REPUBLIKA Senin, 10 Januari 2005
Masjid Raya Baituarrahman Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, adalah keindahan dan keelokan arsitektur. Sejarah dan masa depan sepertinya sedang bercakap-cakap di masjid itu sekarang. Masjid dengan tiang 280 buah ini, adalah saksi perjalanan sejarah Aceh. Terakhir menjadi saksi tsunami yang dahsyat itu. Rekaman video amatir tentang tsunami yang ditayangkan Metro TV hari-hari terakhir ini, memperlihatkan kepada kita bahwa tsunami yang ganas itu, tiba-tiba seperti orang kepayahan begitu mendekati masjid. Karenanya mereka yang lari ke masjid selamat dari terjangan gelombang yang mengamuk. Jika orang India bangga dengan Taj Mahal, orang Aceh bangga dengan masjid mereka: Baiturrahman. Inilah masjid sejarah dan saksi bisu perjalanan Islam di Nusantara. Saksi bisu perjuangan rakyat Aceh. Menurut sejumlah literatur, masjid ini dibangun pertama kali pada 1292 M atau 691 H, oleh Sultan Alaidin Mahmud Syah I, cucu Sultan Alaidin Johan Syah. Namun ada yang menyebut, usianya jauh lebih muda, karena dibangun di zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636). Namun, pendapat yang terakhir diimbuhi pendapat lain, bahwa Iskandar Muda hanya melakukan perbaikan-perbaikan. Baiturrahman pernah dipakai untuk musyawarah bersejarah. Misalnya pada 22 Maret 1873, sebuah pertemuan yang diprakarsai Sultan Alaidin Mahmud, Aceh menolak kehadiran Belanda. Seminggu kemudian, Belanda pun memaklumkan perang untuk Aceh. Bulan berikutnya, Kutaradja pun diserang dari laut oleh Belanda. Pimpinan perang, Mayjen Kohler mengepung Masjid Baiturrahman karena menurut intel Belanda, dari masjid itulah perlawanan digerakkan. Malah saking kesalnya, Belanda sempat membakar masjid itu hingga dua kali. Meski dibakar, tapi bangunan masjid secara keseluruhan tetap bisa diselamatkan. Pejuang-pejuang Aceh bahu membahu memadamkan api yang berkobar. Belanda membakar masjid ini pertama kali 10 April 1873, tatkala serangan cepat dan besar-besaran mereka lakukan terhadap pejuang Aceh. Karena tak bisa merebut, Belanda pun membakarnya. Pejuang Aceh kemudian berusaha merebut kembali masjid yang menjadi simbol Islam di negeri tersebut. Menurut buku Masjid-masjid Bersejarah di Indonesia (1999) upaya itu dilakukan pada 14 April 1873. Menurut Abdul Baqir Zein penulis buku ini, dalam pertempuran tersebut Belanda mengalami kerugian yang sangat besar. Mayjen Kohler tewas berikut delapan perwira lainnya dan 397 orang prajurit, 405 orang luka-luka, termasuk 23 orang perwira. Masjid ini kembali dibakar Belanda pada 6 Januari 1874. Kali ini Belanda membakar ibukota. Api berkobar di mana-mana. Tak pelak, masjid bersejarah ini habis terkabar. Selain itu, dua masjid lainnya juga habis dibakar Belanda, yaitu Masjid Baitul Musyahadah, dan Masjid Baiturrahim. Rakyat Aceh benar-benar berkabung. Sejak itu Belanda mengibarkan benderanya di Tanah Rencong. Aceh benar-benar terluka karena perangai Belanda. Belanda mencium hal itu. Maka 9 Oktober 1879, masjid ini direhabilitasi berat kembali oleh Gubernur Militer Aceh Jenderal K Van Der Heijden. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Teungku Kadhi Malikul Adil. Masjid selesai dikerjakan pada 1881 dengan satu kubah. Pada 1935 masjid diperluas dengan tambahan dua kubah pada kedua sisi. Tahun 1957 dibangun lagi dua kubah di belakang dan selesai 1967. Karena itulah Masjid Baiturrahman yang Anda lihat sekarang memiliki lima kubah dan dua menara. Bagi warga kota Banda Aceh, Masjid Baiturrahman adalah simpul kota. Masjid ini menjadi bangunan paling mewah di sana. Sepanjang malam bermandikan pendaran cahaya listrik. Lampu merkurinya, berkilau disapu angin. Tak lengkap kalau ke Aceh, jika tidak mampir atau shalat di masjid ini. Jika masuk ke dalam, kesejukan dengan cepat menjalari tubuh kita. Masjid yang bisa menampung 10 ribu sampai 13 ribu jamaah itu. Bagi anak-anak masjid ini, sekaligus dijadikan lokasi bermain seusai mengaji di TPA masjid yang sama. Anak-anak Aceh mendapat "bimbingan" karena kehadiran masjid cantik tersebut di tengah-tengah mereka. Ketika gelombang tsunami menyapu kota Banda Aceh, masjid ini selamat. Umat Islam meyakini bahwa sebagai Rumah Tuhan, masjid memang senantiasa selamat dari musibah. Pemulihan Aceh, untuk pertama kali ditandai dengan dibersihkannya masjid itu. Shalat Jumat pertama seusai tsunami di Masjid Baiturrahman, menjadi sangat religius dan menjadi tonggak sejarah bagi Aceh untuk melangkah ke depan. ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> What would our lives be like without music, dance, and theater? Donate or volunteer in the arts today at Network for Good! http://us.click.yahoo.com/pkgkPB/SOnJAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/