usulan bagus kak ari,
arahnya adalah untuk kemandirian gudep, 
perusahaan BUMN seperti TELKOM dsb, dengan pendekatan paradigm nasionalism 
mungkin bisa (mau) diajak kolaborasi...

saya sendiri pernah lakukan kerjasama langsung waktu dinas di TELKOM Sampit 
dengan Kwarcab Kotawaringin Timur, Kalteng dengan memfasilitasi beberapa 
kegiatan kepramukaan di sana terutama yang terkait TELKOM seperti pelaksanaan 
JOTI (Jamboree on The Internet), Jambore Cabang dsb.

untuk pendanaan, asal usahanya jelas, setiap 3 bulan sekali TELKOM biasanya 
keluarkan dana Kemitraan dan Bina Lingkungan (berupa pinjaman lunak, atau 
terkadang hibah). Ini bisa dimanfaatkan untuk menunjang kemandirian dan 
sekaligus pembelajaran sebagai enterpreneur.

demikian, mohon maaf apabila tidak berkenan...

MR YUSUF


  ----- Original Message ----- 
  From: Ari Wijanarko Adipratomo, A+ 
  To: Gerakan Pramuka 
  Sent: Sunday, July 01, 2007 10:45 AM
  Subject: [Pramuka] share ide tentang pendanaan



  Salam Pramuka, 

  Membaca email kakak kakak sekalian, kalau boleh saya sedikit menyumbang ide 
masalah pembiayaan yang sangat klasik di organisasi kita. 

  Mungkin saya ingin mengawali share saya ini dengan berbagi informasi bahwa 
nggak cuman Pramuka Indonesia lho yang kekurangan biaya. Boy Scouts of America 
sebagai organisasi kepanduan nomer 2 terbesar di dunia-pun menghadapi masalah 
yang serupa dengan kita. Namun sepertinya masalah disini (mungkin) tidak 
se-severe di Indonesia. Saya akui gudep gudep disini memang sangat kreatif 
dalam upaya menggalang dana bagi kelangsungan kegiatan gudep tersebut.

  Ambilah contoh gudep2 siaga disini, mereka berupaya menggalang dana dengan 
jalan antara lain: menjual popcorn, (bagi girl scoutsnya pasti dengan "merk 
dagang" terkenal mereka, girl scouts cookies); jasa pencucian mobil di musim 
panas; menjual chocolate dan lain lain. Sementara bagi gudep Penggalang, banyak 
dari mereka yang menjadi tukang sapu atau staf temporary di municipal office 
Village setempat selama musim panas. dan bermacam macam lagi kegiatan yang 
mereka lakukan untuk menggalang dana bagi kegiatan Gudep. mereka tanpa sungkan 
rela bekerja keras. 

  Kebetulan konsep kemandirian Gudep ini pernah saya terapkan semasa Ambalan di 
SMU. Berbekal pengetahuan yang didapatkan beberapa anggota dari Raimuna Daerah 
,( membuat Manisan lidah buaya dan minuman lidah buaya) Ambalan kami mampu 
mendanai kegiatan operasional ambalan dari keuntungan berjualan manisan dan 
minuman tersebut (yang dititipkan ke kantin sekolah). Kami hampir tidak 
bergantung dari pendanaan sekolah. Bila ada kegiatan yang berskala besar (yang 
tentunya dananya juga banyak) kami sebisa mungkin mengdakan kegiatan Gabungan 
dengan Ambalan SMU-SMU lain, sehingga sewaktu itu tercipta "gudep teritorial" 
yang unofficial yang merupakan gabungan Ambalan SMU 9, 7 dan 5 Bogor. Dengan 
kegiatan gabungan, kami dapat menekan biaya operasional dan juga biaya yang 
harus dikeluarkan anggota ambalan. Malah dengan surplus dari berjualan, kami 
Alhamdulillah dapat membantu anggota yang memiliki "keperluan lain". Bukankan 
tangan yang diatas lebih baik dibanding tangan yang dibawah? 

  Untuk masalah biaya KMD/L yang cukup besar, kembali, itu bukan masalah di 
Indonesia saja. Untuk BSA, kursus woodbadge itu patokannya cukup besar, 
berkisar antara US$ 200-350. Apalagi untuk ukuran kantong mahasiswa yang cekak, 
uang sejumlah itu cukup besar juga. Bila dibandingkan dengan seminar seminar 
yang berkaliber menengah, sebenarnya biaya ini cukup dibilang mahal. Namun 
Kwartir NWSC mengakalinya dengan membuka "rekening" bagi para peserta. Kursus 
KMD/L diumumkan in advance (biasanya satu bulan setelah kursus tahun lalu 
berakhir, atau 11 bulan sebelum kursus itu sendiri dimulai). dengan sistem 
rekening, peserta kursus dapat mencicil biaya itu, lama lama akhirnya terkumpul 
juga. Saya kira teknik serupa dapat diterapkan di Indonesia. if such a simple 
way can be taken, why should we take complicated way? 

  Ide ide lain untuk mengakali masalah pendanaan :

  1. Mencari sponsor dalam kegiatan. 

  Seperti Gudep Siaga BSA yang berjualan popcorn, mereka mengcontact produsen 
popcorn dan mereka mendapatkan deal yang cukup bagus, apalagi ketika perusahaan 
tsb mengetahui popcorn mereka akan dijual untuk fundraising, biasanya ada 
diskon. Apa salahnya bila Gudep ingin berwirausaha untuk mengontak Grocery 
Stores?

  Atau seperti contoh semasa ambalan saya dimana kami bekerjasama dengan 
WARNET, saling menguntungkan. Mereka mensponsori kegiatan Pramuka, kami mampu 
mengiklankan mereka di Sekolah, plus menarik anggota Ambalan menjadi member 
mereka. 

  2. Mencari kakak kakak kita yang telah mapan di perusahaan untuk diminta jadi 
donatur

  trik ini umum bagi Gudep Gudep disini (BSA), mereka mencari alumni mereka 
yang telah sukses dan kira kira tidak berkeberatan membantu pendanaan gudep. 
Kadang instansi semacam Bank juga tertarik mensponsori.

  Maaf kalau kepanjangan nih Kak, saya ingin sekedar berbagi ide ide saja, 
siapa tahu dapat berguna. I realized that maybe nggak semua setuju dengan ide 
ide ini, namun saya yakin it's worth to try.

  Salam Hormat dan Salam Pramuka!

  Ari_chicago


  Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

  [Non-text portions of this message have been removed]



   

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke