Menurut saya lebih baik kita bertahan dengan ajaran yg selama ini ada di
kita. Secara psikologis, menurut saya usia siaga belum mampu untuk melakukan
aktivitas2 seperti pekerjaan rumah sendirian utamanya aktivitas dimalam
hari. Selain itu aktivitas siaga jika dilakukan malam hari akam membutuhkan
extra pengawasan dari yanda bundanya, bukan berarti nantinya yanda bunda
makin repot tapi setiap diri anak adalah unik yang memiliki pribadi yang
berbeda2 sehingga pengawasannya harusnya berdasar pribadi yg unik tersebut.
Mengenai makin banyaknya program2 dari provider penyelenggara kegiatan anak
usia siaga yang menghadirkan kemah dengan bermalam, hal ini memang menjadi
tantangan sendiri bagi Yanda dan Bunda Pembina Siaga untuk mampu mengelola
kegiatan yang sehari tadi menjadi kegiatan yang penuh dengan makna
pembelajaran.
Kelemahan kita umumnya adalah tidak adanya progress yang bekelanjutan
utamanya pasca kegiatan. Banyak pembina yang melupakan bahwa setelah
kegiatan masih banyak aktivitas lain yang perlu dilakukan, misalnya adanya
penilaian pasca kegiatan, bagaimana kondisi anak didik pasca kegiatan,
adakah dampak positif yang diperoleh dari kegiatan, adakah perubahan
perilaku dirumah pasca kegiatan.
Seringkali data-data pasca kegiatan kita hanya berupa kalimat2 kualitatif,
senang, gembira, bermanfaat, positif, kecapekan dan lain-lain tanpa didukung
kalimat kuantitatif yang terukur, kalo senang sampai seberapa senang dan
mengganggu tidak dengan aktivitas sekolah, kalo bermanfaat, dimananya yang
bermanfaat, apa yang perlu dikembangkan lagi, kalo capek, kenapa capeknya
kegiatan apa yang dirasa terlalu berat, yang semua data tersebut bisa
dikonsumsi oleh orang tua, guru dan pembina sendiri sebagai bahan evaluasi
kegiatan berikutnya.
Mungkin itu dulu komentar saya, yg juga perlu dikomentari
trima kasih

2009/8/22 hendrik manix <rimat...@yahoo.com>

>
>
>
> Salam Pramuka,
>
> Sampai hari ini jika kita bicara dengan para Pelatih Pembina Siaga maka
> kita diberitahu bahwa Siaga tidak boleh berkemah. kalau pun berkemah, maka
> perkemahannya hanya perkemahan sehari, pagi datang, mendirikan tenda lalu
> siang/sore bongkar tenda dan pulang. Tidak ada aktivitas menginap.
>
> Saat ini kita melihat banyak tawaran program berkemah yang ditujukan bagi
> siswa sekolah dasar yang mayoritasnya sebaya dengan Siaga.
>
> Di dokumen WOSM dan praktek kepanduan di banyak negara, saat ini lazim kita
> melihat Siaga berkemah yang bermalam.
>
> Dalam tantangan persaingan program, apakah ajaran Siaga hanya boleh
> berkemah sehari dan tidak bermalam masih perlu dipertahankan di Indonesia ?
> Mohon komentar .....
>
> Hendro Prakoso
>
> [Non-text portions of this message have been removed]
>
>  
>



-- 
andi


[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke