> Oleh karena itu, untuk mencegah kemunculan Islam ekstremis yang > sering kali gemar mengafirkan orang yang berpaham lain serta tidak > mau bersikap terbuka dan toleran itu, upaya pembacaan ajaran Islam > secara benar harus dilakukan. Pembacaan ini, paling tidak harus > dilandasi oleh (meminjam istilah Fazlur Rahman) moral ethic yang > menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan dan nilai keadilan.
good. gimana menerapkannya dalam praktek ?? bisa menulis ulang buku2 ulumul quran, ilmu hadis, tafsir, fiqih , serta buku2 theology Islam lain, menulis buku pedoman agama islam yang baru, misalnya?? intinya mengurangi ortodoksi penafsiran teks secara literal, lebih mengambil ayat2 yg mengutamakan nilai kemanusiaan dan keadilan?? Caranya Aa Gym begitu rupanya. gimana dengan tuduhan bahwa Muhammad itulah yg ngajarin perang balas dendam, dan jihad serta mati syahid, khan nggak salah-salah amat menuruti tauladan Nabi secara literal ?? Bisa melupakan saja tulisan ulama2 timur tengah yg jelas wahhabi dan ujungnya menghasilkan ekstremis itu ?? buku2 itu sudah memenuhi rak- rak buku agama di toko buku manapun. ini bukan tugas kecil. pemdun --- In [EMAIL PROTECTED], "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > Media Indonesia > 5 Nov. 2004 > > Jum'at, 05 November 2004 > > OPINI > > Membaca Ulang Teologi Islam > > Ahmad Fuad Fanani, Anggota Jaringan Intelektual Muda Muhammadiyah > > SEJAK peristiwa 11 September 2001 di AS, perdebatan soal teologi Islam hingga sekarang terus menarik diperbincangkan. Perdebatan itu berkisar pada apakah Islam mendukung tindakan teroris dan ekstremis, atau Islam justru mengajarkan nilai dan tata hidup yang penuh toleransi dan perdamaian. > > Dalam laporannya yang sedikit agak bias, majalah Time memaparkan bahwa Islam fundamentalis saat ini menjadi ancaman tersendiri pada kehidupan dunia dan masyarakat. Soalnya, mereka akan menolak semua hal yang berbau Barat dan ingin menciptakan kehidupan formal Islam pada semua negeri muslim. Dengan begitu, pengakuan terhadap agama dan paham selain Islam, akan absen dalam kehidupan sehari-hari. Kecenderungan revivalisme Islam ini, untungnya tidak diterima secara mutlak di kalangan Islam sendiri. Terbukti masih banyak dari mereka yang menyerukan kehidupan yang terbuka, toleran, serta mengakui paham agama lain dan kebudayaan lokal. > > Fenomena kecenderungan kuat munculnya ekstremisme dalam Islam itu, tentu saja mendatangkan persoalan baru. Sebab, dengan begitu negara-negara Barat dengan kebijakan standar gandanya memperoleh dalih pembenaran terhadap penyerangnya ke Afghanistan, Irak, serta negara yang dianggap sebagai sarang teroris dan Islam ekstremis. Selain itu, wajah Islam dan eksistensi umat Islam yang hidup bersama bangsa dan agama yang lain, mau tidak mau ikut tercoreng dan merasakan kecurigaan. > > Fenomena ekstremisme > > Bila kita lacak lebih jauh terhadap semangat ekstrem yang dilakukan oleh beberapa orang Islam itu, sangat berhubungan dengan paham ekstremis yang ada di sebagian masyarakat Islam. Dalam keberagamaan ekstremis ini, mereka akan senantiasa reaktif terhadap semua gejala dan paham lain yang dianggap mendiskreditkan Islam. > > Ekstremisme yang menghalalkan kekerasan, pada dasarnya tidak sesuai dengan nilai-nilai universal kemanusiaan yang menghargai pluralisme, kesetaraan, demokrasi, serta hak-hak asasi manusia. Kaum ekstremis Islam, memang banyak menampilkan ketertutupan yang tidak toleran dan sikap bermusuhan terhadap yang lain. Soalnya, menurut teologi mereka, pemahaman Islam yang dimilikinya adalah satu-satunya jalan keselamatan yang harus diperjuangkan tanpa mempertimbangkan pengaruhnya terhadap hak-hak dan kesejahteraan kelompok lain. > > Dengan paham teologi yang merasa superior dan paling memiliki otoritas ini, maka semua paham Islam atau agama lain akan dianggap kafir, murtad, munafik, ataupun fasik. Pada sejarah modern, kaum ekstremis pertama kali muncul dalam paham Wahabbi yang diusung oleh Muhammad bin Abdul Wahhab. Dengan dalih kebenaran yang dimilikinya, mereka bertindak ekstrem terhadap kelompok lain yang dianggap sepaham dengan mereka. Mereka tidak hanya memusuhi nonmuslim, bahkan kaum muslimin yang berpemahaman lain dan kaum perempuan pun, ikut menjadi sasaran ambisi mereka. > > Sulit untuk disangkal, bahwa Wahabisme dan aliran-aliran militan yang akhir-akhir ini muncul melakukan tindakan teror, pada dasarnya mempunyai orientasi ideologis dan sikap yang sama. Menurut Abou Fadl, keduanya menuntut partikulasi normatif mendasar yang berpusat pada teks dan ortodoksi Islam, keduanya menolak pandangan nilai-nilai kemanusiaan universal, serta dalam beberapa hal berhubungan dalam bentuk fungsionalis dan oportunis. Hal itu tampak misalnya pada sosok Osama bin Laden yang pada awalnya menjalin patron dengan pemerintah Arab dan Amerika Serikat, yang di kemudian hari balik menyerang patronnya karena alasan pragmatis dan dendam. > > Ajaran toleransi > > Memang, kaum ekstremis sering melegitimasi tindakannya dalam bermusuhan dengan kelompok lain dengan, misalnya QS Al-Maidah ayat 5 yang melarang mengambil pemimpin dari umat lain (Yahudi dan Nasrani). Begitu juga tindakan mereka memerangi umat lain yang tidak masuk Islam, dijustifikasi dengan QS at-Taubah ayat 29 yang mengatakan anjuran berperang melawan orang yang tidak beriman sampai mereka tunduk dan mau membayar jizyah (denda). Dengan dalih pembacaan secara tekstual itu, mereka mengukuhkan diri sebagai 'tentara' Allah yang bertugas untuk menegakkan supremasi paham hukum Islam yang mereka anggap paling benar dan otentik. > > Sebetulnya, bila dipahami secara kontekstual dengan mempertimbangkan kondisi sosiologis, sebab turunnya ayat, serta konteks masyarakat pada waktu ayat Alquran turun, ajaran Islam banyak sekali mendorong pada terciptanya masyarakat yang toleran dan damai. Pemahaman ayat di atas pun, mestinya juga disesuaikan dengan kondisi zaman yang berubah dan banyak umat Islam yang hidup di negara lain tapi tidak mendapatkan perlakukan yang serupa (tidak membayar denda). Selain itu, banyak sekali ayat-ayat Alquran yang menyerukan pada kebaikan, perdamaian, kerja sama dengan nonmuslim, serta perlindungan terhadap hak-hak minoritas. Tindakan perang dan kekerasan, dalam Alquran boleh dilakukan bila kita dalam kondisi terdesak dan tersakiti. Jadi, jihad dengan melakukan kekerasan, pada dasarnya bukan anjuran tindakan pertama yang harus dilakukan dalam kehidupan bersama dengan umat atau agama lain. > > Pengakuan dan sikap toleransi terhadap agama lain, misalnya dengan jelas ditunjukkan dalam Alquran surat al-Ma'idah ayat 48 dan 69 serta surat al-Baqarah ayat 62. Di sana dijelaskan, bahwa Allah menghendaki terciptanya umat yang beragam dan tidak berkeinginan untuk menciptakan satu umat saja. Hal itu bertujuan agar semuanya bisa saling bekerja sama dan berlomba dalam kebaikan. Melalui ayat itu juga, Allah menegaskan bahwa orang Mukmin, Yahudi, Shabi'in, dan Nasrani yang benar-benar beriman pada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh akan mendapatkan keselamatan juga. Dan dalam kehidupan Nabi, hal ini telah ditunjukkan dengan contoh sejarah Madinah yang mencerminkan kehidupan yang plural, toleransi, dan damai. > > Oleh karena itu, untuk mencegah kemunculan Islam ekstremis yang sering kali gemar mengafirkan orang yang berpaham lain serta tidak mau bersikap terbuka dan toleran itu, upaya pembacaan ajaran Islam secara benar harus dilakukan. Pembacaan ini, paling tidak harus dilandasi oleh (meminjam istilah Fazlur Rahman) moral ethic yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan dan nilai keadilan. Hal itu tentu sangat sesuai dengan tujuan Islam sendiri yang visinya adalah sebagai agama yang rahmatan lil alamin (membawa kedamaian dan kesejahteraan bagi semua manusia). > > Selain itu, memang kemunculan Islam Ekstremis tidak bisa dipisahkan dari fenomena imperialisme dan kolonialisasi Barat yang sering bersikap tidak adil terhadap Islam. Menurut Thariq Ali, untuk menganalisis ekstremisme, terorisme, dan radikalisme Islam, memang tidak hanya bisa dilakukan dengan pendekatan teologi semata. Namun, sikap standar ganda Barat yang seperti tampak pada kebijakannya terhadap konflik Israel-Palestina, Bosnia-Serbia, ataupun Afghanistan dan Irak kemarin, harus diakhiri dan dihadang secara bersama. Perubahan cara pembacaan teologis terhadap ajaran Islam dan reformasi kehidupan sosial-politik-ekonomi yang berkeadilan, adalah dua hal yang mesti berjalan beriringan dalam membangun peradaban Islam yang toleran dan terbuka. Wallahu A'lam.*** > > > > [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> $9.95 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/