sungguh cerita yang menyegarkan ingatan kita terhadap sosok seorang Pahlawan...
semoga apa yg diwariskan kak H.Mutahar kepada kita, tetap lastari di bumi 
pertiwi yg kita cintai ini....

--- Pada Kam, 6/8/09, Joko Mursitho <jokomursi...@yahoo.com> menulis:

Dari: Joko Mursitho <jokomursi...@yahoo.com>
Judul: Re: [Pramuka] H. Mutahar, Sang Pencipta Lagu Hari Merdeka
Kepada: pramuka@yahoogroups.com
Tanggal: Kamis, 6 Agustus, 2009, 11:34 PM






 




    
                  BUAT KAK HENDRY



Terima kasih, saya sebagai Kalemdikanas mendapatkan ceritera ini, dan akan saya 
sampaikan kepada para pelatih-pelatih lain di seluruh Indonesia yang saya 
jumpai.



Pramuka sejati, tidak berharap dipuji, tidak berharap disebut Pahlawan. Inilah 
cermin kehidupan yang meretas dari RASA SYUKUR.



Hanya puncak syukur yang bisa menghantarkan manusia menjadi bahagia. 



JOKO MURSITHO



--- On Thu, 8/6/09, hendrik manix <rimat...@yahoo. com> wrote:



From: hendrik manix <rimat...@yahoo. com>

Subject: Re: [Pramuka] H. Mutahar, Sang Pencipta Lagu Hari Merdeka

To: pram...@yahoogroups .com

Date: Thursday, August 6, 2009, 6:19 AM



 



Dua moment persentuhan saya dengan Kak Mutahar.



Pertama, ketika beliau ke IKIP Bandung diundang Gudep Pramuka dan mendapat 
wejangan mengenai Kepenegakan. Banyak hal baru yang saya dapati khususnya 
bagaimana proses pembinaan seorang calon penegak. Saya ingat beliau datang 
sendiri, tidak mau dijemput dan menyatakan selama jadi Andalan nasional tidak 
pernah menerima apa-apa karena memang tidak berkenan. Pengabdian adalah 
pengabdian.



Kedua, di Raimuna Nasional 1992. Saat itu saya menjadi peserta Lokakarya Buku 
Pedoman Kepenegakan (?) yang sampai sekarang tidak jadi-jadi. Kembali 
disegarkan dengan ide-ide Kepanduan dari beliau.



Lagu Syukur merupaka satu-satunya lagu yang sampai hari ini membuat saya 
merinding .....



Hendro Prakoso



--- On Wed, 8/5/09, Hendry Risjawan <hen...@trainersclu b .or.id> wrote:



From: Hendry Risjawan <hen...@trainersclu b .or.id>



Subject: [Pramuka] H. Mutahar, Sang Pencipta Lagu Hari Merdeka



To: pram...@yahoogroups .com, p...@yahoogroups. com



Date: Wednesday, August 5, 2009, 2:20 PM



 



H. Mutahar, Sang Pencipta Lagu Hari Merdeka



Mutahar kecilSetiap tahun apabila kita merayakan Hari Ulang Tahun



Kemerdekaan Republik Indonesia sudah bisa dipastikan bahwa kita akan sering



mendengar Lagu Hari Merdeka yang diciptakan oleh Bapak Husein Mutahar (Alm)



yang dinyanyikan baik itu oleh anak-anak, maupun orang dewasa. 



Sekilas cerita tentang terciptanya Lagu Hari Merdeka yang sering



diperdengarkan pada saat Aubade HUT Proklamasi Kemerdekaan RI, menurut



pengakuan beliau sendiri, diciptakan di dalam toilet Hotel Garuda



Yogyakarta. Ketika itu ia sekamar dengan Hugeng yang kemudian menjadi Kepala



Polri, dimana pada saat itu sedang bersama-sama mengawal Bung Karno. Hugeng



kebingungan mencarikan kertas dan pulpen karena Mutahar tergopoh-gopoh



hendak menuangkan gagasannya ke atas kertas. Selanjutnya, karya cipta



lainnya dari H. Mutahar yang cukup dikenal adalah lagu SYUKUR. Menurut



beliau, lagu Syukur ini diciptakan pada tahun 1944, adalah sebuah puji



syukur yang dipersiapkannya untuk menyambut Kemerdekaan RI yang ketika itu



diduganya sudah hampir tercapai.



Namun dibalik lagu itu, tahukah anda siapa tokoh pencipta lagu tersebut ?



Disini saya mencoba untuk menuliskan sedikit tentang beliau yang saya



ketahui selama saya mengenal beliau.



Hs. Mutahar saya kenal dari kak Idik Sulaeman. Hingga dalam perjalanan



mengenal beliau saya menjadi sangat dekat, terkadang kita begadang untuk



berdiskusi tentang segala hal. Saya yang tadinya tidak suka lagu Klasik



akhirnya menjadi sangat suka karena beliau. Kedekatan saya dengan kak Hs...



Mutahar hingga saya mengganggap beliau adalah eyang saya sendiri, makanya



saya selalu memanggil beliau dengan eyang. Banyak sekali yang saya dapatkan



mengenai kehidupan dan karakter kepribadian dari beliau dan itu sangat



menempel dalam diri saya.



Mungkin sebagian besar dari kita tidak banyak mengenal beliau, atau mengenal



sebatas ia adalah seorang pencipta lagu. Dibalik itu semua belai mempunyai



jasa yang besar untuk Republik Indonesia ini. Mari kita mengenal beliau



lebih dalam lagi.



Bapak Husein Mutahar lahir di Semarang, Jawa Tengah pada tanggal 5 Agustus



1916. Perjalanan pendidikan formalnya dimulai dari ELS (Europese Lagere



School atau sama dengan SD Eropa selama 7 tahun) , kemudian dilanjutkan ke



MULO (Meer Uitgebreid Lager Ondewwijs atau sama dengan SMP selama 3 tahun)



dan dilanjutkan ke AMS (Algemeen Midelbare School atau sama dengan SMA



selama 3 tahun) Jurusan Sastra Timur khususnya Bahasa Melayu, di Yogyakarta.



kemudian beliau melanjutkan ke Universitas Gajah Mada dengan mengambil



Jurusan Hukum dan Sastra Timur dengan khusus mempelajari Bahasa jawa Kuno



namun perkuliahan nya hanya 2 tahun karena selanjutnya drop out (DO) karena



harus ikut berjuang.



Kemudian tentang riwayat pekerjaan beliau antara lain adalah :



1.      Guru Bahasa Belanda di SD Islam swasta di Pekalongan,



2.      Wartawan berita kota dari Surat Kabar berbahasa Belanda "Het Noorden



" di Semarang tahun 1938,



3.      Klerk di Cosultatie Bureau der Afdeling Nijverheid voor Noord Midden



Java, Departement Ekonomische Zaken, 1939-1942



4.      Sekretaris Keizai Bucho (Kepala Bagian Ekonomi) Kantor Gubernur Jawa



Tengah, 1943.



5.      Pegawai Rikuyu Sokyoku (Jawatan Kereta Api Jawa Tengah Utara) di



Semarang, 1943-1948.



6.      Sekretaris Panglima Angkatan Laut Republik Indonesia, 1945-1946.



7.      Ajudan III, kemudian Ajudan II Presiden Republik Indonesia



1946-1948.



8.      Pegawai Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, 1969 - 1979.



9.      Diperbantukan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan sebagai



Direktur Jenderal Urusan Pemuda dan Pramuka (Dirjen Udaka) Departemen P&K,



1966-1968.



10.     Diangkat menjadi Duta Besar Republik Indonesia pada Tahta Suci di



Vatikan, 1969-1973.



11.     Direktur Protokol Departemen Luar Negeri merangkap Protokol Negara,



1973-1974



12.     InspekturJenderal Departemen Luar Negeri dan selama 16 bulan,



merangkap Direktur Protokol dan Konsuler Departemen Luar Negeri, merangkap



Kepala Protokol Negara, 1974.



13.     Pensiun sebagai Pegawai Negeri Sipil, golongan IVe.



Dalam kehidupan ber-Organisasi pengalaman beliau adalah sbb :



1.      Pemimpin Pandu dan Pembina Pramuka, 1934-1969



2.      Anggota Partai Politik, 1938 - 1942



3.      Kepala Sekolah Musik di Semarang, sebagai tempat penanaman,



penyebaran, dan pengobaran semangat kebangsaan Indonesia, dan sebagai



gerakan penyebaran semangat melawan Jepang dan kamuflase gerakan subversi



melawan Jepang, 1942-1945



4.      Anggota AMKRI (Angkatan Muda Kereta Api Indonesia) di Semarang,



1945.



5.      Anggota BPRI (Badan Pemberontak Rakyat Indonesia) Jawa Tengah, 1945...



6.      Anggota redaksi majalah "Revolusi Pemuda", 1945-1946.



7.      Gerilya, 1948-1949



8.      Ikut mendirikan dan bergerak sebagai pemimpin Pandu serta kemudian



menjadi anggota Kwartir Besar Organisasi Persatuan dan Kesatuan Kepanduan



Nasional Indonesia "Pandu Rakyat Indonesia", 28-12-1945 s.d. 20-5-1961



9.      Ikut mendirikan dan bergerak sebagai Pembina Pramuka, duduk sebagai



anggota Kwartir Nasional Gerakan Pramuka dan Andalan Nasional Urusan



Latihan, 1961-1969



10.     Sekretaris Jenderal Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka,



1973 -1978, dan anggota biasa, 1978-2004.



Beberapa kisah perjuangan beliau yang jarang diketahui adalah:



Beberapa hari menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI yang pertama, Presiden



Soekarno memberi tugas kepada salah satu ajudannya, Mayor M. Husein Mutahar,



untuk mempersiapkan upacara peringatan Detik-detik Proklamasi 17 Agustus



1946, di halaman Istana Presiden Gedung Agung Yogyakarta.



Mutahar, yang dikenal punya rasa kebangsaan sangat kental (ditandai dengan



lagu-lagu ciptaannya seperti Hari Merdeka dan Syukur), segera memenuhi



permintaan Bung Karno. Acara pun disusun satu persatu, mulai dari pembacaan



naskah Proklamasi. Namun, tiba-tiba Mutahar teringat akan sesuatu. Menurut



dia, rasa cinta Tanah Air, persatuan dan kesatuan bangsa wajib dilestarikan



kepada generasi penerus. "Tapi, simbol-simbol apa yang bisa digunakan?"



Melalui materi yang akan dipakai pada upacara itu, Mutahar memilih



pengibaran bendera (pusaka). Dalam benaknya, pengibaran lambang negara itu



memang sebaiknya dilakukan oleh para pemuda Indonesia (seperti juga pada



tahun 1945).



Tanpa buang waktu, ditunjuknya lima pemuda (terdiri dari tiga putri dan dua



putra) untuk menjadi pelaksana pengibaran bendera. Lima orang itu, dalam



pikiran Mutahar adalah simbol dari Pancasila. Salah satu pengibar bendera



pusaka pada 17 Agustus 1946 itu adalah Titik Dewi, pelajar SMA asal Sumatera



Barat yang saat itu sedang menuntut ilmu dan tinggal di Yogyakarta.



Dari pengalaman pertama tahun 1946 itu, Mutahar menganggap apa yang



dilakukannya sudah tepat. Bung Karno pun tidak memprotes keputusan yang



diambil Mutahar untuk menyerahkan tugas pengibaran bendera pusaka kepada



para pemuda. Berturut-turut, pada tahun 1947 dan 1948, pengibaran bendera



oleh lima pemuda asal berbagai daerah itu terus dilestarikan.



Pada akhir tahun 1948 Bung Karno serta beberapa Pemimpin sempat ditangkap



Belanda dan diasingkan ke Parapat (Sumatera Utara), lalu dipindahkan ke



Muntok (Bangka). Saat itu, bendera pusaka sempat diselamatkan oleh Husein



Mutahar dari sitaan Belanda, bahkan dikirimkan ke Bangka dengan cara yang



rumit dan sulit.



Tanggal 6 Juli 1949, Bung Karno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta kembali ke



Yogyakarta dari Bangka dengan membawa serta bendera pusaka. Tanggal 17



Agustus 1949, bendera pusaka kembali dikibarkan di halaman Istana Presiden



Gedung Agung Yogyakarta.



Seusai penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan lndonesia pada 27



Desember 1949 di Den Haag (Konferensi Meja Bundar), Ibukota Republik



Indonesia dikembalikan ke Jakarta. Pada 17 Agustus 1950, pengibaran bendera



pusaka dilaksanakan di halaman Istana Merdeka Jakarta. Husein Mutahar tidak



lagi terlibat, karena regu-regu pengibar bendera pusaka diatur oleh Rumah



Tangga Kepresidenan RI. Pada kurun waktu tersebut, pada pengibar kebanyakan



diambil dari unsur pelajar atau mahasiswa yang ada di Jakarta.



Tahun 1966, Kak Mutahar mendapat jabatan sebagai Direktur Jenderal Urusan



Pemuda dan Pramuka di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Saat itulah, ia



kembali ingat dengan gagasannya tahun 1946.



Dari sana Kak Mutahar dan Ditjen Udaka melakukan latihan dengan nama "



Latihan Pandu Ibu Indonesia Ber- Pancasila" yang sempat diujikan pada tahun



1966 dan 1967. kurikulum uji coba "Pasukan Penggerak Bendera Pusaka"



dimasukkan dalam latihan itu pada tahun 1967 dengan peserta dari Pramuka



Penegak yang berasal dari beberapa Gudep di Jakarta.



Kekhasan latihan itu adalah konsep pelatihan dengan menggunakan metode



"Keluarga Bahagia" dan diterapkan secara nyata dalam konsep " Desa Bahagia".



Di desa itu, para peserta latihan di ajak berperan serta dalam menghayati



kehidupan sehari- hari yang menggambarkan penghayatan dan pengamalan



Pancasila.



Tahun 1967, Husein Mutahar kembali dipanggil Presiden Soeharto untuk diminta



pendapat dan menangani masa-masa pengibaran bendera pusaka. Ajakan itu, bagi



Kak Mutahar, ibarat mendapat "durian runtuh" karena ia bisa melanjutkan



gagasannya membentuk pasukan pengibar bendera pusaka yang terdiri dari para



pemuda.



Kak Mutahar lalu kembali menyusun ulang dan mengembangkan formasi pengibaran



bendera pusaka. Formasi tersebut terdiri dari tiga kelompok yakni kelompok



17 (Pengiring/ Pemandu), kelompok 8 (Pembawa/ Inti), dan kelompok 45



(Pengawal). Formasi tersebut merupakan simbol dari hari kemerdekaan RI



(17-6-45).



Kak Mutahar berpikir keras dan mencoba mensimulasikan keberadaan pemuda



utusan daerah dalam gagasannya. Ketika itu, belum mungkin dihadapkan



pemuda-pemuda yang langsung berasal dari daerah. Kak Mutahar kemudian



mendatangkan pemuda- pemuda daerah yang ada di Jakarta. Sedangkan formasi 45



diisi oleh Pasukan Pengawal Presiden (sekarang Paspampres) setelah usaha



mendatangkan para taruna AKABRI mengalami kendala.



Tanggal 17 Agustus 1968 kemudian pasukan khusus terwujud dengan melibatkan



pemuda daerah yang sesungguhnya. Pemuda-pemuda tersebut adalah utusan dari



daerah langsung.



Selama kurun waktu dari tahun 1967 hingga tahun 1972, bendera pusaka



dikibarkan oleh para pemuda utusan daerah dengan sebutan "Pasukan Penggerak



Bendera". Tahun 1973, Idik Sulaeman yang menjabat Kepala Pengembangan dan



Latihan P&K dan membantu Kak Husein Mutahar dalam pembinaan latihan



melontarkan gagasan baru tentang nama pasukan pengibar bendera pusaka.



Kak Mutahar yang tak lain adalah mantan Pembina Penegak Idik Sulaeman di



Gerakan Pramuka Setuju. Maka, kemudian meluncurlah nama antik berbentuk



akronim yang agak sukar diucapkan bagi orang yang pertama kali menyebutkan:



PASKIBRAKA: singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka.



Kak Idik Sulaeman memang yang memberi nama Paskibraka. Tapi,hakekatnya, kak



Mutahar-lah yang menggagas Paskibraka sehingga beliau pantas dijuluki "Bapak



Paskibraka"



Kak Husein Mutahar kemudian meninggal dunia pada tanggal 9 Juni 2004 pada



usia 87 tahun. Walaupun beliau berhak dimakamkan di Makam Taman Pahlawan



Kalibata karena memiliki Tanda Kehormatan Negara Bintang Mahaputera atas



jasanya menyelamatkan Bendera Pusaka Merah Putih dan juga memiliki Bintang



Gerilya atas jasanya ikut berperang gerilya pada tahun 1948 - 1949 tetapi



Beliau tidak mau dan kemudian dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Jeruk



Purut, Jakarta Selatan.



Kematian beliau sangat memukul saya, begitu sedihnya saya saat itu. Sore itu



sekitar pukul 17.00 saya pulang kantor, Kak Idik menelpon saya, beliau



berkata, "Hen, Eyang sudah tidak ada tadi pukul 16.30", sontak langsung



lemas badan saya, saya lanjutkan perjalanan sampai kerumah karena sudah



tidak terlalu jauh dari rumah, sesampai dirumah sy hanya sempat ganti baju,



dan pamitan ke istri langsung berangkat ke rumah duka di Jln. Damai No.20



Cipete, Jakarta Selatan.



* Dipersembahkan untuk mengenang jasa-jasa Eyang, Kakak Hs. Mutahar oleh



adikmu Hendry Risjawan



Life For Success



Salam Trainer,



HENDRY RISJAWAN



www.trainersclub. or.id



[Non-text portions of this message have been removed]



        



         



        



        



        



        



        



[Non-text portions of this message have been removed]



        

         

        

        



        



        

        



[Non-text portions of this message have been removed]




 

      

    
    
        
         
        
        








        


        
        


      Nikmati chatting lebih sering di blog dan situs web. Gunakan Wizard 
Pembuat Pingbox Online. http://id.messenger.yahoo.com/pingbox/

[Non-text portions of this message have been removed]

Reply via email to