“Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu”

(1Tim 1:1-2.13-14; Luk 6:39-42)

 

“Yesus mengatakan pula suatu perumpamaan
kepada mereka: "Dapatkah orang buta menuntun orang buta? Bukankah keduanya
akan jatuh ke dalam lobang? Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi
barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya. Mengapakah
engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam
matamu sendiri tidak engkau ketahui?Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada
saudaramu: Saudara, biarlah aku mengeluarkan selumbar yang ada di dalam matamu,
padahal balok yang di dalam matamu tidak engkau lihat? Hai orang munafik,
keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas
untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (Luk 6:39-42), demikian 
kutipan Warta Gembira hari
ini

 

Berrefleksi
atas bacaan-bacaan hari ini saya sampaikan catatan-catatan sederhana sebagai
berikut:

·   Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan orang
adalah ‘ngrumpi atau ngrasani’, dimana dibicarakan kekurangan dan kesalahan
orang lain yang tidak ada di hadapan mereka. Isi ‘ngrumpi atau ngrasani’ pada
umumnya adalah kekurangan dan kelemahan atau kesalahan orang lain. Orang yang
suka ngrumpi atau ngrasani pada umumnya memiliki kelemahan, kekurangan atau
kesalahan yang cukup besar, namun coba untuk ditutupi dengan melihat dan
menceriterakan kekurangan orang lain. Maka benarlah apa yang dikatakan oleh
Yesus : ”Mengapakah engkau melihat
selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak
engkau ketahui?”. Marilah kita keluarkan ‘balok’ yang menutupi mata kita,
sehingga kita menjadi buta terhadap diri kita sendiri! Memang melihat diri
sendiri itu lebih sulit daripada melihat orang lain. Melihat diri sendiri
dengan tajam berarti terampil mawas diri (awas terhadap diri sendiri). Dalam
doa harian kita, yaitu doa malam menjelang istirahat tidur, ada bagian yang
disebut “pemeriksaan batin”, suatu ajakan bagi diri kita masing-masing untuk
memeriksa dengan cermat isi batin atau hati kita sendiri. Jika kita mampu
melihat diri sendiri dengan baik dan memadai, maka kami yakin kita tidak akan
mudah untuk melihat dan membicarakan kekurangan, kelemahan dan kesalahan orang
lain. Terampil dalam ‘pemeriksaan batin’ berarti terampil dalam pembedaan roh
alias terampil melihat apa yang baik dan benar alias ahli roh baik, bukan
terampil melihat apa yang buruk dan salah alias ahli roh jahat atau setan. 
Marilah
kita saling melihat apa yang baik dan.benar dalam diri sesama kita, sehingga
kita akan dapat melihat dengan jelas apa yang buruk dan salah dan kemudian kita
perbaiki dengan tepat. Dengan saling melihat dan mengakui apa yang baik dan
benar dalam diri kita masing-masing berarti juga terjadi ‘saling memberdayakan’
di antara kita. 

·   “Aku yang
tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang ganas, tetapi aku
telah dikasihani-Nya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan
yaitu di luar iman. Malah kasih karunia Tuhan kita itu telah dikaruniakan dengan
limpahnya kepadaku dengan iman dan kasih dalam Kristus Yesus” (1Tim 1:13-14),
demikian kesaksian atau curhat Paulus kepada Timotius, kepada kita semua. 
Seperti
pernah terjadi dalam diri Paulus, kiranya juga dapat terjadi di antara kita,
yaitu kita merasa berbuat baik tetapi sebenarnya apa yang kita buat adalah
buruk karena ketidak-tahuan kita. Dengan kata lain dari lubuk hati kita yang
terdalam berkendak untuk senantiasa berbuat baik, tetapi karena keterbatasan
pengetahuan, kemampuan dan kemungkinan apa yang menjadi kehendak baik tersebut
dalam pelaksanaan tidak baik atau kurang memadai. Maka marilah kita bina dan
perdalam sikap rendah hati dan terbuka dalam diri kita masing-masing, agar
setiap kali kita memperoleh kasih Allah melalui saudara-saudari kita berupa
aneka macam pengetahuan, keterampilan atau ajaran, kita siap sedia untuk tumbuh
berkembang dalam ‘iman dan kasih dalam
Kristus Yesus’. Kita sadari dan hayati bahwa aneka macam bentuk sapaan,
sentuhan, perhatian dari orang lain, entah yang enak atau menyakitkan, sebagai
wujud kasih Allah kepada kita melalui sesama kita. Hendaknya kita senantisa
terbuka untuk ditegor, diajar, diberi tahu kesalahan dan kekurangan kita,
diarahkan ke kebenaran dan kebaikan. Sebaliknya kita semua juga dipanggil untuk
melihat dan mengakui perkembangan dan pertumbuhan yang terjadi dalam diri
saudara-saudari kita, dan jangan mengingat-ingat ketidak-tahuan mereka masa
lalu, yang mungkin juga berupa kesalahan, kekurangan atau kejahatan. 

 

“Ya TUHAN, Engkaulah bagian warisanku dan
pialaku, Engkau sendirilah yang meneguhkan bagian yang diundikan kepadaku. Aku
memuji TUHAN, yang telah memberi nasihat kepadaku, ya, pada waktu malam hati
nuraniku mengajari aku. Aku senantiasa memandang kepada TUHAN; karena Ia
berdiri di sebelah kananku, aku tidak goyah. Engkau memberitahukan kepadaku
jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah-limpah, di tangan
kanan-Mu ada nikmat senantiasa.”(Mzm
16:5.7-8.11)

     

Jakarta, 11 September 2009


      Menambah banyak teman sangatlah mudah dan cepat. Undang teman dari 
Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger sekarang! 
http://id.messenger.yahoo.com/invite/

[Non-text portions of this message have been removed]

Kirim email ke