37% Warga Jabar Sakit Gila

 
SEJUMLAH perawat dan pasien sedang bercengkerama pada waktu senggang di 
sela-sela menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa Bandung, Jln. Riau no. 11, 
Kamis (9/10). Penelitian Departemen Kesehatan menunjukkan, satu dari lima orang 
mengalami gangguan jiwa. Umumnya disebabkan faktor sosial, ekonomi, maupun 
penyakit bawaan.* RIRIN N.F./"PR"KEBANYAKAN masyarakat akan menghindar jika 
bertemu dengan orang gila. Bisa jadi karena takut dikejar atau takut dengan 
penampilannya yang menyeramkan karena memang dekil, kucel, bahkan terkadang 
tanpa busana. 
Sebenarnya, gangguan jiwa yang akrab disebut gila merupakan salah satu tahapan 
atau tingkatan stres yang sudah akut. Dalam klasifikasi yang dipakai di 
Indonesia, pedoman penggolongan diagnosis gangguan jiwa, terdapat lebih dari 
100 penyakit akibat gangguan jiwa. 
Setiap saat, 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan jiwa, 
syaraf ataupun perilaku. Jumlahnya pun terus meningkat. Di Indonesia, 
prevalensinya sekitar 20% dari total penduduk dewasa.
Hasil survei kesehatan mental rumah tangga (SKMRT) menunjukkan, sebanyak 185 
orang dari 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala 
gangguan kesehatan jiwa. Penelitian terakhir menunjukkan, 37% warga Jawa Barat 
mengalami gangguan jiwa, mulai dari tingkat rendah sampai tinggi. Bahkan, 
penelitian Departemen Kesehatan menyebutkan, satu dari lima orang dewasa 
mengalami gangguan jiwa.
Menurut Plt. Direktur RS Jiwa Bandung Endang Dzajuli, jumlah penderita gangguan 
jiwa cenderung meningkat setiap tahun.. Hal tersebut dilihat dari angka 
kunjungan mencapai 80-100 orang/hari dan jumlah pasien rawat inap mencapai 
75-80 orang. 
Jumlah kasus sepanjang 2007 mencapai 18.7237 orang. Sampai pertengahan 2008, 
jumlah kasus sudah mencapai 6.378 orang. "Angka cakupan mengalami peningkatan 
terutama setelah diberlakukan program Asuransi Kesehatan Bagi Masyarakat Miskin 
(Askeskin) sebab 80% pasien yang datang termasuk kategori keluarga miskin 
(gakin)," ujarnya.
Penyebabnya sangat kompleks, mulai dari permasalahan biologis, psikologi, dan 
sosiobudaya. Faktor biologis bisa saja terjadi ketika seseorang lahir dengan 
kondisi cacat mental. 
Faktor psikologi terjadi ketika terdapat hubungan antara peristiwa hidup yang 
mengancam dan gangguan mental yang kompleks, tergantung dari situasi, individu 
dan konstitusi orang itu. Sementara itu, faktor sosiobudaya muncul saat 
lingkungan memengaruhi timbulkan gangguan jiwa. Selain itu, status sosial 
ekonomi juga berpengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa, terutama banyak 
dialami warga miskin.
Pesatnya perkembangan teknologi terutama bidang informasi, komunikasi, dan 
transportasi secara cepat mengubah tatanan sosial dan budaya. Tekanan waktu 
karena teknologi yang meningkatnya kecepatan kerja dan keharusan menyesuaikan 
diri membuat masyarakat mudah tertekan dan cemas. Bahkan, memicu ketergantungan 
terhadap obat-obatan dan perilaku sosial yang menyimpang.
**
Contoh gangguan jiwa serius adalah skizofrenia dan maniak depresif serta 
kecemasan dan depresi. Gangguan jiwa serius mempunyai gejala-gejala yang 
disebut psikosis. Misalnya, mendengar suara-suara saat tidak ada orang lain di 
sekitarnya, percaya hal di luar kewajaran, ketakutan, kebingungan, perilaku 
yang agitatif, emosional, atau berbicara ngawur.
Gangguan nerotik seperti gangguan kesehatan fisik yang disebabkan gangguan 
mental, menjadi sangat pelupa, menarik diri, gelisah, mudah marah, atau merasa 
melihat dan mendengar sesuatu yang tidak nyata.
Selain itu, angka kekambuhan penderita gangguan jiwa cukup tinggi. "Angka 
kekambuhan dapat dilihat dari perbandingan pasien baru dan pasien lama," ujar 
Kepala Bidang Pelayanan Medik RSJ Dr. Riza Putra Sp.K.J..
Data 2007 menunjukkan, jumlah pasien lama yang dirawat inap sebanyak 531 orang 
dan berobat jalan 1.056 orang. Pasien baru berkisar 413 orang rawat inap dan 
16.737 orang rawat jalan. Untuk 2008, sampai dengan Juni, jumlah pasien lama 
mencapai 170 orang rawat inap dan 358 pasien rawat jalan. Sementara itu, pasien 
baru berkisar 132 orang rawat inap dan 6.020 pasien rawat jalan.
**
Permasalahan gangguan jiwa tidak hanya berpengaruh terhadap produktivitas 
manusia, juga berkaitan dengan kasus bunuh diri. Temuan WHO menunjukkan, 
sedikitnya 873.000 orang bunuh diri setiap tahun. Lebih dari 90% kasus bunuh 
diri berhubungan dengan gangguan jiwa seperti depresi, skizofrenia dan 
ketergantungan terhadap alkohol. 
Kepala Bagian Psikiatri RS Hasan Sadikin (RSHS) Bandung dr. Teddy Hidayat, Sp. 
K.J. menyatakan banyaknya kasus bunuh diri merupakan indikasi krisis kesehatan 
jiwa. "Sebagian besar bunuh diri diakibatkan depresi."
Sebanyak 40% orang yang depresi memiliki ide untuk bunuh diri. Dari jumlah 
tersebut, 15% di antaranya melaksanakan niat bunuh diri dengan sukses.
Perilaku bunuh diri mewakili konsekuensi tragis dari kegagalan diagnosis dan 
pengobatan serius gangguan jiwa. "Hal itu membutuhkan upaya kesehatan dari 
masyarakat dan keluarga untuk mengurangi kasus bunuh diri dengan mengurangi 
gangguan jiwa," ujarnya.
Untuk itu, perlu dilaksanakan kegiatan sosialisasi bagi masyarakat umum ataupun 
kelompok khusus agar lebih meningkat kesadarannya terhadap kesehatan jiwa, 
antara lain melalui peringatan Hari Kesehatan Jiwa Sedunia yang diperingati 
setiap tanggal 10 Oktober. 
Tema Hari Kesehatan Jiwa Sedunia tahun ini, yakni "Menjadikan Kesehatan Jiwa 
Sebagai Prioritas Global: Meningkatkan Pelayanan Kesehatan Jiwa Melalui 
Advokasi dan Aksi Masyarakat". Hari Kesehatan Jiwa Sedunia merupakan kesempatan 
penting untuk mengenali besarnya masalah gangguan jiwa di masyarakat, serta 
melangkah lebih maju dalam mencari solusi.
Meningkatkan kesehatan jiwa, mencegah gangguan jiwa, mengutamakan intervensi 
yang efektif-efisien pada pelayanan kesehatan dasar, dan menggabungkan dengan 
aspek masyarakat setempat harus menjadi kunci utama rencana dan kebijakan 
kesehatan jiwa nasional. Langkah-langkah tersebut dilakukan untuk menjamin 
pengobatan kesehatan jiwa yang memadai tersedia pada level komunitas, termasuk 
pengembangan sumber daya manusia untuk kesehatan jiwa. (Ririn N.F./"PR")***
 
 
http://newspaper.pikiran-rakyat.co.id/prprint.php?mib=beritadetail&id=36862


      __________________________________________________________________ 
Tired of visiting multiple sites for showtimes? 
Yahoo! Movies is all you need
http://sg.movies.yahoo.com

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke