http://www.jawapos.co.id/index.php?act=detail_c&id=178944
Senin, 04 Juli 2005,


Menyelamatkan Siswa Korban Unas
Oleh Bagong Suyanto *



Pelaksanaan ujian nasional (unas) 2005 benar-benar memakan korban. Setelah 
Depdiknas betul-betul tidak memanipulasi lewat kebijakan konversi nilai, angka 
ketidaklulusan peserta unas kali ini pun jauh meningkat dibandingkan 2004. 
Dengan kenaikan batas standar kelulusan dari 4,01 menjadi 4,26, jumlah siswa di 
SMP dan SMA yang tidak lulus mencapai dua kali lipat dibandingkan tahun 
sebelumnya. Di sejumlah daerah seperti Surabaya, angka siswa yang tidak lulus 
naik sampai 400 persen. 

Untuk siswa SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK, tercatat 815.527 siswa dinyatakan tidak 
lulus alias harus mengulang unas. Di jenjang SMP/MTs, persentase ketidaklulusan 
meningkat dari 6,96 persen pada 2004 menjadi 13,62 persen. 

Untuk jenjang SMA/MA, tahun lalu yang tidak lulus 9,22 persen, sekarang naik 
menjadi 20,96 persen. Sedangkan untuk SMK, angka yang tidak lulus lebih parah, 
yakni dari 12,27 persen menjadi 22,28 persen.

Berbeda dari pola masa lalu. Saat itu, angka hasil ujian siswa masih bisa 
dikatrol lewat nilai pemberian guru atau hasil konversi. Untuk 2005, angka 
hasil unas benar-benar murni. Sehingga, jangan kaget jika ada sekolah yang 
seluruh siswanya gagal unas. 

Di Jogjakarta dilaporkan ada 13 SMA yang angka kelulusan siswanya nol persen 
alias semuanya tidak lulus. Sementara itu, di Semarang ada 4 SMA yang angka 
kelulusannya juga nol persen. Di Surabaya ada 4 SMP yang semua siswanya tidak 
lulus unas. Di Bojonegoro, sementara dilaporkan ada 2 SMK yang angka 
kelulusannya juga nol persen.


Ironis

Bagi siswa yang memang kurang dan lambat mengikuti perkembangan materi, tidak 
lulus unas bukan hal yang mengejutkan. Ironisnya, di sejumlah sekolah 
dilaporkan bahwa siswa yang gagal unas tersebut ternyata tidak melulu siswa 
yang kurang. Bahkan sebaliknya, banyak terjadi mereka yang tidak lulus unas itu 
adalah siswa yang termasuk berprestasi atau setidaknya punya peringkat tiga 
besar di kelas atau sekolahnya. 

Entah karena memang betul-betul tidak layak lulus atau karena faktor-faktor 
nonakademis lain, yang jelas mereka kini kembali harus belajar ekstra untuk 
mengejar ketertinggalan serta mengadu nasib pada unas tahap kedua yang digelar 
pada Agustus nanti.

Menurut Depdiknas, siswa yang tidak lulus unas tahap pertama masih diberi 
kesempatan mengikuti unas tahap kedua, khususnya untuk mata pelajaran yang 
tidak lulus. Jadi, jika siswa tidak lulus unas matematika, dia hanya wajib 
mengulang ujian matematika pada unas tahap kedua Agustus nanti. 

Persoalannya, jika pada unas tahap kedua siswa yang bersangkutan tetap tidak 
lulus, konsekuensinya, dia harus mengulang tahun depan. Itu berarti akan ada 
waktu setahun penuh yang terbuang sia-sia. 

Apakah hal tersebut adil bagi siswa? Untuk siswa-siswa yang berasal dari 
golongan menengah ke bawah, biaya yang harus dikeluarkan orang tuanya dan waktu 
setahun yang terbuang karena siswa harus mengulang unas merupakan kerugian 
besar. Bahkan, bisa jadi hal tersebut melahirkan trauma serta krisis 
kepercayaan terhadap sekolah, guru, serta arti penting pendidikan itu sendiri.

Bagi siswa SMP atau SMA, seberapa pun mereka telah belajar keras dari tahun ke 
tahun dan dengan susah payah berhasil meraih juara di sekolahnya, hal tersebut 
tidak berarti apa-apa jika hasil unas-nya jeblok. 

Misalnya, ada seorang siswa yang sejak kelas satu hingga kelas tiga punya nilai 
rata-rata di rapornya 9 atau 10. Dan, ketika mereka mengikuti tes di PTN-PTN 
ternama juga berhasil lolos, itu semua tidak akan berguna jika nilai unas-nya 
jeblok alias tidak lulus. 

Seperti diberitakan, di beberapa daerah terjadi kasus yang benar-benar ironis. 
Dalam hal ini, pada siswa yang lulus dan diterima di beberapa universitas 
negeri ternama seperti Unair, UGM, dan Unibraw, ternyata hasil unas-nya tidak 
berhasil melampaui standar yang telah ditetapkan Depdiknas. Masih untung jika 
siswa yang bersangkutan bisa lolos unas tahap kedua. Tetapi, jika pada unas 
tahap kedua itu kembali tidak lulus, bukan saja siswa tersebut gagal masuk ke 
PT yang diidam-idamkan, mereka juga harus mengulang unas pada tahun depan. 

Apakah jika tidak lulus tes mata pelajaran tertentu, lantas hal itu bisa 
diartikan siswa yang bersangkutan memang sama sekali tidak menguasai materi 
yang diajarkan guru ataukah mereka tidak lulus karena sedikit banyak juga 
dipengaruhi faktor-faktor nonakademis? 

Pertanyaan ini wajar muncul. Sebab, sulit dicerna nalar sehat, mengapa siswa 
yang lolos seleksi PTN ternama justru tidak lulus unas? 


Menyelamatkan 

Untuk menyelamatkan siswa yang menjadi korban unas, Depdiknas mencoba langkah 
akomodatif. Yakni, memajukan jadwal penyelenggaraan unas tahap kedua ke Agustus 
dari rencana semula September. Selain memajukan jadwal unas tersebut, Depdiknas 
perlu memikirkan langkah agar siswa yang gagal unas tidak terlampau dirugikan. 
Pertama, memikirkan cara yang paling bijak untuk mengantisipasi siswa yang 
telah diberi kesempatan mengikuti unas tahap kedua, namun ternyata tetap gagal. 

Apakah siswa yang gagal unas tahap kedua mutlak harus mengulang unas pada tahun 
berikutnya? Jika di PT ada istilah semester pendek, mengapa di jenjang SMA atau 
mungkin SMP tidak diperlakukan hal yang sama agar siswa yang tidak lulus sebuah 
mata pelajaran bisa memperbaiki nilainya tanpa harus membuang waktu setahun 
penuh? 

Kedua, sudah tentu, agar klop, jika Depdiknas benar-benar menyetujui adanya 
program semester pendek bagi siswa SMA, konsekuensinya, pemerintah juga harus 
bersedia mengubah jadwal serta model tahun ajaran di PT yang semula hanya 
sekali setahun menjadi dua kali setahun atau satu kali per semester. 

Artinya, jika PT bersedia membuka pendaftaran siswa baru setiap semester, 
bukankah siswa yang gagal unas dan kemudian mencoba memperbaiki diri tidak 
perlu harus membuang waktu setahun penuh.

*. Bagong Suyanto, ketua Komisi Litbang Dewan Pendidikan Jawa Timur

[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Reply via email to