From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf
Of johanes aw
Sent: Monday, December 01, 2008 11:03 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [PROFEC] Alergi Kehidupan

 

Alergi Kehidupan

Seorang pria mendatangi Sang Guru, "Guru, saya sudah bosan hidup. Sudah
jenuh betul. Rumah tangga saya berantakan. Usaha saya kacau. Apa pun yang
saya lakukan selalu berantakan. Saya ingin mati saja.

"Sang Guru tersenyum, "Oh, kamu sakit." "Tidak Guru, saya tidak sakit. Saya
sehat. Hanya jenuh dengan kehidupan. Itu sebabnya saya ingin mati."
Seolah-olah tidak mendengar pembelaannya, Sang Guru meneruskan, "Kamu sakit.
Dan penyakitmu itu dinamakan Alergi Hidup."


Banyak sekali di antara kita yang alergi terhadap kehidupan. Kemudian, tanpa
disadari kita melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma kehidupan.
Sungai kehidupan ini mengalir terus, tetapi kita menginginkan status-quo.
Kita berhenti di tempat, kita tidak ikut mengalir. Itu sebabnya kita jatuh
sakit. Kita mengundang penyakit. Resistensi kita, penolakan kita untuk ikut
mengalir bersama kehidupan membuat kita sakit. Yang namanya usaha, pasti ada
pasang-surutnya. Dalam hal berumah tangga, bentrokan-bentrokan kecil itu
lumrah. Persahabatan pun tidak selalu langgeng. Apa sih yang langgeng, yang
abadi dalam hidup ini? Kita tidak menyadari sifat kehidupan. Kita ingin
mempertahankan suatu keadaan. Kemudian kita gagal, kecewa, dan menderita.

"Penyakitmu itu bisa disembuhkan, asal kamu ingin sembuh dan bersedia
mengikuti petunjukku," kata Sang Guru. "Tidak Guru, tidak! Saya sudah
betul-betul bosan. Saya tidak ingin hidup," pria itu menolak tawaran sang
guru.

"Jadi kamu tidak ingin sembuh. Kamu betul-betul ingin mati?" "Ya, memang
saya sudah bosan hidup." "Baiklah, kalau begitu maumu. Ambillah botol obat
ini. Setengah botol diminum malam ini, setengah botol lagi besok petang.
Besok malam kau akan mati dengan tenang."

Giliran pria itu jadi bingung. Setiap guru yang ia datangi selama ini selalu
berupaya untuk memberikannya semangat hidup. Yang satu ini aneh. Ia malah
menawarkan racun. Tetapi karena ia memang sudah betul-betul jemu, ia
menerimanya dengan senang hati. Sesampai di rumah, ia langsung menenggak
setengah botol "obat" dari Sang Guru. Dan... ia merasakan ketenangan yang
tidak pernah ia rasakan sebelumnya... Begitu santai! Tinggal 1 malam, 1
hari, dan ia akan mati. Ia akan terbebaskan dari segala macam masalah. Malam
itu, ia memutuskan untuk makan malam bersama keluarga di restoran Jepang.
Sesuatu yang sudah tidak pernah ia lakukan selama beberapa tahun terakhir.

Pikir-pikir malam terakhir, ia ingin meninggalkan kenangan manis. Sambil
makan, ia bersenda gurau. Suasananya santai banget! Sebelum tidur, ia
mencium istrinya dan berbisik, "Sayang, aku mencintaimu." Esoknya bangun
tidur, ia membuka jendela kamar dan melihat ke luar. Tiupan angin pagi
menyegarkan tubuhnya dan ia tergerak untuk melakukan jalan pagi. Pulang ke
rumah setengah jam kemudian, ia melihat istrinya masih tertidur. Tanpa
membangunkannya, ia masuk dapur dan membuat 2 cangkir kopi. Satu untuk
dirinya, satu lagi untuk istrinya. Karena pagi itu adalah pagi terakhir, ia
ingin meninggalkan kenangan manis! Sang istri pun merasa aneh sekali. Selama
ini, mungkin aku salah, "Maafkan aku, sayang."

Di kantor, ia menyapa setiap orang. Stafnya pun bingung, "Hari ini, Boss
kita kok aneh ya?" Dan sikap mereka pun langsung berubah. Mereka menjadi
lembut. Karena siang itu adalah siang terakhir, ia ingin meninggalkan
kenangan manis! Tiba-tiba, segala sesuatu di sekitarnya berubah. Ia menjadi
ramah dan lebih toleran, bahkan apresiatif terhadap perbedaan pendapat.
Tiba-tiba hidup menjadi indah. Ia mulai menikmatinya. Pulang ke rumah petang
itu, ia menemukan istri tercinta menungguinya di beranda. Kali ini justru
sang istri yang memberikan ciuman kepadanya, "Sayang, sekali lagi aku minta
maaf, kalau selama ini aku selalu merepotkan kamu." Anak-anak pun tidak
ingin ketinggalan, "Pa, maafkan kami semua. Selama ini Papa selalu stress
karena perilaku kami."

Tiba-tiba, sungai kehidupannya mengalir kembali. Seketika hidup menjadi
sangat indah. Ia mengurungkan niatnya untuk bunuh diri. Tetapi bagaimana
dengan setengah botol yang sudah ia minum? Ia mendatangi Sang Guru lagi.
Melihat wajah pria itu, Sang Guru langsung mengetahui apa yang telah
terjadi, "Buang saja botol itu. Isinya air biasa kok. Kau sudah sembuh Jika
kau hidup dalam kekinian, jika kau hidup dengan kesadaran bahwa engkau bisa
mati kapan saja, maka kau akan menikmati setiap detik kehidupan. Hilangkan
egomu, keangkuhanmu. Jadilah lembut, selembut air, dan mengalirlah bersama
sungai kehidupan. Kau tidak akan bosan. Kau akan merasa hidup. Itulah
rahasia kehidupan. Itulah jalan menuju ketenangan. Itulah kunci
kebahagiaan."

Pria itu mengucapkan terima kasih, lalu pulang untuk mengulangi pengalaman
sehari terakhirnya. Ia terus mengalir. Kini ia selalu hidup dengan kesadaran
bahwa ia bisa mati kapan saja. Itulah sebabnya, ia selalu tenang, selalu
bahagia!

Tunggu. Kita semua SUDAH TAHU bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA. Tapi
masalahnya: apakah kita SELALU SADAR bahwa kita BISA MATI KAPAN SAJA? Nah!

Sumber : Tidak Diketahui

Nb : Supaya tidak alergi kepada kehidupan, buat hidup menjadi lebih hidup,
so, baca buku MOTIVMAGIC, it's Magic,

Motivmagic meraih nilai 7 dari 10, dari sebuah majalah anak muda terkenal di
Indonesia
http://www.rahasiamotivasi.wordpress.com




 



[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke