Saya ingin ke Irak

Perang di Irak menggugah hati saya untuk ikut bergabung dengan para 
pejuang di sana. Saya salut pada para pejuang itu, yang bersenjatakan 
peralatan seadanya, menghadapi para agresor negri terkutuk amerika. 
Sepertinya memang peranglah jalan satu-satunya menghadapi penjajah 
itu. Meja perundingan hanya menjadikan Irak sebagai negara boneka 
yang harus mau menerima keinginan-keinginan negri adi daya. Keinginan-
keinginan amerika bukan hanya penegakan demokrasi ala amerika, tapi 
juga harus mau tidak mau menerima budayanya. 

Afganistan,yang sudah menjadi negara boneka amerika, kini bukan hanya 
punya pemimpin yang bisa disetir gedung putih, tapi juga maraknya 
budaya-budaya barat yang dengan leluasa menyebar ke seantero negri. 
Bukan tidak mungkin kalau 20 tahun lagi, para wanita Afghan berdandan 
seperti para wanita Indonesia; berpakaina ketat, mini, memamerkan 
bagian-bagian tubuhnya. Dan pergaulan bebas pun "insya Allah" akan 
bernasib seperti yang dialami Indonesia.

Seperti kita tahu, budaya Indonesia adalah budaya yang rentan, budaya 
yang tidak jelas juntrungannya mau ke mana. Ini  jelas terlihat dari 
cara hidup para penghuninya. Contohnya saja dalam hal berdandan, 
wanita Indonesia dengan mudah mengikuti budaya barat. Dalam imej 
mereka, seolah mereka bukan wanita, kalau belum berpakaina ketat, 
menonjolkan pantat dan buah dada.  Mereka merasa PD berat kalau sudah 
memakai pakaian yang serba ketat, mini, memperlihatkan aurat kepada 
orang-orang, tak peduli orang dewasa, anak-anak, simbah-simbah atau 
nenek-nenek.

Tujuan mereka hanya satu: menarik perhatian sebanyak-banyaknya, 
seperti di film-film dan iklan-iklan. Sukur-sukur, kata hati mereka, 
ada lelaki kaya raya yang mau menggaet mereka, karena lenggak-lenggok 
pantatnya.

20 tahun yang lalu, Indonesia masih punya identitas budaya yang jelas.
Karena arus teknologi informasi yang gegap gempita, tiba-tiba saja 
rasa bangga berbudaya Indonesia lenyap sedikit demi sedikit. 

Kaum lelaki dituntut untuk TERBIASA menyaksikan paha-paha, pantat-
pantat, payudara-payudara yang berseliweran di jalan, nampak dengan 
jelasnya di depan mata. Dan di kala melihat itu, mereka tidak boleh 
menitkkan air liur alias ngiler. Mereka harus melihat itu sebagaimana 
melihat paha kodok, pantat bebek, dan dada kambing. Dengan kata lain, 
para lelaki harus bisa  "mengebiri" nafsunya. Tidak punya duit, 
jangan coba-coba mecolek atau menaksir itu paha kodok, pantat bebek, 
dada kambing. 

Atau mereka harus menjadi seniman, artis. Tak peduli, apakah mereka 
berpendidikan TK atau S3 lulusan Harvard, tak peduli apa profesi 
mereka, baik penganggur, pedagang kaki lima atau manager sebuah 
perusahaan; melihat dada, paha, pantat wanita yang dibungkus rapat 
celana, atau terbungkus sedikit oleh rok mini, atau melihat wanita 
bugil sekalipun, harus melihatnya sebagai suatu karya seni, harus 
dihargai.

Karena birahi para lelaki Indonesia terus menerus digempur oleh 
suguhan-suguhan yang mengarah pada kegiatan yang "merangsang" 
seksualitas dan sensualitas, maka segala pikiran dan budi daya otak 
hanya tercurah untuk hal-hal yang bersifat kenikmatan. Tak ada yang 
berpikir bagaimana memajukan negri ini dalam bidang olah raga, budaya,
teknologi dll. 

Walaupun para penceramah tumbuh subur di mana-mana memberi ceramah 
tentang penegakkan moral, akhlak, budi-pekerti, penerapan hukum-hukum 
agama; semuanya itu hanya seremonial belaka. Nasehat-nasehat itu 
hanya berlaku ketika kita berada di lingkungan pengajian itu, di 
masjid itu, atau ketika kita berpakaian sholat. Begitu kita keluar 
dari masjid itu, pengajian itu, kita balik lagi jadi "play boy", 
mencari paha-paha mulus, atau jadi preman yang suka memeras, dengan 
seragam dinas militer, pegawai negri, dll.

Para malaikat barangkali bingung melihat sepak terjang makhluk-
makhluk Indonesia. Mereka itu termasuk golongan apa. Bahkan terkadang 
hati saya trenyuh melihat kenyataan hidup yang begitu kontras ini. 
Seorang wanita bisa saja berjalan berlenggak-lenggok dengan pakain 
mini dan ketat, kelihatan jelas pahanya yang putih dan bagian-bagian 
pinggir buah dadanya. Dan tanpa berdosa dia mencoba menggapai 
"rahmat" Tuhan, mengantri ambil air wudlhu untuk solat maghrib.

Atau perasaan yang jengkel sampai ke ubun-ubun, tanpa bisa berbuat 
apa-apa, ketika dengan jelas ratusan orang dipermainkan nyawanya 
untuk kepentingan sebuah perusahaan raksasa. 

Nabi pernha bilang bahwa apabila perbuatan keji yang kita lakukan 
membuat kita sedih, dan perbuatan baik kita membuat kita senang, maka 
kita adalah orang beriman. 
Kalau kita sudah merasa senang dengan segala kekejian kita yang kita 
lakukan, berarti kita adalah bukan orang beriman….serajin apa pun 
kita jungkir balik menyembah Tuhan. Karena ritual menyembah Tuhan 
hanya datang dari kebiasaan, insting, bukan dari kesadaran. Seperti 
ketika kaum penyembah berhala jumpalitan di depan patung-patung 
menjadikannya PERANTARA menyembah Tuhan. 
Kini berhala perantara itu adalah air wudlhu, seperti yang diambil 
oleh si wanita di atas. 

Saya ingin ke Irak, karena saya tak ingin perbuatan keji saya membuat 
saya gembira. Apa hubungannya? Ada: biar tak terlalu lama melihat 
ironi.

Wassalam
 

__________________________________________
Powered by Mach5 Mailer: http://mach5-mailer.com


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Has someone you know been affected by illness or disease?
Network for Good is THE place to support health awareness efforts!
http://us.click.yahoo.com/rkgkPB/UOnJAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to