salam pramuka.

sebaiknya temen temen pramuka non ini juga biar tambah memupuk rasa cinta 
alamnya.... seru tuh kayaknya kalau bisa di fasilitasi ama kwarda kwarda + 
kwarcab nonton bareng di bisokop atau di pendopo kwartirny .. :0)


link info lengkapnya di :
 
http://www.21cineplex.com/slowmotion/home-tak-perlu-keliling-dunia,859.htm
 
JAKARTA
Theater           PLAZA SENAYAN XXI Beli Tiket Online MTix 12:30 14:50 17:10 
19:30 21:50
weekdays: @ Rp 25,000
weekends: @ Rp 50,000
Pemesanan group: Dhani Agustinus, telp: +62-817 081 9879, email: 
dhani.agusti...@gmail.com
 
Catatan:
Dari setiap tiket yang terjual, Rp 2000 akan didonasikan ke WWF-Indonesia. Ajak 
keluarga dan jadikan ini momen pendidikan lingkungan untuk karyawan kantor Anda.
HOME, Tak Perlu Keliling Dunia

HOME adalah sebuah film dokumenter karya sutradara Yann Arthus-Bertrandhas yang 
merupakan salah satu photographer handal dunia. Di usia ke 25 tahun, ia telah 
menerbitkan lebih dari 65 buku photography yang berisi keindahan alam dan 
olahraga dengan kekhususan aerial photoghrapy. The Earth From Above (1999) 
karyanya berhasil menjadi salah satu buku ilustrasi terlaris di dunia (terjual 
lebih dari 3 juta copy dan ditranslate kedalam 24 bahasa). Buku ini juga 
dijadikan duta untuk berkampanye tentang lingkungan hidup. Di tahun 2005 Yann 
mendirikan Good Planet, sebuah organisasi non-profit yang mendedikasikan diri 
untuk mempromosikan pengembangan pelestarian lingkungan.

Film ini dirilis serentak di 3 benua pada tanggal 5 Juni 2009 untuk 
memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Diproduseri oleh Luc Besson dari 
Europe Corp yang juga pernah membuat film bertema lingkungan seperti The Big 
Blue (1988) dan juga Atlantis (1991). Film yang menghabiskan dana  sekitar 16 
juta Euro untuk biaya distribusi ini, akan memilih seorang spokesman di setiap 
negara yang akan mengampanyekan issue-issue tentang lingkungan hidup seperti 
Mantan Wakil Presiden  Amerika, Al Gore untuk Amerika Serikat, Bono (U2) di 
Inggris serta Mikhail Gorbachev di Russia

Manjakan mata anda dengan keindahan pemandangan dari 60 negara yang mungkin 
belum pernah anda lihat atau anda bayangkan sebelumnya. Semua gambar di film 
ini diambil dengan aerial shot sesuai dengan judul bukunya The Earth From 
Above, sedangkan narasinya dipercayakan kepada aktris kawakan Hollywood, Glenn 
Close. Dengan mengambil alur kronologis, HOME mengajak kita menjelajahi 
bagaimana awalnya bumi ini terbentuk dari bakteri atau acynobacteria, zat yang 
sama pula yang membentuk makhluk hidup seperti manusia. Kita lalu diajak 
menyaksikan bagaimana bumi tumbuh serta memiliki harmoninya sendiri. Tidak ada 
yang terlalu galak ataupun terlalu buas di muka bumi karena semua berjalan 
harmonis sebagai sebuah rantai kehidupan yang menciptakan suatu ekosistem.

Lalu mulai hadirlah manusia, makhluk kecil yang tidak berdaya namun bisa 
menaklukan dunia dan membuat semuanya berubah. Segalanya berawal ketika manusia 
mulai mengenal pertanian yang menyelamatkannya dari ketidakpastian food 
gathering. Pertanian membawa manusia pada peradaban tapi peradaban pulalah yang 
menghasilkan segala bentuk kerusakan seperti sistem rumah kaca, ataupun 
pestisida yang mencemari tanah, air dan udara. Tidak berhenti sampai disitu, 
keserakahan manusia merambah ketika manusia mulai menjarah apa yang ada dalam 
perut bumi. Penambangan barang tambang dan juga minyak menghasilkan banyak 
lebih banyak kerusakan lagi di bumi. Rantai makanan terputus, ekosistem 
terganggu, penebangan dan kebakaran hutan, pencemaran laut, air dan udara yang 
akhirnya menciptakan pemanasan global. Bumi pun lambat laun membalas, iklim 
mulai berubah, es di kutub utara mencair, fenomena iceberg semakin meluas. Apa 
yang akan dihadapi manusia? Ancaman akan kelaparan, kemiskinan, kekeringan, 
kesulitan air bersih dan juga kehilangan sumber daya alam yang dapat 
diperbaharui.

HOME memberikan solusi apa yang harus manusia lakukan. Jangan mengambil dari 
bumi dan merusaknya lagi tapi ambilah dari apa yang ada diluar bumi, tenaga 
alam yang tidak akan habis yaitu matahari. Sebuah pendekatan unik diambil film 
ini untuk menyerukan ajakan tersebut dalam balutan majas ironi seperti yang 
terlihat dalam salah satu narasinya “Sudah telat untuk pesimis karena saya 
telah melihat Denmark memakai kincir matahari guna menghasilkan 20 % listrik 
buat penduduknya…” Film ini juga seakan ingin mengajari manusia menjadi 
pembeli yang baik, take and give…Alam telah memberikan banyak, maka manusia 
juga harus memberikan sesuatu kepada alam dan manusia masih punya tenggat waktu 
untuk menyelamatkan dirinya sendiri karena yang terpenting sekarang bukanlah 
apa yang telah hilang tapi apa yang masih tersisa…. (Ind)

Kirim email ke