Johan Suwignjo, lahir 1 Agustus 1941. Pria ini ketika kelas 6 SD 
diajak temannya masuk Pasukan Perintis (=Penggalang kini) Bandung X 
dari PERKETI, Perkumpulan Kepanduan Tunas Indonesia. Dalam waktu 
singkat, berkat ketekunannya, ia menjadi Pinru Nasar. Usia anggota 
regunya saat itu semua 13 tahun, regu termuda di pasukannya. Tapi 
regu Nasar ini regu berprestasi yang dipilih mewakili PERKETI bandung 
untuk mengikuti Java rally yang diadakan di Gresik.

Ia juga pernah menjadi juara pertama lomba bersepeda dengan membaca 
peta yang diselenggarakan PERKETI Bandung. Profilnya dimuat dalam 
majalah PERKETI. Ia juga yang menjadi ketua panitia malam pertunjukan 
amal pasukannya. Ia mengembara sebagai pandu ke Burangrang, Ujung 
Kulon, Pangandaran,Gunung Bromo, Bali dll.

Johan ini pula yang ketika Gerakan Pramuka berdiri menggabungkan diri 
dan aktif sebagai Andalan Cabang KOta Bandung urusan Penerangan, 
Anggota COR Pelatih Cabang dan Andupen Jawa Barat.

Johan ini pula, yang kini disapa Kak Johan yang menulis Buku yang 
judul lengkapnya, "Dengan metode kepanduan di dalam Gerakan Pramuka, 
MEMBANGUN PRIBADI." Buku yang diterbitkan oleh AkuSuka, penerbitan 
yang dikomandani Kak Dadi Pakar, tokoh Pandu/Pramuka/PADI Bandung.

============

Dalam diskusi yang diselenggarakan tanggal 7 September 2008, satu 
acara ngabuburit di Kwarcab Kota Bandung, yang diselenggarakan dalam 
rangka Peringatan Hari Pramuka ke-47, Kak Johan diminta memaparkan 
isi buku yang ditulisnya.

Dalam buku tersebut, Kak Johan mengemukakan keberadaan tiga bentuk 
pendidikan yaitu pendidikan pertama, yang terjadi di lingkungan 
keluarga. Lalu pendidikan kedyua, di lingkungan sekolah, teman 
sebaya, masyarakat. Kedua bentuk pendidikan ini memiliki ciri khas 
pengawasan ketat dan sifat pasif penerimanya.

Ia lalu menunjukkan bentuk pendidikan ketiga, yaitu pendidikan oleh 
diri sendiri, yang berfokus pada pengembangan pribadi. Kak Johan 
menunjukkan bahwa aktivitas scouting atau kepanduan, merupakan jalan 
yang dibuka oleh Baden Powell untuk memungkinkan pendidikan ketiga 
ini berjalan.

Selanjutnya, Kak Johan mengupas dasar-dasar dan ciri khas pendidikan 
kepanduan, yang menurutnya banyak tidak lagi dipahami sehingga 
menyebabkan pendidikan kepanduan tidak lagi bisa berjalan. Ia merujuk 
pada Fundamentals of Scout Method, yang dikutipnya utuh di dalam 
buku. Ia menekankan ciri kesukarelaan dan mengupas bagaimana Satya 
dan Darma Pandu (dulu disebut Janji Pandu dan Undang-undang Pandu) 
bisa mengikat seorang anak dan membuat Janji dan satya tersebut 
menjadi guidance dalam bertingkahlaku. Semata-mata karena dasar 
KEHORMATAN DIRI menjadi dasar mengapa janji dan undang-undang itu 
jadi penting, bisa nerap dan berjalan.

Kak Johan mengingatkan tradisi berbuat kebaikan minimal satu hari 
sekali yang ditandai dengan membuat simpul pada setangan leher 
(anjuran ini ada di buku BP, Scouting for Boys). Ia juga berseloroh 
mengingatkan bahwa dulu gadis-gadis itu sangat suka jika di 
bus/kereta berdiri di dekat pandu. Karena salah satu undang-undang 
pandu mengatakan Pandu itu Perwira, maka tidak ada Pandu yang bisa 
tega tetap duduk manakala ada gadis, wanita atau orangtua berdiri 
sementara ia duduk. Makanya sepenuh apa pun bus itu, jika kita 
berdekat-dekat dengan para pandu, niscaya kita akan dapat tempat 
duduk.

Pendidikan Kepanduan ini yang kini diteruskan dalam Gerakan Pramuka.

================

Pernyataan Kak Johan yang kontroversial dalam diskusi ini adalah 
ketidaksetujuannya dengan Pramuka di sekolah. Menjawab pertanyaan 
seputar ini, ia menekankan bahwa kalau Pramuka ada di sekolah maka 
coraknya akan berubah menjadi pendidikan kedua. 

Menjawab realitas bahwa saat ini semua gugusdepan ada di sekolah, 
maka Kak Johan menekankan pada kesukarelaan. Menjadi Pramuka harus 
karena keinginan sendiri dan bukan dan tidak bisa dikait-kaitkan 
dengan nilai atau pendidikan di sekolah,. Sedikit saja ada 
keterpaksaan, maka sistem yang ada di kepanduan tidak bisa berjalan.

=====================

Buku ini menarik, seperti juga dinyatakan Kak Junus Nugraha, sdalah 
satu Pelatih Pembina senior yang hadir. Buku ini bisa jadi acuan yang 
baik untuk para pembina dan pemerhati pendidikan kepanduan.

=====

Diskusi buku ini menjadi satu rantai Kegiatan Peringatan Hari Pramuka 
ke47 Kwarcab Kota Bandung yang terdiri atas 1 paket kegiatan yang 
meliputi sarasehan Operasi Tunas/kegiatan pendakian di Alaska, 
Upacara peringatan, Pesta Rakyat, Diskusi buku Membangun Pribadi, 
Diskusi buku Rovering to success dan Gema Ramadhan. Kegiatan berakhir 
tanggal 21 September 2008.

Hendro Prakoso

Kirim email ke