Refleksi: Kalau gaji Rp 40.000.000, -- berarti kurang lebih US$ 4.000,-- pada 
pihak lain 7,51% dari penduduk Indonesia hidup dibawah US$1,-- per hari.


MEDIA INDONESIA
Selasa, 05 Juli 2005


Nafsu Gaji DPR



DEWAN Perwakilan Rakyat rupanya ngotot ingin meningkatkan jumlah uang yang akan 
masuk ke kantong mereka. Dari jumlah take home pay sekarang yang berkisar 
antara Rp19 juta-Rp24 juta per orang, meningkat menjadi Rp35 juta-Rp40 juta per 
orang per bulan. Ini berarti ada kenaikan rata-rata 34% untuk para anggota. 
Untuk para pimpinan Dewan kenaikan yang direncanakan lebih tinggi, 72% hingga 
85% dari penerimaan Rp 65 juta per bulan saat ini.

Rencana kenaikan yang dulu dibicarakan diam-diam dan sempat dicemooh 
habis-habisan, sekarang semakin terbuka dan intensif di Badan Urusan Rumah 
Tangga (BURT). Bila semuanya sepakat, BURT akan mengajukannya ke Panitia 
Anggaran yang diduga kuat akan meloloskannya.

Untuk membenarkan keinginannya, BURT memoles argumen bahwa yang diusulkan naik 
bukan gaji melainkan tunjangan. Gaji atau tunjangan wujudnya sama, yaitu uang. 
Lagi pula sumbernya sama juga, APBN. Apakah kalau tunjangan yang dinaikkan 
tidak menambah beban anggaran?


Alasan yang selalu didengungkan untuk membenarkan kenaikan gaji ialah demi 
menunjang tugas-tugas operasional sebagai wakil rakyat. Alasan terbaru bahwa 
DPR ingin terlihat lebih berdaya di mata eksekutif. Lagi-lagi DPR menggunakan 
cara berpikir yang rancu. Rancu karena dianggap bahwa akar dari persoalan 
adalah uang.

Masalah terbesar bagi Dewan Perwakilan Rakyat pada degradasi yang terus-menerus 
pada fungsi lembaga ini sebagai penyalur dan penyerap aspirasi rakyat. Dan, 
kedua ialah pada profesionalisme, terutama dalam proses legislasi. DPR rupanya 
menyederhanakan kedua masalah ini menjadi perkara operasional.

Bila kebutuhan operasional diartikan sebagai frekuensi kehadiran anggota Dewan 
di hadapan konstituen, solusinya tidak sepenuhnya dengan kenaikan gaji. Karena, 
anggota Dewan bisa memakai mata dan telinga partai untuk menangkap aspirasi 
yang berkembang di kalangan konstituennya. Bila kebutuhannya adalah 
sensitivitas terhadap aspirasi yang berkembang, maka solusinya adalah 
meningkatkan kepekaan mata dan telinga partai, bukan membengkakkan angaran 
untuk gaji anggota Dewan dengan nama yang diperhalus dengan sebutan tunjangan.


Yang lebih tidak masuk akal alasan untuk meningkatkan potensi daya di hadapan 
eksekutif. Apakah citra dan kepercayaan anggota Dewan yang terus merosot di 
hadapan publik diakibatkan oleh tingkat gaji yang tidak sepadan antara anggota 
DPR dan seorang menteri? Pola pikir ini bila dibenarkan akan membuat negara 
bangkrut. Karena lembaga-lembaga negara berebut gengsi dan kredibilitas dengan 
berlomba-lomba menaikkan gaji masing-masing agar lebih tinggi atau sama dengan 
yang lainnya.


Masyarakat sedang menangis didera penderitaan, DPR malah sibuk dengan rencana 
kenaikan gaji yang menyebabkan mereka tersenyum lebih cerah dan tertawa lebih 
nyaring. Kalau DPR tetap ngotot dengan rencana kenaikan gajinya, itu 
mempertegas sebuah pengkhianatan moralitas yang luar biasa. Yaitu anggota Dewan 
hanya melihat rakyat dengan mata, tidak dengan sukma.

[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke