*"Cari *yang haram saja susah, apalagi yang halal!" Pameo seperti ini
kini seringkali kita dengar. Tentu, sebuah ungkapan yang sesat dan
menyesatkan, sebab di samping mengandung keputusasaan, juga membawa ideologi
bebas nilai.

Pertanyaannya, benarkah tidak diperlukan lagi nilai-nilai dalam kehidupan di
era modern ini, termasuk dalam berbisnis?

*Sejarah Bisnis Muhammad SAW*
Al Amin. Inilah julukan yang diberikan penduduk Mekkah kepada Muhammad saw.
Al Amin artinya yang dipercaya. Gelar ini diberikan karena kejujuran beliau.
An Nashr bin Al Harits, musuhnya, pernah menyaksikan dan mengakui kejujuran
Muhammad saw. "Semasa dia muda kamu suka kepadanya lantaran dia paling
jujur, paling lurus perkataannya, paling setia memegang janji." Abu Sufyan,
musuh beliau juga waktu itu, pernah ditanya oleh Emperor Hiraclius, "Sebelum
dia membawa seruan ini, pernahkah kamu kenal dia sebagai seorang pembohong?"
Jawab Abu Sufyan, "Tidak pernah sekali-kali."

Al Amin inilah yang menjadi modal Muhammad saw ketika menjalankan bisnis.
Muhammad Husain Haekal dalam *Sejarah Hidup Muhammad *(Litera AntarNusa,
2002) menceritakan bagaimana Muhammad saw mendapat kepercayaan untuk
menjalankan bisnis saudagar kaya raya bernama Khadijah binti Khuwailid.

Suatu waktu Abu Thalib, paman Muhammad saw, mendengar berita bahwa Khadijah
mengupah orang-orang Quraisy untuk menjalankan perdagangannya. Khadijah
adalah seorang wanita pedagang yang kaya dan dihormati, mengupah orang yang
akan memperdagangkan hartanya itu.

Khadijah berasal dari Keluarga (Banu) Asad, ia bertambah kaya setelah dua
kali ia kawin dengan keluarga Makhzum, sehingga dia menjadi seorang penduduk
Mekah yang terkaya. Ia menjalankan dagangannya itu dengan bantuan ayahnya
Khuwailid dan beberapa orang kepercayaannya. Beberapa pemuka Quraisy pernah
melamarnya, tetapi ditolaknya. Ia yakin mereka itu melamar hanya karena
memandang hartanya. Sungguhpun begitu usahanya itu terus dikembangkan.

Tatkala Abu Talib mengetahui, bahwa Khadijah sedang menyiapkan perdagangan
yang akan dibawa dengan kafilah ke Syam, ia memanggil kemenakannya—yang
ketika itu sudah berumur duapuluh lima tahun.

"Anakku," kata Abu Talib, "aku bukan orang berpunya. Keadaan makin menekan
kita juga. Aku mendengar, bahwa Khadijah mengupah orang dengan dua ekor anak
unta. Tapi aku tidak setuju kalau akan mendapat upah semacam itu juga.
Setujukah kau kalau hal ini kubicarakan dengan dia?"

"Terserah paman," jawab Muhammad.

Abu Talib pun pergi mengunjungi Khadijah.

"Khadijah, setujukah kau mengupah Muhammad?" tanya Abu Talib. "Aku mendengar
engkau mengupah orang dengan dua ekor anak unta. Tapi buat Muhammad aku
tidak setuju kurang dari empat ekor."

"Kalau permintaanmu itu buat orang yang jauh dan tidak kusukai, akan
kukabulkan, apalagi buat orang yang dekat dan kusukai," jawab Khadijah.

Kembalilah sang paman kepada kemenakannya dengan menceritakan peristiwa itu.
"Ini adalah rejeki yang dilimpahkan Tuhan kepadamu," katanya.

Setelah mendapat nasehat paman-pamannya, Muhammad pergi dengan Maisara,
budak Khadijah. Dengan mengambil jalan padang pasir kafilah itupun berangkat
menuju Syam, dengan melalui Wadi'i-Qura, Madyan, dan Diar Thamud serta
daerah-daerah yang dulu pernah dilalui Muhammad dengan pamannya Abu Talib
tatkala umurnya baru duabelas tahun.

Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Muhammad mampu benar
memperdagangkan barang-barang Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih
banyak menguntungkan daripada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Demikian
juga dengan karakter yang manis dan perasaannya yang luhur ia dapat menarik
kecintaan dan penghormatan Maisara kepadanya. Setelah tiba waktunya mereka
akan kembali, mereka membeli segala barang dagangan dari Syam yang kira-kira
akan disukai oleh Khadijah.


*Pentingnya Nilai Kejujuran*

Ya, kejujuran ternyata menjadi modal sukses bagi Muhammad saw saat
berbisnis. Bahkan seperti kita baca di atas, dengan kejujuran itu keuntungan
yang diperolehnya menjadi berlipat-lipat.

Lantas, bagaimana dengan bisnis kita? Masih adakah nilai-nilai kejujuran di
dalamnya? Jika kita masih percaya bahwa Muhammad saw adalah, *uswatun
hasanah *(teladan yang bagus), maka kejujuran tetap menjadi sebuah nilai
yang harus kita lakukan dalam berbisnis.

Selain memberi teladan kejujuran dalam berbisnis, Muhammad saw banyak
memberi petunjuk dan rambu-rambu untuk menjaga kejujuran itu:

"Pedagang yang beramanat dan dapat dipercaya, akan bersama orang-orang yang
mati syahid nanti di hari kiamat." (Riwayat Ibnu Majah dan al-Hakim)

"Pedagang yang dapat dipercaya dan beramanat, akan bersama para Nabi,
orang-orang yang dapat dipercaya dan orang-orang yang mati syahid." (Riwayat
al-Hakim dan Tarmizi dengan sanad hasan)

Seorang pedagang diberi janji suatu kedudukan yang begitu tinggi di sisi
Allah serta pahala yang besar nanti di akhirat karena perdagangan itu pada
umumnya diliputi oleh perasaan tamak dan mencari keuntungan yang besar
dengan jalan apapun.

Al Qur'an sendiri memberi keterangan yang jelas lewat sejarah kaum Madyan.
Syahdan, penduduk negeri Madyan menganggap riba hal yang biasa, mengurangi
timbangan dan takaran dalam jual beli boleh-boleh saja, saling berbohong
dalam perjanjian dianggap lumrah, menipu dianggap bukan perbuatan tercela,
membolak-balik hak menjadi batil biasa dilakukan. Tuhan kemudian mengutus
Nabi Syuaib ke negeri Madyan untuk meluruskan perilaku buruk yang
diperagakan penduduknya.

"Penuhilah takaran dan timbangan dengan jujur, karena Kami tidak memberi
beban kepada seseorang melainkan menurut kemampuannya." (Al-An'am: 152)

"Penuhilah takaran apabila kamu menakar, dan timbanglah dengan jujur dan
lurus, yang demikian itu lebih baik dan sebaik-baik kesudahan. (Al-Isra':
35)

"Celakalah orang-orang yang mengurangi, apabila mereka itu menakar kepunyaan
orang lain (membeli) mereka memenuhinya, tetapi jika mereka itu menakarkan
orang lain (menjual) atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi.
Apakah mereka itu tidak yakin, bahwa kelak mereka akan dibangkitkan dari
kubur pada suatu hari yang sangat besar, yaitu suatu hari di mana manusia
akan berdiri menghadap kepada Tuhan seru sekalian alam?!" (Al-Muthafifin: 1-
6)


*Bisnis yang Jujur Sebuah Utopia?*

Saya tidak sependapat jika kejujuran dalam bisnis di era kini adalah sesuatu
yang mustahil dilakukan. Justru dengan kejujuran itulah bisnis menjadi
mujur. Saya akan memberi ilustrasi singkat:
Seorang pedagang salak sedang melayani pembelinya. Diperlihatkan salak yang
bagus-bagus. Calon pembeli setuju, termasuk dengan harga yang ditawarkan.
Celakanya, saat menimbang, bukan saja salak bagus-bagus seperti yang
diperlihatkan tadi yang diberikan, melainkan juga disertakan salak yang
sudah mulai busuk.

Dalam perspektif jangka pendek pedagang salak tadi, dia merasa untung karena
mampu menjual salak yang busuk. Tapi bukankah dengan begitu pembeli menjadi
kecewa dan enggan lagi membeli salak di tempatnya. Dalam perspektif jangka
panjang, tentu pedagang salak ini rugi karena dia akan kehilangan relasi,
bahkan pembeli, jika cara jualan yang menipu ini akan ditularkan pembeli
yang kecewa itu dari mulut ke mulut pada orang lain.

Maka bisa kita simpulkan bahwa pedagang salak tadi tidak akan lagi mendapat
kepercayaan akibat ketidakjujurannya dalam berdagang. Banyak kasus yang bisa
menjadi contoh bahwa ketidakjujuran dalam bisnis justru akan merugikan. Kita
perhatikan bagaimana sepinya SPBU-SPBU nakal yang biasa mengurangi *literan*?


Salah satu kunci sukses dalam berbisnis adalah kepercayaan; dan kepercayaan
dibangun oleh kejujuran. Maka amat tepat untuk mengusung motto ini, "harga
bisa ditawar, tapi tidak untuk (kualitas) bahan dan takaran". Semoga! (#)

-- 
Hendry Risjawan
Ka. Trainers Club Indonesia
website: www.trainersclub.or.id
milis: [EMAIL PROTECTED]




-- 
Hendry Risjawan
Ka. Trainers Club Indonesia
website: www.trainersclub.or.id
milis: [EMAIL PROTECTED]


[Non-text portions of this message have been removed]


------------------------------------

---------------------
Be Prepared
Sekali Pramuka tetap Pramuka
---------------------

Pramuka email addresses:
  Post message: Pramuka@yahoogroups.com
  Subscribe:    [EMAIL PROTECTED]
  Unsubscribe:  [EMAIL PROTECTED]

---------------------Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/pramuka/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/pramuka/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke