On Fri, 25 Feb 2005 02:11:13 -0000
  "muskitawati" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> 
> 

> Orang bijak mana yang mengajari untuk menuntut ilmu 
>sampai kenegeri 
> Cina ????????
> 

Mungkin maksudnya, kalau sudah bosan nyiumi batu Hajar
Aswat dan melempari batu item dan doanya nggak terkabul
sebaiknya belajar menyunduti pantat para dewa2 dengan hio
agar doanya terkabul.
Pinter juga si Muhammad itu ya ? ( mungkin dia paling tahu
kalau sebetulnya para dewa paling nggak tahan kalau 
pantatnya
disunduti hio )



ws


> --- In proletar@yahoogroups.com, "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> 
>wrote:
>>             http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=103866
>>             Membangun Infrastruktur Ala Cina
>>             Oleh Lalu Mara Satria Wangsa 
>>             Jumat, (25-02-'05)
>>             Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina, 
>>demikian yang 
> selalu dikatakan oleh orang bijak. 
> 
> Orang bijak mana yang mengajari untuk menuntut ilmu 
>sampai kenegeri 
> Cina ????????
> 
> TIDAK PERNAH ADA ORANG BIJAK YANG MENGAJARI ATAU 
>MENYATAKAN 
> PERNYATAAN YANG DEMIKIAN BODOHNYA !!!!
> 
> Karena kalo anda mengajar orang untuk menuntut ilmu 
>sampai kenegeri 
> cina, maka orang itu tidak akan menjadi orang bijak, 
>apalagi mau 
> dianggap orang berilmu.  Darimana point yang anda ingin 
>mulaipun, 
> untuk bisa sampai kenegeri Cina harus naik kapal, 
>menyeberang laut, 
> punya harta untuk biaya, dan punya target akan ilmu yang 
>anda ingin 
> kejar itu sendiri.
> 
> Demikianlah, kata2 diatas itu bukan datang dari orang 
>bijak, 
> melainkan datang dari orang yang tidak bijak yaitu 
>ajaran Islam yang 
> di-sambung2 dengan tafsir2 yang engga nyambung.  Kalo 
>diperdebatkan 
> bisa panjang, dan ujungnya ternyata tidak ada di 
>AlQuran, bahkan 
> Muhammad tidak pernah menyatakan kata2 itu.  Ini adalah 
>salah satu 
> dari banyak tulisan saya yang menyatakan bahwa ajaran 
>Islam adalah 
> ajaran yang cuma membohongi umatnya untuk tetap bodoh 
>sedangkan umat 
> diluar Islam engga ada yang punya kata2 yang kampungan 
>bodoh seperti 
> itu.
> 
> Realitasnya, dizaman dulu yang namanya ilmu itu bukanlah 
>bollean 
> algebra, bukan juga Window-XP yang lagi populeer sebagai 
>ilmu2 maju, 
> yang dimaksud ilmu dizaman Muhammad tidak lain adalah 
>ilmu 
> berperang, ilmu naik buroq, ilmu agama yang menambah 
>pahala, ilmu 
> sihir, dll yang dizaman sekarang dinamakan ilmu kudu 
>atau ilmu tipa 
> tipuan.  Jadi kalo mau belajar ilmu anda harus jujur, 
>bukan ke Cina 
> tapi ke Amerika, Jerman, Inggris, bahkan semua orang2 
>Cina 
> belajarnya dari sini, maka tidaklah bijaksana kita yang 
>bisa 
> langsung belajar ke Amerika harus melalui jalan 
>ber-lika-liku ke 
> Cina belajar bahasa Cina dulu.
> 
> AlQuran mewajibkan umatnya pandai bahasa Arab bukan 
>bahasa Cina, dan 
> hal ini ada bisa anda baca dalam AlQuran itu sendiri.
> 
> Jadi kalo umat Islam mau belajar ke Cina, maka anda bisa 
>belajar 
> bagaimana membaca "LiamKeng", memasang "Hio", membakar 
>mayat nenek 
> moyang untuk disajikan dimeja abu (bukan Abu Hanifah). 
> Juga di Cina 
> terkenal dengan keahliannya membikin Bakpau Babi, Mie 
>goreng, 
> Capcay, Kuetiaw, Poeyonghay dan babi panggang, yang 
>kesemuanya 
> justru diharamkan dalam AlQuran.  Juga anda bisa belajar 
>bikin 
> patung2 dewa GiamLo Ong, Dewi Kwan Im Powsat, dan jangan 
>lupa anda 
> belajar cara2 menyembahnya, kesemuanya ini sudah dikenal 
>dalam 
> AlQuran yang disebut sebagai menyembah berhala.  Dahulu 
>kala, orang2 
> Cina semuanya wajib belajar ilmu2 ini.
> 
> Jadi kalo mau dulu nya ke Cina belajar bikin bomb, 
>tentunya ilmu itu 
> dirahasiakan tidak akan diberikan kepada umat Islam, 
>bahkan belajar 
> Kung Fu, Lwekang, Khikang, Ginkang, pun juga 
>dirahasiakan karena 
> dibutuhkan untuk perang dalam membasmi kekuasaan Islam 
>dizaman 
> Jenghis Khan.
> 
> Adalah tidak bijak dan bukan orang bijak yang menyatakan 
>belajar 
> sampai ke Cina ataupun di Cina melainkan orang goblok, 
>seharusnya 
> anda menyatakan mencuri ilmu ke Cina dimana ilmu2 yang 
>dilarang 
> itulah yang dicuri untuk didapatkan umat Islam agar bisa 
>menang 
> berperang.  Ke utara, barat, timur dan selatan, kaum 
>jihad berhasil 
> malang melintang, namun malang nasibnya, terpenggal dan 
>terhalang 
> sampai kenegeri cina ini, Jenghis Khan menyerbu timur 
>tengah, 
> semuanya dibantai habis.  Kalo tidak terhalang Yahudi, 
>Alquran akan 
> menulis bahwa musuh paling utama bukanlah Yahudi 
>melainkan orang 
> Cina.
> 
> Demikianlah, ahli2 Indonesia tak satupun yang benar yang 
>menyatakan 
> kebencian umat Islam Indonesia kepada keturunan Cina 
>berlatar 
> belakang kecemburuan ekonomi, karena yang benar adalah 
>dendam 
> kesumat gagalnya Islamisasi diseluruh jazirah asia.
> 
> Timur Tengah berhasil di Islamkan, Eropah juga 
>seharusnya bisa di 
> Islamkan, namun akibat ekspansi JenghisKhan ke Eropah 
>lah yang 
> menjadi penyebab utama gagalnya Islamisasi Eropah, 
>apalagi wilayah 
> Asia tengah.  Kebencian Islam kepada Cina bisa anda 
>lihat sendiri 
> bagaimana patung2 Buddha dihancurkan diseluruh 
>Afghanistant.  
> Meskipun patung2 itu lebih berasal dari India, namun 
>simbol agama 
> Buddha lebih menjadi gambaran Asia tengah katimbang 
>India karena 
> India sendiri lebih lekat dengan agama Hindunya.
> 
> Ny. Muslim binti Muskitawati.
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> Melihat kinerja ekonomi yang ditunjukkan oleh Negeri 
>Tirai Bambu 
> tersebut, layaklah bila pemerintahan SBY mengikuti apa 
>yang 
> dilakukan oleh Pemerintah Cina dalam membangun ekonomi 
> domestiknya.Cina sebagai negara dengan jumlah penduduk 
>terbesar 
> dunia berhasil menggerakkan ekonomi domestiknya dengan 
>memberikan 
> komitmen yang jelas pada prioritas pembangunan 
>infrastruktur. 
> Hasilnya, Cina merupakan negara di kawasan Asia yang 
>paling banyak 
> menyedot investasi asing dengan nilai sekitar 50 miliar 
>dolar AS 
> dari total 75 miliar dolar AS investasi asing yang masuk 
>ke seluruh 
> Asia. 
>> 
>>             Kini, Cina tercatat sebagai negara yang 
>>tumbuh sangat 
> cepat dan menjadi kekuataan ekonomi baru yang 
>diperhatikan oleh 
> seluruh dunia. Dan, selama sepuluh tahun terakhir, 
>pertumbuhan 
> ekonomi Cina dapat dipertahankan di atas rata-rata tujuh 
>persen. 
> Dengan masuknya Cina ke dalam World Trade Organization 
>(WTO) pada 11 
> Desember 2001, perekonomian Cina semakin maju pesat. 
>> 
>>             Prestasi yang dicapai Cina tersebut 
>>merupakan buah 
> dari dilaksanakannya program reformasi ekonomi yang 
>dimulai tahun 
> 1978. Salah satu prioritas utama yang dilakukan Cina 
>dalam 
> memperbaiki kondisi ekonomi negaranya adalah dengan 
>melaksanakan 
> pembangunan infrastruktur. Ini dilakukan karena 
>Pemerintah Cina 
> menyadari infrastruktur ekonomi merupakan syarat utama 
>dalam 
> membangun perekonomian. 
>> 
>>             Pada tahun 1978 total panjang jalan raya di 
>>Cina hanya 
> 89.200 km, dan pada tahun 2002 meningkat tajam menjadi 
>170.000 km. 
> Pada tahun 1988, jalan tol pertama dibuka dengan total 
>panjang 185 
> km, sementara pada tahun 2001 sudah mencapai 19.000 km. 
>Untuk 
> pelabuhan, setidaknya saat ini Cina memiliki 3.800 
>pelabuhan angkut, 
> 300 di antaranya dapat menerima kapal berkapasitas 
>10.000 MT. 
>> 
>>             Tahun 2001, Cina menghasilkan tenaga listrik 
>>sebesar 
> 14,78 triliun kwh. Dan, direncanakan pada tahun 2009, 
>Cina bakal 
> mengoperasikan PLTA terbesar di dunia yang menghasilkan 
>tenaga 
> listik sebesar 84,7 triliun kwh. Sementara, untuk 
>saluran telepon 
> (fixed line), pada tahun 2002 Cina memiliki 207 juta 
>sambungan. 
> Padahal, tahun 1989 hanya ada 5,68 juta sambungan. 
>> 
>>             Sebuah studi terakhir menunjukkan bahwa 
>>negara-negara 
> berkembang di Asia Timur membutuhkan lebih dari 200 
>miliar dolar AS 
> per tahunnya selama 2006-2010 untuk membangun 
>infrastrukturnya. Dari 
> total kebutuhan tersebut, sebagian besar (80%) merupakan 
>kebutuhan 
> Cina dalam membangun infrastruktur (lihat, misalnya, 
>mega proyek 
> Three Gorges Dam, Kereta Api Super Cepat 
>Beijing-Shanghai, dan 
> sebagainya). 
>> 
>>             * * *
>> 
>>             Kinerja ekonomi nasional pasca tumbangnya 
>>rezim Pak 
> Harto sampai saat ini belum juga menunjukkan hasil 
>optimal untuk 
> menekan jumlah pengangguran dan penduduk miskin. Hal ini 
>disebabkan 
> belum berhasilnya ekonomi nasional tumbuh di atas 7 
>persen, sebuah 
> angka yang sangat diperlukan untuk menekan pengangguran 
>dan 
> kemiskinan secara nasional. 
>> 
>>             Seperti diketahui, dari 220 juta penduduk 
>>Indonesia, 
> 40 juta di antaranya berada di bawah garis kemiskinan 
>dan setiap 
> tahunnya 2,5 juta calon pekerja baru memasuki pasar 
>tenaga kerja. 
>> 
>>             Meski demikian, kita optimis ekonomi 
>>nasional mengarah 
> pada perbaikan yang sangat signifikan. Hal ini tercermin 
>dari 
> pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun 2004 yang 
>mencapai 5,13%, 
> sebuah pertumbuhan tertinggi sejak krisis ekonomi 
>melanda Indonesia 
> pada tahun 1997. 
>> 
>>             Selain itu, investasi dan ekspor tumbuh 
>>secara 
> signifikan pula, masing-masing 15,8% dan 8,47%. 
>Kontribusi investasi 
> terhadap PDB mengalami kenaikan dari 18,9% pada tahun 
>2003 menjadi 
> 20,1% pada tahun 2004. Sedangkan kontribusi ekspor 
>terhadap PDB 
> mencatat kenaikan dari 30,7% pada tahun 2003 menjadi 
>30,9% pada 
> tahun 2004. 
>> 
>>             Peningkatan di sektor investasi dan ekspor 
>>menunjukkan 
> pertumbuhan ekonomi nasional tidak ditopang sepenuhnya 
>lagi oleh 
> sektor konsumsi, seperti tahun-tahun sebelumnya. 
>> 
>>             Dengan pertumbuhan ekonomi sebesar itu, 
>>sepanjang 
> tahun 2004, pemerintah berhasil menciptakan lapangan 
>kerja bagi 2,3 
> juta pekerja, tapi masih jauh dari jumlah tenaga kerja 
>yang masuk ke 
> pasar sebesar 2,5 juta orang per tahun. Dan, tantangan 
>untuk 
> menciptakan lapangan kerja yang luas merupakan tantangan 
>terbesar 
> dalam pemerintahan Presiden SBY. 
>> 
>>             Untuk memacu dan memicu investasi swasta, 
>>sebuah 
> negara membutuhkan pra kondisi untuk membuat iklim 
>investasi yang 
> kondusif dan business friendly. 
>> 
>>             Iklim investasi itu sendiri sejatinya 
>>merupakan 
> rangkaian faktor-faktor khusus yang ada pada suatu 
>lokasi. Faktor-
> faktor tersebut diharapkan mampu menciptakan peluang dan 
>insentif 
> bagi entitas bisnis dalam melakukan kegiatan usaha 
>produktif, 
> menciptakan lapangan kerja, dan mengembangkan usaha. 
>> 
>>             Tapi peluang dan insentif tidak bisa hadir 
>>begitu 
> saja. Peluang dan insentif tidak turun dari langit. 
>Peluang dan 
> insentif bagi suatu perusahaan harus diciptakan segenap 
>komponen 
> bangsa. Maka dalam konteks ini, peran pemerintah sebagai 
>fasilitator 
> sangatlah penting. 
>> 
>>             Pemerintah dituntut melakukan regulasi dan 
>>deregulasi 
> seperti yang dilakukan negara-negara kompetitor, Cina, 
>Vietnam, 
> Malaysia, Thailand dan negara-negara lain di Asia dalam 
>menarik 
> masuknya investasi. Bila tidak, Indonesia akan 
>ditinggalkan oleh 
> investor. Uang ibarat semut yang selalu mencari gula 
>untuk tumbuh 
> dan berkembang biak, tapi selalu menghindari genangan 
>air. 
>> 
>>             Melihat berbagai kebijakan yang telah 
>>ditempuh 
> pemerintah, tampak jelas bahwa pemerintahan SBY 
>menjadikan perbaikan 
> iklim investasi sebagai fokus utamanya. 
>> 
>>             Untuk beberapa hal, pemerintah sudah 
>>melakukan seperti 
> meninjau kembali Peraturan Derah (Perda) yang menghambat 
>investasi, 
> meningkatkan daya saing industri dengan menciptakan 
>grand design 
> strategi industri nasional 20 tahun ke depan, 
>menerbitkan berbagai 
> peraturan pemerintah yang sangat business friendly di 
>bidang 
> perpajakan melalui reformasi perpajakan, menciptakan 
>berbagai aturan 
> tenaga kerja yang tidak memberatkan investor dan 
>menciptakan 
> kepastian hukum tidak hanya memberikan rasa aman dan 
>nyaman bagi 
> kehidupan 220 juta penduduk Indonesia, tetapi juga 
>memberikan imbas 
> positif bagi iklim investasi. 
>> 
>>             Sementara di bidang politik, Indonesia sudah 
>>berhasil 
> menciptakan citra positif di mata dunia internasional 
>dengan 
> berhasilnya Pemilu Legislatif dan Pemilihan Presiden 
>secara langsung 
> meski itu membutuhkan waktu tujuh bulan. 
>> 
>>             Selain membutuhkan iklim investasi yang 
>>kondusif, 
> pemerintah perlu memperbaiki dan membangun infrastruktur 
>baik, 
> jalan, pelabuhan, listrik, telekomunikasi, rel kereta 
>api, dan lain 
> sebagainya untuk mendorong masuknya investasi ke 
>Indonesia. 
>> 
>>             Sebagai catatan pada tahun 1994/1995, 
>>panjang jalan 
> yang rusak masih berkisar pada 109.820 km. Namun, hingga 
>tahun 2003 
> ini panjang jalan yang rusak sudah mencapai hampir 
>170.000 km. Jalan 
> lintas Sumatera yang panjangnya 2343,5 km dan Pantura 
>yang 
> panjangnya 1.172,2 km tingkat kerusakannya hingga saat 
>ini sudah 
> mencapai 25 persen dan 22 persen. 
>> 
>>             Itu baru di bidang jalan, belum lagi di 
>>bidang 
> pelabuhan, listrik, telekomunikasi, air bersih, dan lain 
>sebagainya, 
> Indonesia masih tertinggal jauh dibanding dengan Cina 
>atau Malaysia. 
>> 
>>             Sadar akan hal itu, Kantor Menko 
>>Perekonomian, 
> Bappenas dan Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menggelar 
> Infrastrucutre Summit dengan langsung menawarkan 91 
>proyek senilai 
> 22,5 miliar dolar Amerika Serikat. Harus diakui 
>pelaksanaan 
> Infrastructure Summit ini merupakan yang pertama dalam 
>sejarah 
> pemerintahan Indonesia. Dengan menawarkan infrastruktur 
>yang 
> commercially viable kepada swasta diharapkan pemerintah 
>dapat 
> memiliki keleluasaan fiskal (fiscal space) untuk 
>membangun proyek-
> proyek infrastruktur yang dinilai tidak 
>commercially-viable, 
> khususnya di daerah pedesaan dan daerah tertinggal. 
>> 
>>             Dengan format ini maka apa yang dilakukan 
>>pemerintahan 
> SBY dalam membangun ekonomi nasional dengan 
>memprioritaskan 
> pembangunan infrastruktur sudah tepat dan sesuai dengan 
>resep-resep 
> ekonom terkemuka. Kunci utama keberhasilan pembangunan 
>ekonomi 
> domestik dan peningkatan kemampuan kompetitif suatu 
>bangsa terletak 
> pada ketersediaan infrastruktur yang handal dan efisien. 
>> 
>>             Sayangnya, apa yang dilakukan oleh 
>>pemerintahan SBY 
> dalam pembangunan infrastruktur masih dilihat sebagai 
>upaya untuk 
> bagi-bagi proyek atau "bancaan" proyek. Padahal KKN 
>(korupsi, kolusi 
> dan nepotisme) terjadi karena tidak tersebar dan 
>meratanya 
> informasi. Dalam hal ini pemerintah sudah melakukan 
>dengan benar 
> dengan menyiapkan informasi proyek-proyek yang 
>ditawarkan secara 
> terbuka dan bisa diperoleh atau diakses oleh siapa pun 
>juga melalui 
> situs ataupun saluran media lainnya. 
>> 
>>             Namun demikian informasi yang disajikan itu 
>>masih 
> dirasakan belum lengkap, misalnya, apakah yang 
>dibutuhkan pemerintah 
> dalam membangun infrastruktur tertentu, pemerintah 
>membutuhkan 
> investor yang menyiapkan dana segar, penyuplai barang, 
>pengerjaan 
> konstruksi, ataukah pengerjaan konstruksi sekaligus 
>membawa dana 
> segar. Ini masih belum dijelaskan secara lengkap oleh 
>pemerintah 
> kepada publik. 
>> 
>>             Selain itu, pemerintah belum mengemas satu 
>>informasi 
> yang komprehensif kepada publik tentang, misalnya, 
>dampak 
> pembangunan infrastruktur terhadap penyerapan tenaga 
>kerja. Juga 
> dalam hal seberapa besar kontribusi pembangunan 
>infratruktur dalam 
> peningkatan PDRB regional dan nasional. Hal-hal seperti 
>ini 
> sepatutnya disampaikan oleh pemerintah sehingga dapat 
>dipahami 
> dengan jelas manfaat pembangunan infrastruktur oleh 
>publik. 
>> 
>>             Meski demikian kecurigaan tersebut harus 
>>dijadikan 
> energi positif bagi pemerintah untuk melakukan hal-hal 
>yang benar 
> untuk memuaskan investor baik yang menang maupun yang 
>kalah. Karena 
> selama ini praktik-praktik yang memberikan fasilitas 
>bagi investor 
> tertentu sudah berlangsung lama. 
>> 
>>             Kita sepakat pembangunan infrastruktur 
>>merupakan kunci 
> utama dalam keberhasilan pembangunan ekonomi nasional, 
>sekaligus 
> mampu menciptakan lapangan kerja yang sangat luas bagi 
>rakyat 
> Indoensia. Dampaknya pada ekonomi pun sangat luas 
>mengingat efek 
> dominonya. 
>> 
>>             Untuk bangkit seperti Cina, Indonesia perlu 
> meningkatkan alokasi dana untuk pembangunan 
>infrastrukturnya. 
> Sebagai perbandingan saja, Cina membelanjakan 6.9% dari 
>GDP-nya 
> untuk membangun infrastruktur, bandingkan dengan negara 
>berkembang 
> lainnya yang rata-rata membelanjakan sekitar 6.3% (low 
>income) dan 
> 3.6% (middle income). Sementara kondisi Indonesia saat 
>ini sudah 
> jauh menurun ke angka sekitar 2% dari GDP. Kita berharap 
>melalui 
> pembangunan infrastruktur yang dicanangkan pemerintahan 
>SBY dapat 
> kembali pada tingkat 5% GDP, sama halnya dengan kondisi 
>sebelum 
> krisis. 
>> 
>>             Keberhasilan Cina dalam membangun ekonomi 
>>domestiknya 
> patut menjadi pelajaran kita bersama. Lantas, kenapa 
>kita masih 
> melihat pembangunan infrastruktur tidak berkaitan dengan 
>penciptaan 
> lapangan kerja, menekan jumlah penduduk miskin dan 
>peningkatan 
> kesejahteraan rakyat? Jadi, tidak salah bila apa yang 
>dikatakan oleh 
> orang bijak, kita ikuti pula dengan baik. *** 
>> 
>>             (Penulis adalah pengamat sosial-ekonomi, 
>>tinggal di 
> Jakarta).  
>>      
>>      
>> 
>> 
>> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> 
> 
> ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor 
> 
> Post message: [EMAIL PROTECTED]
> Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
> Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
> List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
> Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 
> 

========================================================================================
Akses Internet TELKOMNet-Instan beri Diskon s.d. 50 % khusus untuk wilayah Jawa 
Timur.
Informasi selengkapnya di www.telkomnetinstan.com atau hub 0800-1-INSTAN 
(467826)
========================================================================================
 


------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
What would our lives be like without music, dance, and theater?
Donate or volunteer in the arts today at Network for Good!
http://us.click.yahoo.com/pkgkPB/SOnJAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke