pada saat indonesia berada dijaman kalabendu seperti
saat ini, sudah selayaknya pemerintah melakukan
terobosan hukum dalam menanggulangi 'super kejahatan'
seperti hukuman gantung bagi para pelaku illegal
logging, kejahatan manipulasi bank bni, penyelundupan
solar yang merugikan negara sampai 53 trilyun per
tahun, pembunuhan aktivis munir, dll.

sekarang pemerintahan sudah berjalan 50 hari, janji
gebrakan 100 hari yang dijanjikan oleh sby, tidak
kelihatan sama sekali.  selama 50 hari ini sby cuman
ngeloco mulu. 

koruptor kelas teri (nyolong dibawah 5 milyar) seperti
bupati, ketua dprd, memang menjadi sasaran pemerintah,
cuma koruptor papan atas (nyolong diatas 1,000
milyar)seperti ginanjar, pengusaha cungko, masih bebas
berkeliaran.

payah dah... dasar gedong (gede dongo). 



====================================================



Musibah di Tengah Janji 


Oleh Sindhunata 

MASUK ke zaman baru yang penuh janji, itulah api
harapan yang berkobar di hati rakyat setelah Pemilu
2004. Apalagi Presiden pilihan sendiri meniupkan
janji, pelbagai perubahan akan segera terjadi dalam
seratus hari. Sementara hampir lima puluh hari
berlalu, belum juga terasa perubahan itu.

BAHKAN, di tengah harapan itu kita justru dihajar
musibah tanpa henti.

Memang dalam lima puluh hari terakhir ini alam dan
nasib seakan tak memperlihatkan belas kasihan, mulai
dari kecelakaan lalu lintas di Tol Jagorawi yang
menewaskan enam orang. Tragisnya, kecelakaan itu
terjadi bersamaan dengan konvoi kendaraan Presiden.

Selanjutnya, kecelakaan pesawat Lion Air di Bandar
Udara Adisumarmo, Solo, Jawa Tengah. Sebanyak 26 orang
tewas, di antaranya KH Yusuf Muhammad (Gus Yus),
mantan anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang jenaka;
dan Agatha, bayi berusia dua tahun yang tak bersalah
apa-apa.

Kecelakaan kereta api beberapa kali terjadi, dan pekan
lalu Kereta Api Gaya Baru menyambar truk yang
mengangkut rombongan pengajian dari Desa Wonosuko,
Purworejo, tujuh orang tewas. Seorang penumpang,
Mustofa (72), selamat, tetapi dua anaknya, Toyibah dan
Siswadin, serta seorang menantunya tewas. Bahkan,
Sabtu lalu, truk pengangkut susu disambar kereta api
di Stasiun Cakung.

Kita pun dikagetkan dengan gempa bumi di Nabire.
Setidaknya tercatat 30 orang tewas. Karena gempa
susulan terus berlangsung, Jumat lalu tercatat 1.000
warga mengungsi, meninggalkan Nabire. Artinya sejak
gempa bumi menimpa Nabire, 6 Februari dan 26 November
lalu, sudah 3.000 orang meninggalkan rumahnya,
mengungsi ke pelbagai daerah di Papua, Sulawesi, dan
Jawa.

Kita jemu dengan kekeringan dan kemarau panjang yang
tak kunjung pergi, tetapi tak lama kemarau pergi,
hujan turun tanpa henti. Banjir di Banyumas. Dan
karena hujan tanpa henti yang turun sejak Rabu lalu,
12 desa di kecamatan Kabupaten Blitar, Jawa Timur,
dilanda banjir. Sedikitnya, 12 orang tewas.

BEGITULAH. Ketika kita dipacu janji seratus hari,
justru kita ditimpa bencana, musibah, dan kekalutan
bertubi-tubi. Itulah situasi kontras yang kita alami.
Tradisi Jawa mengajarkan, situasi kontras bukan
sekadar kebetulan, di mana peristiwa yang berlawanan
terjadi secara bersamaan. Situasi kontras ini adalah
sasmitaning ngaurip (pesan gaib kehidupan) agar kita
waspada, karena jangan-jangan kita sedang berada dalam
zaman Kalatidha, atau zaman Kalabendu, zaman kutukan
dan hukuman, zaman penuh keraguan, cobaan, dan
kegelisahan.

Kita baru saja mempunyai presiden yang dipilih rakyat
secara langsung. Presiden membentuk pemerintahan baru
yang berniat baik. Ternyata niat itu sulit terlaksana,
di sana-sini terganjal pelbagai gangguan. Dengan
mendatangkan bencana, alam pun seakan ikut mempersulit
pelaksanaan niat baik itu. Memang begitulah yang
terjadi dalam zaman Kalabendu. Persis seperti yang
dikatakan pujangga Ranggawarsita: Kendati raja kita
utama, patih kita bijaksana, menteri kita bercita-cita
sejahtera, semua upaya mereka tak bisa menjadi penawar
bagi kutukan zaman Kalabendu, bahkan gangguan makin
menjadi-jadi dan ada di mana-mana.

Dalam keadaan seperti ini, para pemimpin dan penguasa
perlu pandai menangkap sasmitaning ngaurip. Karena
berkenaan dengan sifatnya yang gaib, sasmita tidak
hanya berkenaan dengan pengetahuan kognitif, tetapi
juga rasa. Maka rasa itu baru bisa ditimba jika mereka
tidak sibuk dengan rasionalitas dan penyelesaian
teknis belaka, tetapi juga berempati dan solider
dengan nasib dan penderitaan rakyatnya.

Dengan empati dan solidaritas, para pemimpin dan
penguasa tak boleh mengelak dari tanggung jawab
pribadi, seakan bencana yang terjadi adalah kehendak
dan kekejaman nasib yang tak terelakkan. Belajar dari
mitos maupun babad (sejarah) Jawa, para penguasa akan
tahu bencana juga merupakan buah ulah mereka yang
berkuasa, yang serakah, yang melulu hidup dari nafsu
untuk mengakangi harta dan tak peduli terhadap mereka
yang miskin serta menderita.

Serat Kalatidha dan serat ramalan yang senada
mengajarkan, manusia terjerumus ke dalam kutukan zaman
Kalabendu, karena manusia, lebih-lebih para penguasa,
kuatir ora keduman melik (takut tak kebagian harta).
Mereka hanya kadonyan (gila harta) belaka, dan
karenanya terjadi murah nyawa timbang donya (nyawa
lebih murah daripada harta).

Tak sulit mencari bukti bagi kebenaran itu dalam
situasi kita sekarang. Hampir setiap hari koran-koran
dipenuhi berita, bagaimana banyak kepala daerah,
bupati, wali kota, atau pimpinan DPRD berurusan dengan
lembaga peradilan karena kasus korupsi. Banyak berkas
sudah disiapkan untuk menyeret aparat daerah ke
pengadilan. Tinggal menunggu izin presiden.

Korupsi adalah tindakan jalan pintas untuk memperoleh
harta. Dalam hal jalan pintas itu, korupsi sebenarnya
sama dengan mencari pesugihan, yang banyak
dipraktikkan rakyat jelata di Jawa. Mencari pesugihan
itu sama dengan menggali bencana. Itulah sasmita yang
tersimpan dalam peristiwa yang terjadi di daerah
Tegal, pekan lalu. Tujuh orang tewas setelah meminum
ramuan yang diberikan Iskandar, dukun pesugihan
setempat. Diduga ramuan itu mengandung sianida.

Iskandar sendiri memiliki sebuah boneka, mirip
jengglot. Katanya, boneka itu dihuni makhluk halus
yang rambutnya bisa tumbuh terus. Diyakini, boneka itu
bisa menyulap sekarung kulit jagung kering menjadi
uang Rp 17 miliar. Siapa tak tergiur? Apalagi Iskandar
menjanjikan, dari Rp 10 juta yang diberikan kepadanya,
bisa ia jadikan Rp 1 miliar. Syaratnya, antara lain
minum ramuannya, yang ternyata mematikan itu.

Praktik pesugihan terang-terangan memanggil setan, roh
jahat, atau apa pun namanya, memberi jalan pintas bagi
manusia yang ingin cepat kaya. Tak pernah jelas apakah
setan atau roh jahat ikut berperan dalam korupsi,
sebagai jalan pintas untuk menjadi kaya, yang banyak
dilakukan para pejabat kita. Kalaupun bisa dilihat,
setan tampak amat dahsyat dalam keserakahan para
pejabat, kelicikan dan ketaktahumaluan mereka.

Setan, kejahatan, atau dosa tak pernah mau tinggal
tersimpan dalam diri beberapa pelaku. Kejahatan terus
berupaya meruyak ke luar, ke masyarakat. Karena itu,
begitu pejabat rusak, masyarakatnya pun ketularan
rusak. Semuanya kalulun kalatidha, hanyut dalam godaan
zaman edan. Maka seperti pesugihan yang menjerat orang
dalam bencana, kita bersama ditenggelamkan ke dalam
bencana dan malapetaka karena keserakahan jalan pintas
pejabat negara.

KALABENDU atau Kalatidha juga ditandai dengan
merosotnya sopan santun dan susila. Kita tidak sulit
mencari contoh merosotnya susila. Ingat tingkah laku
politik anggota DPR, hasil pemilu lalu di awal sidang
paripurna. Rakyat ingin bersatu, wakil mereka di DPR
malah berseteru, memecah diri dalam politik kubu.
Mereka bukan segera memperjuangkan kepentingan umum,
tetapi ribut memperebutkan kursi ketua komisi. Lalu,
bukan komunikasi yang santun, tetapi emosi dan
menggebrak-gebrak meja, itulah tingkah politik yang
diperlihatkan.

Merosotnya susila membuat manusia tidak beradab.
Ketidakberadaban ini mendorong kita menghalalkan
segalanya, termasuk menghilangkan nyawa manusia. Dan
bencana peradaban itu sungguh terjadi baru-baru ini.
Rakyat sedang amat menanti pemerintah secepatnya
mewujudkan janjinya di bidang penegakan hukum dan
pemberantasan korupsi. Yang terjadi justru sebaliknya,
Munir, pejuang hukum dan hak asasi, mati diracun.

Matinya Munir adalah sasmita mencolok bahwa kita
sedang dalam bencana peradaban di zaman Kalabendu.
Jika peradaban manusia saja dihancurkan, bagaimana
kita bisa memanusiakan alam? Maka alam pun
memperolok-olok kita. Alam kembali ke dalam
keliarannya, menunjukkan kekuasaannya, dan
didatangkanlah bencana bertubi-tubi pada kita
akhir-akhir ini. Pada saat demikian, kita seakan
merasa kalah terhadap nasib. Perasaan ini hanyalah
apologi untuk menutupi segala kesalahan kita, yang tak
pernah mau berusaha menegakkan peradaban.

Dalam tradisi millenarisme Jawa-jika terjadi secara
serentak dan bersama-sama-bencana alam, musibah,
kemerosotan susila, serta tingkah laku penguasa yang
tercela adalah sasmita bahwa manusia sedang dalam
situasi apokaliptis, menandai akan datangnya Ratu
Adil. Situasi apokaliptis ini didatangkan bukan oleh
kekuatan manusia, tetapi oleh kekuatan di luar
manusia. Situasi itu singkat dan cepat. Dalam waktu
dekat dunia lama dihancurkan, dan dengan cepat pula
dunia baru dibangun. Itulah dunia Ratu Adil yang bakal
memberi keadilan, kesejahteraan, dan perdamaian. Jadi
situasi apokaliptis itu sesungguhnya bukan situasi
kehancuran, tetapi harapan.

Musibah yang beruntun terjadi akhir-akhir ini
kebetulan, sekali lagi kebetulan, bertepatan dengan
janji Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa dalam
waktu yang dekat dan cepat, seratus hari, akan terjadi
berbagai perubahan yang kita harapkan. Adakah
musibah-musibah itu sasmita bahwa sebentar lagi akan
datang pemerintahan yang adil, bermoral, dan
menyejahterakan?

Jika tidak, kita benar-benar bangsa yang tidak bisa
mengakui bahwa musibah, apa pun halnya, adalah akibat
kesalahan dan keteledoran kita bersama. Bangsa
demikian adalah bangsa yang tidak bisa menghargai
sesamanya, yang telah "berkorban" menjadi sasmita.
Jika demikian, tak mustahil akan datang bencana
peradaban lebih dahsyat dan besar bagi bangsa ini.


Sindhunata Pemimpin Redaksi Majalah Basis, Yogyakarta



====================================================


                
__________________________________ 
Do you Yahoo!? 
All your favorites on one personal page – Try My Yahoo!
http://my.yahoo.com 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Make a clean sweep of pop-up ads. Yahoo! Companion Toolbar.
Now with Pop-Up Blocker. Get it for free!
http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke