di zaman modern sekarang ini & jg dizaman globalisasi semua serba susah & semua 
serba membingung kan apa lg banyak para calon pemimpin yg mengobar janji 
nya...& setelah mereka terpilih apa merka masih ingat sama kita2 trutama kpd 
merka yg sangat memerlukan uluran tangan jd enggak salah kalo nanti nya banyak 
Yg GOLPUT .

--- Pada Ming, 5/4/09, dedemari...@yahoo.com <dedemari...@yahoo.com> menulis:

Dari: dedemari...@yahoo.com <dedemari...@yahoo.com>
Topik: [Pramuka] Re: [IA-IP-UNPAD] Golput ya Golput, tapi Jangan Golput
Kepada: "IA IP" <ia-ip-un...@yahoogroups.com>, "Pramuka Net" 
<pramuka@yahoogroups.com>, "Ponsen HTI" <ponsen...@yahoo.com>, "IA UP" 
<milis-ika-un...@yahoogroups.com>, "AIPI Politik" 
<aipi_poli...@yahoogroups.com>, "Ridlo Eisy" <ridloe...@yahoo.com>
Tanggal: Minggu, 5 April, 2009, 11:30 PM

Mas ariel n mas sulis, jadi di era sekarang yang mau golput jadi pargolput gt? 
krn golkar nya sdh jd partai golkar he2. Atau golput sdh masa lalu tinggal 
kenangan, skr saatnya warga negara lebih aktif lagi buat mengisi ruang2 politik 
publik yang terbuka lebar2 seaktif para elit lama sisa2 orba kalau benar2 mau 
ikut memperbaiki keadaan, dan tdk hanya 5 thn sekali tetapi yang terpenting 
dalam politik keseharian (day to day politic) di luar pemilu, spt dlm proses 
pengambilan keputusan di politik lokal. Atau jangan2 warga negara kita msh 
terbungkam sisa2 orba atau trauma orba dlm hal politik, hampir di semua 
kelompok wn, spt buruh, pemuda, perempuan, cendikiawan, pemimpin agama, dll nya 
dlm memahami politik msh dlm bayang2 bahasa dan trauma orba. Memang spt 
dinyatakan peter b. haris 'kekacauan berpolitik dimulai dr kekacauan berbaha 
sa, dan kekacauan berbahasa menunjuk kan kekacauan berpikir'. Mudah2an kita 
bisa mulai menata bahasa dan pikiran kita.
 Wallohualam.

Dmar 
Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!

-----Original Message-----
From: Sulistiono Kertawacana <sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id>

Date: Mon, 06 Apr 2009 01:10:28 
To: undisclosed-recipients:;<Invalid address>
Subject: [IA-IP-UNPAD] Golput ya Golput, tapi Jangan Golput


Golput ya Golput, tapi Jangan Golput
 
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/04/06/KL/mbm.20090406.KL129953.id.html
 
<http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/04/06/KL/mbm.20090406.KL129953.id.html>
 
 
 Ariel Heryanto 
* Pengamat politik 
Agak mencengangkan, juga mengecewakan, jika hari begini orang masih bicara 
tentang ”Golput” dengan semangat kepahlawanan menggebu. Ja­ngan-jangan ini 
merupakan salah satu bukti ma­cetnya kesadaran sejarah dan daya kreatif 
berbahasa di kalangan mereka yang merasa bersikap kritis dan progresif. Niat 
baik memperbaiki politik negeri ini butuh bahasa yang sepadan. 
Sebagai anak kandung Orde Baru, istilah Golput mengemban beban sejarah yang 
sudah kelewat kedaluwarsa. Istilah itu masih bersaudara kandung dengan istilah 
bermasalah ciptaan Orde Baru seperti ”bersih lingkungan”, ”Orde Lama”, ”gerakan 
pengacau keamanan”, ”G30S-PKI” atau ”nonpribumi”. 
Kesadaran kritis di kalangan masyarakat terhadap Pemilu 2009 layak dihargai. 
Jika ada yang mau memboikot, itu sah-sah saja. Tapi alangkah eloknya jika 
semangat seperti itu dinyatakan dengan istilah yang lebih pas dan teliti 
ketimbang ”Golput”. Tampaknya sebagian tidak kecil dari mereka masih punya 
ikatan batin dengan bahasa politik Orde Baru sebagai ”bahasa ibu” mereka. 
Ketika bergulat dalam realitas masa kini, lewat sepuluh tahun sesudah 
bangkrutnya rezim militer itu, mereka terbata-bata dalam logat Orde Baru. 
Memang benar pada awal kebangkit­annya, hampir 40 tahun lalu, Golput me­rupakan 
pembangkangan yang heroik terhadap Orde Baru. Namun setiap pembangkangan 
merupakan anak kandung zamannya. Dan zaman itu dikuasai pihak yang digugat, 
bukan saja secara politik, hukum, atau militer, melainkan juga berbahasa. 
Ceritanya begini. Nama Golput jelas-jelas dipinjam dari istilah Golkar yang 
waktu itu menjadi partai pe­nguasa. Jadi, walau ingin tampil sebagai lawan 
Golkar, cara berpikir dan berbahasa kaum Golput masih tidak terlepas jika 
bukannya bersaudara dengan Golkar dalam keluarga besar Orde Baru. Pertikaian 
mereka ibarat Pandawa dan Kurawa dalam keluarga besar Bharata. 
Pada zaman Orde Baru, semua partai politik menjadi boneka yang baju dalamnya 
diobok-obok penguasa. Bahkan dalam urusan gambar lambang, semua partai dituntut 
menggunakan tanda gambar baku yang ditetapkan penguasa, yakni lambang gambar 
bersegi lima. 
Waktu mendeklarasikan kelahirannya sendiri, Golput secara patuh menggunakan 
tanda gambar yang sama: segi lima dengan warna sepenuhnya putih. Bukan cuma 
itu. Golkar hanya merasa perlu berkampanye lima tahun sekali. Golput? Idem 
ditto bin setali tiga uang. Golput hanya bangkit dan bersuara jika dan setelah 
Golkar berteriak. Ada bedanya Golput dulu dan Golput sekarang? 
Sebagai sebuah pranata politik formal, Orde Baru secara resmi sudah mati. Tapi 
rohnya gentayangan di mana-mana. Juga dalam cara berbahasa. Sepuluh tahun lalu 
bendera dan berbagai lambang Golkar yang lain pernah dibakar massa di jalanan 
bersamaan dengan runtuhnya Orde Baru. Tapi dengan gesit para tokoh Golkar 
berganti baju. Dan dengan sedikit kosmetik, Golkar menampilkan diri dengan 
identitas sedikit lain. Hasilnya lumayan. Golkar bukan selamat dari ancaman 
pembantaian reformasi. Usia Golkar bahkan lebih panjang ketimbang Orde Baru. 
Golkar malahan tetap menjadi salah satu kekuatan politik terbesar pada masa 
pasca-Orde Baru. 
Para aktivis anti-Orde Baru? Mereka ngos-ngosan. Se­perti aktivis di era 1960, 
mereka yang pernah aktif di dekade 1990 sudah bergabung menjadi penggembira 
kubu para politikus yang dulu pernah menculik dan menyiksanya pada zaman Orde 
Baru. Sebagian aktivis lain yang tetap berada di luar struktur politik partai 
formal masih berkutat pada pikiran dan berbahasa pada tahun 1970-an: ber-Golput 
ria! 
Pada masa kelahirannya Golput tampil sebagai konfrontasi simbolik terhadap 
Golkar yang menduduki tempat paling tinggi dalam kerucut politik Orde Baru. 
Waktu itu, selama 30 tahun, setiap pemilihan umum selalu mutlak dimenangi 
Golkar. Melawan Golkar berarti melawan jantung perpolitikan. Sekarang Golkar 
sudah tidak lagi sehebat itu. Agak mubazir jika pembangkangan ter­hadap politik 
masa kini, dan Pemilu 2009 khususnya, tetap dinyatakan dalam bahasa 70-an. 
Pranata politik kita masa ini—khususnya di sekitar legislatif—bukan tanpa 
masalah. Pemilihan umum tetap diperlukan. Sayangnya, seandainya berjalan serba 
lancar pun pemilu tahun ini tidak menjamin akan terciptanya legislatif yang 
jauh lebih baik. Tapi masalah politik kita pada masa ini jelas berbeda dari 
masalah politik sepuluh tahun lalu ketika Orde Baru ambruk. Apalagi jika 
dibandingkan dengan kondisi 40 tahun lalu, ketika Golput dibangkitkan. Obat 
yang dibutuhkan untuk mengobatinya jelas berbeda. 
Sebuah istilah yang lebih tepat selain Golput dibutuhkan untuk menyatakan 
keresahan dan kekecewaan masyarakat terhadap hiruk-pikuk politik Indonesia pada 
umumnya, dan Pemilu 2009 pada khususnya. Tapi kita terbata-bata dalam bertutur 
politik. Sama halnya ketika demonstran di jalanan bernyanyi. Dari zaman dulu 
masih saja tetap Halo-halo Bandung dan Maju Tak Gentar. 
Golput lahir dari sebuah masa ketika yang ”putih” dianggap suci dan murni. Apa 
yang ”hitam” mengacu pada mereka yang dianggap kotor, bermasalah, korup, dan 
buruk. Mungkin ini sebabnya bintang film kita masih bertampang kebule-bulean. 
Dan krim pemutih kulit masih laris di toko-toko. -- Kind regards, Sulistiono 
Kertawacana http://sulistionokertawacana.blogspot.com/ 
<http://sulistionokertawacana.blogspot.com/> 
 
 
 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

---------------------
Be Prepared
Sekali Pramuka tetap Pramuka
---------------------

Pramuka email addresses:
  Post message: Pramuka@yahoogroups.com
  Subscribe:    pramuka-subscr...@yahoogroups.com
  Unsubscribe:  pramuka-unsubscr...@yahoogroups.com

---------------------Yahoo! Groups Links






      Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard 
Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to