Bush yang evangelis dan born-again Christian serta slogan "Perang Salib" serta AS menjadi "Jesusland". Menurut jajak-jajak pendapat, mayoritas pemilih (rata-rata lebih dari 80 persen) suka karena Bush orang yang dianggap taat beragama dan menjunjung tinggi nilai-nilai atau moral keluarga. Mereka senang dengan Bush yang born-again Christian dan merasa Tuhan memilih dia untuk memerintah dunia dari Oval Office. Di dalam negeri Bush membentuk Departemen Keamanan Dalam Negeri lengkap dengan UU Patriot Act yang praktis memberangus kebebasan individual. Sikap Bush yang evangelis sejak tahun pertama berkuasa secara perlahan-lahan mulai menanamkan benih-benih konservatisme. Ia segera tampak sebagai presiden yang probisnis dan kalangan terkaya, menghidupkan kembali program-program militer yang dipotong habis oleh Clinton, atau membatasi peranan militer dalam praktik pemerintahan. Dan tak lama kemudian, datanglah Tragedi 9/11 yang semakin memuluskan jalan bagi kelompok neokonservatif untuk mencengkeram kuku mereka. Dunia semakin menjadi tidak aman, hubungan antaragama Kristen dan Islam menjadi tegang karena slogan "Perang Salib", dan di mana-mana hampir setiap bangsa diintai oleh teror dan bom. Atas nama perang terhadap terorisme, Bush bukan cuma membabat habis bangsa Afganistan dan Irak. Ternyata, Saddam Hussein tak memiliki senjata pemusnah massal. Ternyata, serangan ke Irak yang katanya akan disambut hangat dan penuh terima kasih oleh rakyat yang tertindas malah menjadi tempat yang subur untuk “terorisme AS”. Di layar televisi sempat diberitakan komentar beberapa penduduk Kota New York City yang mengaku semakin tak nyaman hidup di negaranya sendiri dan berniat pindah ke Kanada. Mereka mengatakan, sebagian dari wilayah AS sudah berubah nama menjadi "Jesusland".
SELAMAT DATANG DI "JESUSLAND" TABLOID di Inggris, Daily Mirror, menerbitkan edisi khusus tentang pemilihan presiden Amerika Serikat yang dimenangi Presiden George W Bush tanggal 2 November lalu. Judul tabloid tertulis "Bagaimana Bisa 59.054.087 Orang Bisa Sebegitu Bodoh?" Sementara itu, harian di Inggris, Guardian, dalam halaman depan tentang pemilihan presiden (pilpres) menyajikan warna hitam satu halaman penuh tanda berduka cita. Di tengah halaman ada sebuah kalimat pendek: Oh, God. Reaksi dua media cetak Inggris itu lebih kurang menyimbolkan opini negatif di hampir seluruh dunia terhadap Bush. Bagaimana bisa presiden yang menyerbu dua negara, yang menciptakan rasa ketakutan di mana-mana, yang kepemimpinannya sangat unilateralistis bisa terpilih kembali? Tentu saja reaksi media massa di dalam negeri tidak setajam Daily Mirror. Dua harian besar, New York Times dan Washington Post, yang menyatakan dukungan kepada calon presiden Partai Demokrat John Kerry masih memberikan komentar yang relatif suportif terhadap Bush. Sekalipun banyak yang anti-Bush, media massa mainstream seperti New York Times dan Washington Post sebenarnya cukup kritis terhadap kepemimpinan Bush pada masa pemerintahan pertama. Mereka mengungkap dengan gamblang kebohongan-kebohongan Bush, seperti tidak adanya senjata pemusnah massal di Irak atau ketidakmampuan Bush mengantisipasi terjadinya Tragedi 9/11 walaupun laporan intelijen sudah memberikan peringatan. Sebenarnya Kerry menjadi tumpuan harapan bangsa-bangsa di dunia dan sebagian masyarakat AS. Kerry dipandang akan menjadi alternatif kepemimpinan yang multilateralistis dan lebih berwajah manusiawi dibandingkan gaya koboi ala Bush. Ternyata, menurut jajak-jajak pendapat, mayoritas pemilih (rata-rata lebih dari 80 persen) suka karena Bush orang yang dianggap taat beragama dan menjunjung tinggi nilai-nilai atau moral keluarga. Mereka senang dengan Bush yang born-again Christian dan merasa Tuhan memilih dia untuk memerintah dunia dari Oval Office. Mereka sebal dengan Kerry dan Partai Demokrat yang telah menyimpang jauh dari moralitas atau kebajikan-kebajikan bangsa AS. Kerry dan warga Demokrat tak pernah ke gereja, kawin-cerai, gemar gaya hidup sesama jenis, tidak patriotis, dan lain-lain. Dalam kosakata politik AS, mereka tergolong ke dalam masyarakat yang konservatif. Sebagian terbesar dari orang-orang konservatif tinggal di negara-negara bagian pedalaman (heartland) yang rajin ke gereja, senang gaya hidup seperti koboi, pemilik tanah, dan sangat tradisional. Sebaliknya, terdapat kelompok liberal yang biasanya diafiliasikan dengan pendukung Partai Demokrat. Sebagian terbesar hidup di kota-kota pantai, skeptis terhadap agama, bekerja sebagai profesional modern, dan terbuka terhadap tradisi atau kultur dari luar. AS merupakan negara yang besar. Jika ke Washington DC atau Los Angeles, Anda akan menyaksikan masyarakat yang multietnis dan toleran. Sebaliknya kalau ke Nashville misalnya, mobilitas sosial sebuah keluarga di sana terbatas dari atau ke rumah, kantor, atau gereja. Kemenangan konservatif atau kelompok kanan yang memilih Bush juga merupakan antitesa dari liberalisasi agenda-agenda sosial yang dijalankan oleh Presiden Bill Clinton yang memerintah selama delapan tahun mulai 1992 sampai 2000. Pada masa ini AS mencapai kesejahteraan ekonomi yang makmur dan juga kehidupan politik yang sangat condong ke kiri. Menurut berbagai analisis, ketika itu AS sudah cukup terpecah menjadi dua kelompok yang sama-sama sengit dalam memperjuangkan tujuan politik masing-masing. Kala itu, misalnya, Clinton dan istrinya, Hillary, sering merasa bahwa mereka menjadi korban dari "konspirasi sayap kanan". Sampai sekarang Clinton masih percaya bahwa skandal seksual dia dengan beberapa perempuan, termasuk Monica Lewinsky, merupakan hasil pekerjaan kotor konspirasi itu. Hillary terkena getah konspirasi itu tatkala ia sebagai first lady berupaya menggolkan sistem jaminan kesehatan yang sangat egaliter, yang akhirnya digagalkan oleh Senat. A divided America, atau Amerika yang terpecah-belah, mulai tampak menjadi kenyataan ketika Bush memenangi pilpres lewat keputusan Mahkamah Agung tahun 2000. Semua upaya Clinton membuat AS untuk lebih akrab bergaul di dunia internasional, seperti ikut terlibat Protokol Kyoto dan ICJ (International Court of Justice), ditarik oleh Bush. Sikap Bush yang evangelis tampak ketika ia menyebut tiga negara (Korea Utara, Iran, dan Libya) sebagai "setan". Upaya Clinton menarik Korut secara baik-baik dari ambisi menjadi negara berkemampuan nuklir dimentahkan kembali. Di dalam negeri, Bush sejak tahun pertama berkuasa secara perlahan-lahan mulai menanamkan benih-benih konservatisme. Ia segera tampak sebagai presiden yang probisnis dan kalangan terkaya, menghidupkan kembali program-program militer yang dipotong habis oleh Clinton, atau membatasi peranan militer dalam praktik pemerintahan. DAN tak lama kemudian, datanglah Tragedi 9/11 yang semakin memuluskan jalan bagi kelompok neokonservatif untuk mencengkeram kuku mereka. Dunia semakin menjadi tidak aman, hubungan antaragama Kristen dan Islam menjadi tegang karena slogan "Perang Salib", dan di mana-mana hampir setiap bangsa diintai oleh teror dan bom. Atas nama perang terhadap terorisme, Bush bukan cuma membabat habis bangsa Afganistan dan Irak. Di dalam negeri Bush membentuk Departemen Keamanan Dalam Negeri lengkap dengan UU Patriot Act yang praktis memberangus kebebasan individual. Sebenarnya pemerintahan Bush nyaris tidak deliver apa pun karena semua sibuk dengan perang dan teror. Dan lambat laun terbukalah satu demi satu topeng kebohongan pemerintahan Bush. Ternyata, Saddam Hussein tak memiliki senjata pemusnah massal. Ternyata, Bush sudah diberi tahu bahwa Osama bin Laden akan menyerang AS, namun didiamkan saja. Ternyata, serangan ke Irak yang katanya akan disambut hangat dan penuh terima kasih oleh rakyat yang tertindas malah menjadi tempat yang subur untuk terorisme. Ternyata, lebih dari 1.000 serdadu AS dan puluhan ribu rakyat yang tak bersalah tewas sia-sia. Bahkan hanya beberapa saat sebelum pilpres Bush kembali dalam posisi yang sulit menyusul hilangnya sekitar 380 ton bahan peledak di Irak, yang diduga jatuh ke tangan musuh AS. Namun, para pemilih Bush tampaknya tak peduli, sama dengan ketidakpedulian mereka terhadap tewasnya anak-anak atau ibu-ibu yang tak bersalah di Irak. Mereka hanya perlu pemimpin yang religius dan menjunjung tinggi moralitas seperti Bush. Mereka terkagum-kagum dengan sikap tegas dan apa adanya yang diperlihatkan Bush, sekalipun mantan Gubernur Negara Bagian Texas itu berbohong mengenai masa lalunya. Para pemilih Bush lebih memilih konservatisme sempit, kepicikan agama, serta sikap acuh (ignorant) dalam memandang perkembangan politik domestik dan pergaulan internasional. Banyak contoh yang memperlihatkan bahwa para pemilih Bush lebih tertarik kepada dogma-dogma agama yang sulit compatible dengan perkembangan globalisme ekonomi dan kultural Amerika. Bersamaan dengan penyelenggaraan pemilihan presiden, di 13 negara bagian juga diadakan pemungutan suara tentang undang-undang pernikahan antara sesama jenis (same sex marriage). Hasilnya, mayoritas rakyat di 11 negara bagian itu lewat voting menolak pernikahan sesama jenis Pernikahan dua orang yang berkelamin sama ini menjadi salah satu isu kontroversial yang memecah belah rakyat AS. Bush terpilih kembali antara lain juga karena sikap dia yang sangat tegas tidak menyetujui homoseksualitas. Argumen kontra terhadap Bush mengatakan bahwa setiap warga secara konstitusional bebas dalam memilih pasangan masing-masing. Dan tidaklah sedikit kalangan homoseksual yang terlahir secara medis sudah memiliki orientasi seksual tertentu. Bush mengalahkan Kerry juga karena membuka kesempatan besar untuk membatalkan keputusan pengadilan dalam perkara Roe vs Wade awal 1970-an. Dalam keputusan yang sangat bersejarah ini, pengadilan secara mengejutkan membolehkan aborsi (pro choice). Padahal, dari aspek konstitusional, aborsi merupakan hak pribadi seorang perempuan hamil. Lalu apakah perempuan yang bersangkutan hamil karena diperkosa atau jabang bayinya cacat sebelum lahir, apakah ia dilarang melakukan aborsi? Bush, seperti halnya orang-orang Partai Republik, dikenal sebagai penganjur hak konstitusional setiap warga untuk memiliki senjata api. NRA (National Rifle Association) barangkali menjadi satu-satunya organisasi yang secara politik paling berpengaruh di AS. Lalu bagaimana dengan tingkat kriminalitas yang terjadi karena kekerasan lewat senjata api? Sudah bukan cerita aneh bahwa di AS sering terjadi anak sekolah dasar menembak tewas teman-temannya sendiri karena kecerobohan para orang tua yang tidak hati-hati dalam mengamankan senjata mereka. Menarik untuk dikaji apakah Bush kelak akan memaksakan program school prayer di sekolah-sekolah negeri, yang mewajibkan anak-anak sekolah untuk berdoa setiap pagi sebelum kelas dimulai. Selama ini school prayer dianggap tidak konstitusional karena bertentangan dengan konsep pemisahan kekuasaan pemerintah dengan gereja. Nah, isu-isu kepemilikan senjata api, aborsi, school prayer, atau pernikahan sesama jenis ini merupakan beberapa contoh agenda sosial yang sering menjadi pelik dan kontroversial dalam pertikaian ideologi politik antara kelompok konservatif dengan liberal. Selama empat tahun ke depan Bush memiliki peluang emas untuk menggolkan program-program konservatif tersebut. BUSH tidak akan seleluasa yang dikira. Banyak pihak dari Partai Republik, termasuk Wakil Presiden Dick Cheney, yang dengan gegabah mengatakan bahwa kemenangan konservatif kali ini menjadi mandat bulat bagi mereka. Ini hanya pandangan yang ilusional karena betapa pun Kerry dipilih oleh 48 persen pemilih atau sekitar 55 juta jiwa. Namun memang kini Republik praktis berkuasa karena menduduki 55 kursi Senat (Demokrat 44 dan independen 1) dan 230 kursi House of Representatives (Demokrat 200 dan independen 1) sehingga mengendalikan mayoritas di Kongres. Di atas kertas, posisi yang menguntungkan ini akan memudahkan Republik dalam mengendalikan proses legislasi undang-undang yang konservatif. Agama telah dijadikan sebagai komoditas politik yang secara negatif telah dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan politik, bahkan untuk menuding pihak lain (dalam hal ini Demokrat dan para pendukung) sebagai warga negara kelas dua. Rakyat Amerika yang demokratis saat ini memang sedang mengalami perpecahan. Kelompok-kelompok yang secara tradisional menjadi pendukung Demokrat seperti kelompok minoritas, kulit hitam, dan warga kelas menengah yang berpenghasilan di bawah 100.000 dollar AS per tahun kini menjadi bulan-bulanan caci-maki para evangelis Kristen. Di layar televisi sempat diberitakan komentar beberapa penduduk Kota New York City yang mengaku semakin tak nyaman hidup di negaranya sendiri dan berniat pindah ke Kanada. Padahal, New York City merupakan korban serangan teroris tanggal 11 September 2001 yang merubuhkan Menara Kembar. Mereka mengatakan, sebagian dari wilayah AS sudah berubah nama menjadi "Jesusland". (Budiarto Shambazy, dari Washington DC) Minggu, 07 November 2004 http://www.kompas.co.id/kompas-cetak/0411/07/ln/1370007.htm --------------------------------- Do you Yahoo!? Check out the new Yahoo! Front Page. www.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> $9.95 domain names from Yahoo!. Register anything. http://us.click.yahoo.com/J8kdrA/y20IAA/yQLSAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/