Selamat ulang tahun, kak Idik. --- On Mon, 7/20/09, Hendry Risjawan <hen...@trainersclub.or.id> wrote:
From: Hendry Risjawan <hen...@trainersclub.or.id> Subject: [Pramuka] Mengenal Lebih Dekat dengan kak Idik Suleman To: pramuka@yahoogroups.com Date: Monday, July 20, 2009, 9:42 AM Mengenal Lebih Dekat dengan kak Idik Suleman Tanggal 20 Juli mungkin tidak ada artinya buat banyak orang. Bila ditanyakan pada orang Kuningan pun apa makna tanggal 20 Juli, mungkin tidak ada yang bisa menjawab. Tapi yang pasti, pada hari Kamis 20 Juli 1933, di tempat itu telah lahir seorang bayi yang kemudian diberi nama Idik Sulaeman Nataatmadja. Kak Idik saya memanggil beliau, karena beliau adalah pembina pramuka saya. Sejak muda saya suka sekali membaca buku-buku yang beliau tulis, saat itu sy belum mengenal beliau secara pribadi, hingga saya masuk kuliah dan bergabung dgn Pramuka di Trisakti. Tidak disangka sewaktu dikenalkan para pembina pramuka, ternyata kak Idik menjadi salah seorang pelopor berdirinya Pramuka di Trisakti, yang saya rasakan sangat luar biasa senang, akhirnya saya dapat bertemu dengan orang yang selama ini saya kagumi. Saat itu di Trisakti beliau sebagai Pembantu Dekan 3 dan jabatan terakhir di Trisakti sebagai Pembantu Rektor 3. Dari sanalah akhirnya saya menjadi sangat dekat dengan beliau hingga kini, bahkan beliau sudah saya anggap sebagai orangtua kedua saya, karena banyak sekali pelajaran mengenai hidup yang saya dapat dari beliau. Yang saya senang lagi dari beliaulah saya kenal dengan sang Maestro pencipta lagu Syukur kak Husein Mutahar yang rupanya beliau adalah Pembina Pramuka kak Idik. Dengan kedekatan saya dengan Kak Mutahar akhirnya saya menganggap beliau adalah eyang saya, banyak juga pelajaran pengembangan diri yang saya dapat dari. Jadi tanggal 20 Juli bagi saya adalah salah satu hari yang istimewa, kami selalu hadir di ulangtahunnya, tidak hanya sanak saudara, bahkan para purna dan adik pramuka Trisakti juga hadir serta beberapa orang Purna Paskibraka. Di usianya yang ke-76, wajar bila Kak Idik tidak selincah dulu. Stroke yang menyerang beberapa tahun lalu dan baru-baru ini, membuatnya sedikit kesulitan dalam menyampaikan apa yang ada di dalam pikirannya dalam bentuk kata-kata. Namun, daya tangkapnya dan daya ingatnya masih kuat, khususnya tentang Pramuka. Jika kita tahu sejarah perjalanan beliau, banyak sekali jasa yang telah beliau berukan dengan tulus untuk bangsa dan negara ini, selain banyak sekali jasa di bidang Pramuka yang beliau perbuat, nama Paskibraka yang sering kita dengar adalah hasil ciptaan beliau, tidak hanya itu, mungkin diantara kita banyak yang tidak tahu bahwa yang merancang seragam sekolah dan atributnya: putih-merah untuk SD, putih-biru untuk SMP dan putih-abu2 untuk SMA, plus badge OSIS-nya adalah beliau. Tanpa meminta royalti sepeserpun, itu ia lakukan dengan tulus & ikhlas. Saya ingin menceritakan sedikit tentang beliau: Pria dengan penampilan yang tenang ini dilahirkan di Kuningan pada hari Kamis, 20 Juli 1933, dengan nama lengkap Idik Sulaeman Nataatmadja. Menghabiskan masa kecil di daerah kelahirannya, sampai tamat SMP di Purwakarta dan pindah ke Jakarta saat masuk SMA. Sejak kecil, jiwa seni sudah terlihat dalam dirinya. Tak heran bila setamat SMA ia memilih seni rupa sebagai pilihan profesinya dengan menamatkan pendidikan sebagai sarjana seni rupa di Departemen Ilmu Teknik Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 9 April 1960. Menikah dengan Aisah Martalogawa pada 29 Oktober 1961, Idik dikaruniai tiga anak, yakni Ir. ars Isandra Matin Ahmad (yang beristrikan Ir.ars Retno Audite), Isantia Dita Asiah (yang bersuamikan Drs. Mohammad Imam Hidayat), dan Dra Isanilda Dea Latifah (yang bersuamikan Ari Reza Iskandar). Dari ketiganya, ia kini memiliki enam orang cucu, masing-masing 3 cucu laki-laki dan 3 cucu perempuan. Idik Sulaeman memulai karirnya di Balai Penelitian Tekstil dan bekerja di sana pada 1960-1964. Pada 1 Februari 1965 ia diangat menjadi Kepala Biro Menteri Perindustrian dan Kerajinan yang saat itu dijabat Mayjen TNI dr. Azis Saleh. Ternyata dunia seni dan tekstil harus mulai ditinggalkannya ketika 1 Desember 1967 Idik pindah kerja ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), mula-mula sebagai Kepala Dinas Pengembangan dan Latihan. Saat inilah, ia banyak membantu Husein Mutahar dalam mewujudkan gagasannya membentuk Paskibraka. Pada 30 Juni 1975, ia diangkat menjadi Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Pembinaan Kegiatan di Direktorat Pembinaan Generasi Muda (Ditbinmud). Dan pada 9 Maret 1977, ia mencapai posisi puncak di Ditbinmud setelah ditunjuk sebagai Pelaksana Harian Direktur Pembinaan Generasi Muda, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga (Ditjen PLSOR). Tiga tahun penuh ia benar-benar menjadi "komandan" dalam latihan Paskibraka, yakni Paskibraka 1977, 1978 dan 1979. Pada 24 November 1979, Idik ditarik ke Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) dan menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan sampai 15 November 1983. Selama empat tahun itu, dengan latar belakang pendidikan seni rupa dan pengalaman kerja di bidang tekstil, Idik mencatat sejarah dalam penciptaan seragam sekolah yang kita kenal sampai sekarang: SD putih-merah, SMP putih-biru dan SMA putih-abu-abu, lengkap dengan lambang sekolah dasar (SD) dan OSIS yang kini selalu melekat di saku kiri seragam sekolah. Ia juga membantu Mutahar dalam membentuk dan melatih kelompok pengibar bendera di sekolah-sekolah, serta mengatur dan menggerakkan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) dan Ikatan Keluarga OSIS (IKOSIS). Bakat seni rupa dan pengetahuan tentang tekstil itu jugalah yang membuat Idik menciptakan sendiri seluruh atribut yang ada di Paskibraka, termasuk rancangan seragamnya sendiri dan lambang-lambangnya pada tahun 1973. Atribut itu antara lain lambang korps Paskibraka, lambang anggota dan kendit serta lencana Merah-Putih- Garuda (MPG) sebagai tanda telah mengikuti latihan "Pandu Ibu Indonesia Ber-Pancasila" . Dunia pendidikan terus menjadi bidang karir Idik setelah tidak lagi menjabat Direktur Pembinaan Kesiswaan. Tahun 1985, ia menjadi tenaga pengajar pada Jurusan Seni Rupa di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Trisakti Jakarta. Di sana, ia juga ikut aktif membina Pramuka dan mahasiswa sampai akhirnya diangkat menjadi pembantu Rektor III Urusan Kemahasiswaan mulai 10 Oktober 1989 sampai 2 Januari 1995. Di perguruan tinggi terkemuka di Jakarta itu, Idik masih mengajar sampai usianya 70 tahun (Juli 2003). Kiprah Idik dalam dunia pendidikan selaku pegawai negeri sipil baru berakhir pada tahun 1998 setelah ia memasuki masa pensiun dengan pangkat terakhir Pembina Utama Madya, golongan IV/d. Selama karirnya itu, ia sempat menyelesaikan Kursus Reguler Angkatan XII (KRA-XII) Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) di Departemen Hankam pada 3 Desember 1979. Dunia kepanduan dan Pramuka adalah bagian lain dari hidup Idik Sulaeman. Sejak berusia enam tahun (1939), ia sudah mengenal kepanduan sebagai pandu muda di Kepanduan Natipy. Sesudah Pandu Rakyat berdiri di Kuningan, ia menjadi Pandu Perintis dan dilantik di daerah Manonjaya. Tahun 1950 ia pindah ke Purwakarta dan masuk kepanduan lagi sebagai Pandu Pawang. Baru kemudian jadi Pandu Penuntun dan masuk Kelompok Jakarta-17 saat SMA di Jakarta. Ketika kuliah di ITB, Idik mendirikan Perindukan Pemula. Itulah sebabnya ketika Gerakan Pramuka didirikan, ia masuk dalam susunan Kwartir Daerah Jawa Barat sebagai Andalan Daerah Urusan Perlengkapan. Ia juga sempat menjadi Ketua Kwartir Cabang Kodya Bandung menggantikan A. Djamil yang pindah ke Jakarta. Dengan pengalaman di Jawa Barat itulah, ketika pindah ke Jakarta Idik ditunjuk menjadi Asisten Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kwartir Nasioal Gerakan Pramuka. Ketika mengajar di Universitas Trisakti, Idik mendirikan dan mengaktifkan Pramuka di sana bersama beberapa dosen dan pimpinan universitas. Sejumlah kursus orientasi yang terorganisir dan berkesinambungan diadakan dengan tokoh-tokoh mahasiswa, sehingga Pramuka Trisakti tetap eksis sampai sekarang di Kampus A, B dan C. Selama sebelas tahun menjadi Andalan Nasional (1988-1998), Idik tercatat pernah mendapat penghargaan Tanda Bakti, Karya Satya 8 Tahun (IV) dan Bunga Melati. Dihari ulangtahun ini ijinkan saya memberikan doa untukmu kakakku untukmu ayahku Tuhan berkati kakakku yang sedang berulangtahun hari ini. Kabulkan semua doanya walaupun tidak terucap. Karena ia sangat istimewa bagiku Ya Allah, ia bak mutiara yang tidak pernah kehilangan kemilaunya. Saya yakin Engkau akan menyertai disetiap langkahnya dan hadir disetiap doanya. Selamat Ulangtahun kak Idik, semoga Allah selalu memberikan anugrah yang terindah-Nya untuk kakak. Dari adikmu Hendry Risjawan. Life For Success Salam Trainer, HENDRY RISJAWAN www.trainersclub. or.id [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]