi bhw pemerintah kt menurunkan kemiskinan.
Hasil studi mhs ipb yg ujian kemarin siang menunjukkan bhw PNPM ut RTLH yg 
mengambil kasus di kota bogor  rupanya didesain scr top down. 
Kesadaran warga tidak terbangun, malah institusi lokal tergantikan dgn desain 
kelembagaan yg top down.
Sy yakin kt bisa menilai apakah program kemsikinan ini sekedar politik 
pencitraan bhw rezim berhasil menyelesaikan  kemiskinan

Salam, SOF 
Powered by Telkomsel BlackBerry®




      

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke