--- In [EMAIL PROTECTED], "Amin Soebandrio" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Berikut penjelasan tidak resmi dari seorang Staf Senior (yang saya 
percaya
> integritasnya) di Dept. IKA FKUI tentang isu tersebut, mudah-
mudahan dapat
> dipergunakan sebagai acuan. Saya tidak dapat membutkitkan bahwa 
peristiwa
> tersebut tidak terjadi di departemen lain. Apabila memang ingin 
memperbaiki
> (bukan mencari-cari kesalahan), saya persilahkan teman-teman yang 
memiliki
> bukti otentik atau saksi hidup dapat mengajukannya kepada Institusi
> Pendidikan ybs atau organisasi profesi (IDI atau perhimpunan 
spesialis)
> terkait, atau kepada Kolegium ybs.
>  
> Amin Soebandrio
>  
> Pagi,
>  
> Topik yang memang menggelitik namun tidak pas di forum ini. Tapi 
karena Pak
> Amin sudah mohon maaf dulu ya pertama kita maafkan (hehe), dan 
sedikit
> tanggapan. 
>  
> Cerita-cerita seperti itu banyak terdengar, dan kelihatannya 
sebagian benar.
---------------------------------------------------------------------
Hypoglossus:
Sebagian benar????
Apa maksud anda dengan kata-kata "sebagian benar"?
Apakah maksudnya tulisan saya 'kelihatannya saja benar, namun 
sebenarnya salah' atau...
memang sebagian tulisan saya 'ada benarnya' ????

Kalau yang anda maksud adalah bahwa sebagian tulisan saya 'ada 
benarnya' maka anda sebagai STAFF SENIOR IKA FKUI secara tidak 
langsung telah mengakui adanya KKN dalam penerimaan calon PPDS FKUI 
bukan? :)

Saya garisbawahi tulisan anda.
---------------------------------------------------------------------

> Namun mohon tidak digebyah uyah (di-generalisasi). Setidaknya di 
tempat saya
> bekerja keadaannya tidak separah itu. Periksa data berikut:
> Bayaran resmi (yang tidak resmi setau saya ndak ada) untuk PPDS di
> Departemen IKA FKUI adalah 3 koma sekian juta per semester untuk 
jalur
> regular, dan 15 juta per semester untuk jalur perluasan. Murah kan.
---------------------------------------------------------------------
Hypoglossus:
Keadaannya tidak separah itu?
Apa maksudnya "keadaannya tidak separah itu"? Saya jadi paranoid 
dengan kata-kata ini. Untuk jalur extension (tambahan=perluasan?), 
saya akui memang mahal (15 juta/persemester) namun masih lumrah 
untuk PPDS jalur ini. Namun sudah barang tentu, seorang calon 
residen yang orangtuanya hanya guru SD/SMP/SMA tidak akan dapat 
masuk PPDS bila "kena" jalur ini khan? :)

Anda bisa hitung sendiri lahhh...
Gaji guru SD di daerah saya (swasta) Rp 1,2 juta perbulan.
Dikali 6 bulan (1 semester) Rp 7,2 juta. Sedang jalur extension tadi 
Rp 15 juta.... si guru itu harus ngutang barangkali ye? hehehehe...

Anda jangan salah. Teman saya (angkatan 1996, daftar OBSGYN tahun 
2004, sudah wawancara), tidak jadi masuk PPDS
karena hal ini... KURANG DANA! Orangtuanya guru SMP di salah satu
sekolah swasta di Bogor. Otak pandai, tapi tidak bisa melanjutkan ke 
PTS yang KATANYA sekolah murah. 

---------------------------------------------------------------------

> Di sana ada anak konsulen (jumlah lk 5% masih masuk akal ya), dan 
memang
> anaknya tidak kalah dari PPDS yang lain). 
> Beberapa anak guru besar bagian yang mendaftar 2 kali tetap tidak 
diterima
> karena tidak memenuhi syarat Ada anak kurang mampu yang diterima 
di jalur
> perluasan nyaris mundur kalau tidak dibantu beberapa staf. 
> Banyak PPDS yang pulang-pergi "ngebis"
> Cukup banyak PPDS yang "non-muslim, sipit" dll. 
> Asalnya, selain lulusan FKUI juga Undip, UGM, Unair, Unpad, Unand, 
USU, UNS,
> Yarsi, UKI, Untar, Atmajaya, dll, pendeknya semua FK negeri maupun 
swasta
> yang ada di tanah air asal lulus tes.
> Ada staf pengajar yang direkrut padahal dia lulusan FK swasta.
> Tidak ada uang gedung (karena jelek-jelek sudah punya gedung).
>  
> Apa lagi ya.... Itu dulu dah. 
> Yang penting jangan dianggap semua departemen mata duitan dan 
tidak memberi
> kesempatan kepada anak yang mampu secara intelektual namun kurang 
mampu
> secara finansial, apalagi dengan kata-kata yang didramatisir 
seperti dialog
> sinetron.
>  
---------------------------------------------------------------------
Kata-kata yang didramatisir?  :)
Terimakasih untuk pujiannya.

Tapi mungkin sebagai STAFF SENIOR IKA FKUI anda belum pernah 
merasakan betapa banyak dokter umum yang mendaftar PPDS tapi karena 
pemungutan biaya demikian besar, tidak bisa melanjutkan, pilih 
mundur. Otak pintar, terbentur biaya...
Otak biasa saja, bapak konsulen, bapak pejabat, punya uang... MASUK!
Anda benar, memang mirip sinetron. Terimakasih.

Mungkin anda juga tahu (saya rasa JELAS TAHU!) seliweran berita ttg 
KULIT$KELAMIN, OGBSGYN, BEDAH yang memungut biaya sampai ratusan 
juta. Entah buat siapa... entah buat dokter-dokter konsulen yang 
TERHORMAT, atau dibagi-bagi untuk staff birokrasi mungkin?

Saya beri satu nama:
"R" (angkatan 1997 PTS Jakarta) mendaftar ke bagian Kulit dan 
Kelamin FKUI dan sekarang sudah masuk menjadi residen di sana, anda 
tahu dikenai sumbangan berapa?
Rp 350 juta rupiah....!
Bila anda meminta nomor telpon dan identitasnya secara jalur 
pribadi, saya akan beri. Anda boleh telpon dan tanyai sendiri :)

Rp 350 juta / residen.
Anda bisa bayangkan bila yang diterima 4 orang residen...
Rp 1,4 milyar!
Taruhlah yang Rp 400 juta untuk uang gedung, birokrasi, dan tetek 
bengek lain, sisa Rp 1 milyar.
Dibagi 20 orang "penadah FKUI" jadi satu orang dapat Rp 50 juta.
Bila setahun 2x pendaftaran, berarti Rp 100 juta / tahun.
Lumayan lho... :) 

Banyak anak pejabat, anak konsulen, masuk dengan begitu mudah, 
sehingga sangat terkenal di kalangan dokter umum yang akan 
mendaftar, bila di bagian departemen "anu" isinya anak konsulen dan 
anak pejabat. 

Well...
saya rasa hal ini bisa booming bila dipublikasikan.
Tinggal menunggu recorder dan bukti-bukti otentik tentunya.

FKUI, sekolah kedokteran yang terkenal hebat, yang mencetak dokter-
dokter terhormat... ternyata sangat sarat dengan KKN. Masyarakat 
belum begitu tahu tentunya, seperti apa FKUI sekarang ini...


Hypoglossus
===========

> Mudah-mudahan seterusnya departemen saya tidak latah ikutan yang 
lain. 
> (Yang mengutip ratusan juta itu yang ngontrol siapa ya?)
>  
> SS
> (Boleh diteruskan ke penulis yang menyurati Mas Amin).
>  
>  
> -----Original Message-----
> From: dendi kadarsan [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
> Sent: 02 April 2005 19:30
> To: [EMAIL PROTECTED]
> Subject: Re: [Dokter_Indonesia] KKN dalam KEDOKTERAN di INDONESIA
>  
>  
>  
> Pesimis amat...Kebetulan saya residen IPD di UI dan S1
> nya UI pula. Emang kalo lulusan almamater yang sama
> lebih diperhatikan. Itu lumrah lha...Waktu saya tes di
> Unpad, yang banyak diterima anak Unpad. karena ga
> diterima akhirnya tes di UI,dan diterima emang faktor
> almamater punya peranan. Yang bareng ama saya ada juga
> yang cina, bukan anak konsulen. Emang di IPD UI kita
> ga ada sumbangan. Kalo di kulkel emang ada sumbangan,
> saya kira ga segede itu teman saya yang diterima
> diminta 50jt. Yang gede segitu kabarnya di Undip. Saya
> kira berusaha aja, ga usah takut. Sekedar info ada
> teman saya yang diterima di Paru, doi dari universitas
> hang tuah. Mohon maaf saya aja baru tahu kalo
> universitas itu ada Fk nya. Jadi pesan saya jangan
> putus asa.  
> --- hypoglossus_12 <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>  
> > 
> > 
> > 
> > Prolog.
> > 
> > KKN dalam kedokteran sudah bukan sesuatu baru lagi.
> > Bagi mahasiswa 
> > kedokteran hal ini sudah menjadi hal biasa untuk
> > didengar. Mungkin 
> > bagi orang awam hal ini adalah hal yang cukup aneh
> > (tragis), bagaimana 
> > mungkin, seorang calon dokter yang bersahaja
> > ternyata sangat lekat 
> > dengan KKN. 
> > 
> > Banyak contoh yang bisa dikemukakan. Bahkan bila
> > saja kita dapat 
> > menyebut nama (diperbolehkan) maka banyak nama para
> > dokter terhormat 
> > disitu.
> > 
> > Kita semua yang ada dikedokteran, pasti sama-sama
> > tahu bahwa KKN sudah 
> > sejak lama ada. Bila anda adalah orangtua yang akan
> > menyekolahkan 
> > anaknya dikedokteran, sebaiknya pikir-pikir dulu.
> > Anda tahu mengapa?
> > Pendidikan kedokteran di Indonesia ada dua jalur,
> > pertama melalui 
> > UMPTN dan yang kedua melalui ujian universitas
> > swasta biasa. Untuk 
> > tembus UMPTN bukan hal yang mudah, memang perlu
> > kepandaian, tapi juga 
> > banyak yang menggunakan jalan belakang, terutama
> > para konsulen (dokter 
> > pengajar di universitas negeri yang bersangkutan)
> > yang anaknya ingin 
> > di terima di univeritas tempat beliau mengajar.
> > Bila anak anda tidak tembus UMPTN lalu masuk
> > universitas swasta, patut 
> > diingat bahwa universitas swasta kedokteran di
> > Indonesia sangat 
> > dinomorduakan. 
> > 
> > Setelah menyelesaikan studi profesi, dan ingin
> > mengambil program 
> > dokter spesialis (PPDS) pun sangat mencekik leher,
> > bila anak anda 
> > bukan anak seorang konsulen! Kenapa?
> > Entah suatu politik hutang budi atau memang murni
> > KKN -sudah menjadi 
> > rahasia umum- bahwa seorang anak konsulen mendapat
> > "KAPLING" (jatah 
> > kursi) di univeristas negeri tersebut.
> > Saya bisa menyebut nama, alamat, nama konsulen serta
> > tempat kerja bila 
> > diperbolehkan. Menjadi satu pertanyaan bagi kita,
> > mengapa banyak anak 
> > konsulen yang nilainya di bawah rata-rata (bila
> > tidak mau disebut 
> > BODOH) dapat masuk universitas negeri dengan mudah?
> > Bahkan kemampuannya di bawah rata-rata residen dan
> > peserta calon PPDS 
> > yang lain.
> > 
> > Anda tahu, untuk masuk ambil spesialis Kulit dan
> > Kelamin di FKUI harus 
> > bayar berapa? Lima ratus juta! (Rp 500.000.000,-)
> > Apalagi program mayor lain seperti Kebidanan
> > (Obsgyn).
> > Saya bingung, untuk apa uang sebanyak itu? Apakah
> > selama ini ada 
> > rincian yang dipublikasikan?
> > Teman saya (seorang residen Obsgyn FKUI 3B)
> > bercerita bahwa dia harus 
> > membayar Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta) supaya
> > bisa masuk program 
> > dokter spesialis. Kala itu, dia ditanya: "Anda
> > berani sumbang berapa 
> > untuk univeristas?"
> > Teman saya memang bukan anak konsulen, namun banyak
> > teman-temannya 
> > yang lain anak konsulen. Entah bapaknya professor
> > saraf, entah 
> > pamannya dokter kebidanan juga (yang kenal dengan
> > "orang dalem").
> > 
> > Belum lagi rasialisme. Anak anda keturunan cina?
> > Waaaahh.. pasti susah 
> > minta ampun masuk universitas negeri. Sipit tidak
> > diterima.
> > Walaupun masuk sekalipun, pintar - dikucilkan...
> > goblok - diitekan.
> > 
> > Program spesialisasi yang terkenal mencekik leher
> > dan penuh KKN 
> > terutama adalah bidang2 yang lagi in dan diminati,
> > atau bidang mayor 
> > seperti Kulit dan Kelamin, Bedah, Obsgyn, Anak,
> > Interna. 
> > 
> > Jadi bila anda anak kedokteran swasta, atau anak
> > kedokteran negeri 
> > tapi yang orangtuanya bokek.... jangan harap bisa
> > masuk program 
> > spesialisasi.... program ini bukan buat kamu, nak...
> > ini buat anak-anak konsulen :)
> > juga anak-anak orang kaya yang orangtuanya bisa
> > mengucurkan dana 
> > ratusan juta.
> > Universitas negeri = murah? Bah...!!!
> > Pendidikan di Indonesia memang masih berpihak pada
> > orang-orang 
> > berdasi, terhormat, dan penuh KKN. 
> > Anda umat awam yang anaknya mau masuk kedokteran,
> > pertimbangkan dahulu 
> > hal-hal berikut bila anak anda:
> > 
> > 1. Ternyata tidak diterima di universitas negeri,
> > jadi terpaksa
> >    masuk universitas swasta. Karena nantinya bila
> > anak anda mendaftar
> >    program spesialisasi di negeri, sulit diterima.
> >    Seringkali anak-anak swasta disebut "CORPUS
> > ALIENUM" 
> >    (benda asing) oleh anak-anak negeri.
> >  
> > 2. Anak anda sipit, cina.
> > 
> > 3. Anda orang miskin. Buat keluarin biaya untuk
> > lulus sarjana 
> >    kedokteran (S-ked / S-1) mungkin masih sanggup.
> > Tapi jangan
> >    berharap terlalu jauh bila ingin masuk PPDS.
> >    Ratusan juta!
> > 
> > 4. Tidak kenal orang dalem di universitas negeri
> > tersebut.
> > 
> > 5. Anak anda bukan Islam.
> >    Sekali lagi bukan maksud saya menyudutkan agama
> > tertentu.
> >    Bukan itu. Tapi unsur agama memang memegang
> > peranan sangat
> >    penting, sulit untuk dicari bukti-buktinya, tapi
> > bila anda
> >    adalah mahasiswa kedokteran non-Islam, saya rasa
> > anda juga
> >    pasti mengerti hal ini. 
> > 
> > Jadi, kedokteran kita penuh dengan KKN + SARA.
> > Bila data sudah terkumpul, mungkin saya akan rangkum
> > untuk publikasi 
> > bersama teman-teman dari KOMPAS.
> > 
> > hypoglossus 
> > ===========
> > 
> >  
> > 
> > 
> >    
> >  
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> > 
> >  
> > 
> > 
> > 
> === message truncated ===
>  
>  
>  
>             
> __________________________________ 
> Yahoo! Messenger 
> Show us what our next emoticon should look like. Join the fun. 
> http://www.advision.webevents.yahoo.com/emoticontest
>  
>  
>  
>  
>  
>  
> Menuju pelayanan Dokter Indonesia yang berkualitas. 
> Yahoo! Groups Links





------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
What would our lives be like without music, dance, and theater?
Donate or volunteer in the arts today at Network for Good!
http://us.click.yahoo.com/pkgkPB/SOnJAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to