http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/7/11/op2.htm


Biogas sudah mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980-an, tetapi 
pemanfaatannya baru mulai digunakan di awal tahun 1990 dalam skala yang kecil 
hanya untuk keperluan memasak. Padahal ada manfaat lain yang bisa didapat 
seperti lampu penerangan, ataupun menyediakan energi untuk keperluan rumah 
tangga lainnya. Biogas adalah gas yang sifatnya mudah terbakar dan berasal dari 
proses penguraian bahan organik secara anaerobic (tanpa udara) oleh 
bakteri/mikroorganisme dengan melalui beberapa tahapan proses.
-------------------------------------------



Pemanfaatan Biogas sebagai Energi Alternatif

I Made Yudi Arsana, S.T.



MELONJAKNYA harga minyak dunia hingga mencapai 60 dolar AS per barel disebabkan 
oleh tingginya kebutuhan minyak di berbagai belahan dunia, sementara stok yang 
ada terbatas. Hal ini juga terjadi di Indonesia dan telah menimbulkan 
kelangkaan pasokan BBM (bahan bakar minyak) di beberapa wilayah di Tanah Air 
dan dapat memicu gejolak yang berpotensi menimbulkan gangguan stabilitas 
nasional. Hingga kini masyarakat harus antre berjam-jam, bahkan seharian untuk 
bisa mendapatkan BBM di SPBU dan itu pun kadang dijatah.





BBM merupakan energi tak terbarukan yang berasal dari peninggalan fosil jutaan 
tahun silam yang berada di perut bumi, sementara pemakaian energi ini tiap 
tahun kian meningkat dan tentu dapat menimbulkan krisis energi jika tidak 
ditemukan cadangan/kilang minyak baru. 

Pertamina dan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral mengungkapkan 10 tahun 
ke depan kita akan mengalami krisis tersebut jika tidak ada upaya untuk mencari 
energi alternatif lainnya dan mencoba melakukan penghematan.



Energi Alternatif

Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan sebagai energi alternatif bahkan 
dengan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang lebih rendah dibandingkan dengan proses 
produksi energi fosil (batu bara, minyak bumi dan gas bumi) di antaranya tenaga 
panas bumi, tenaga air skala mikro, tenaga angin, panel surya serta biomasa. 
Sedangkan untuk penghematan energi dapat ditempuh dengan berbagai cara. 
Misalnya, pertama, sektor industri, dengan melakukan clean production, 
efisiensi pemanfaatan bahan bakar dan bahan baku per unit output. Kedua, sektor 
transportasi, penggantian/perawatan kendaraan secara berkala, substitusi BBM 
dengan biodiesel/gas, pemanfaatan transportasi massal dengan teknologi yang 
lebih baik. Ketiga, sektor komersial dan rumah tangga, pemanfaatan peralatan 
hemat energi, pemanfaatan pendingin ruangan (AC) dengan baik dan efisien, 
pemanfaatan sumber panas alami misalnya sinar matahari dalam proses pengeringan 
maupun penerangan di siang hari. Keempat, sektor energi, susbtitusi BBM dengan 
menggunakan tenaga air, gelombang, angin dan matahari, pemanfataan flare gas 
yaitu gas sisa dari proses penambangan dan pengolahan minyak bumi yang biasanya 
dibakar begitu saja.



Penguraian Biomasa

Biogas merupakan salah satu aternatif energi terbarukan yang bersumber dari 
proses penguraian biomasa. Biogas sudah mulai dikenal di Indonesia sekitar 
tahun 1980-an, tetapi pemanfaatannya baru mulai digunakan di awal tahun 1990 
dalam skala yang kecil hanya untuk keperluan memasak. Padahal ada manfaat lain 
yang bisa didapat seperti lampu penerangan, ataupun menyediakan energi untuk 
keperluan rumah tangga lainnya. Biogas adalah gas yang sifatnya mudah terbakar 
dan berasal dari proses penguraian bahan organik secara anaerobic (tanpa udara) 
oleh bakteri/mikroorganisme dengan melalui beberapa tahapan proses.

Pertama, Hidrolisa, yaitu penguraian senyawa rantai panjang seperti lemak, 
protein untuk menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Kedua, Asidifikasi, 
pembentukan senyawa asam. Ketiga, Methanasi/fermentasi, yaitu proses 
pembentukan gas methane.



Potensi Pengembangan

Bagi Indonesia, dengan jumlah penduduk 250 juta jiwa, serta dengan jumlah 
kegiatan peternakan yang cukup besar dan sektor pertanian yang masih menjadi 
basis mata pencarian sebagian besar penduduknya, merupakan potensi untuk 
pengembangan biogas. Di samping itu juga terdapat keuntungan lain yang 
diperoleh yakni adanya pupuk organik hasil fermentasi bakteri anaerob. 
Meningkatnya industri, sebagaimana diketahui yang kesehariannya senantiasa 
menghasilkan limbah, yang mungkin selama ini dipandang sebagai bahan terbuang, 
tetapi ternyata juga bisa dimanfaatkan sebagai potensi tersendiri. 

Kegiatan lain yang juga berpeluang untuk menghasilkan biogas: rumah potong 
hewan, Tempat Pembuangan Akhir (TPA), industri pemrosesan makanan (tahu, tempe, 
susu, restoran) dan juga rumah tangga (limbah domestik/tinja).

Biogas merupakan campuran gas-gas utama yang terdiri atas: gas methane (CH4): 
50 -70 %; gas karbon dioksida (CO2): 30-50 %, gas-gas lain: 1-5 % . Sedangkan 
nilai kalor 1 m3 biogas adalah sekitar 6 kWh - setara dengan 0.5 - 0.6 liter 
minyak diesel (solar) atau setara dengan 5 kg kayu-bakar kering. 

Gas methane pada temperatur dan tekanan standar (20oC, 1 atm) mempunyai nilai 
kalor rendah sebesar 35,800 kJ/m3 (960 Btu/ft3). Karena biogas hanya mengandung 
50-70% gas methane, nilai kalornya berkisar antara 17,900-25,000 kJ/m3 atau 
480-670 Btu/ft3. Sebagai pembanding gas alam (LNG), yang merupakan campuran 
dari methane, propane dan butane, memiliki nilai kalor 37,300 kJ/m3 (1.000 
Btu/ft3). Sekitar 200 liter biogas dapat diperoleh dari pengurangan 1 kg COD 
(Chemical Oxyegen Demand). 

Sebuah rumah tangga, biasanya membutuhkan 2-3 m3 biogas per hari untuk memasak. 
Air limbah sebanyak 20 m3 dengan konsentrasi COD 1.000 mg/l akan menghasilkan 4 
m3 biogas, sehingga cukup untuk memenuhi keperluan 1 keluarga. 



Kendala dan Solusi

Sebenarnya sudah banyak pihak di Indonesia yang telah meneliti dan 
mengembangkan manfaat limbah organik untuk biogas baik dari pemerintah, 
perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian maupun LSM. Namun, masih banyak 
ditemukan kendala dalam penerapannya, di antaranya teknologi untuk pembuatan 
bio-digester yang memerlukan keahlian dan keterampilan tinggi sehingga bangunan 
(digester) penangkap gas bio tidak mengalami kebocoran. Selain teknologi, 
pendanaan untuk pembuatan digester yang terbatas, kadang membuat orang berpikir 
lebih baik memakai gas elpiji atau listrik PLN saja dan juga kurangnya 
sosialisasi pemanfaatan biogas. 

Untuk itu diperlukan suatu solusi yang bisa dilakukan dengan cara, pertama, 
memperbanyak pelatihan, keterampilan dan teknik-teknik pembuatan biodigester, 
pembuatan simulasi ataupun pilot project scala laboratorium, bisa dilakukan 
oleh LSM maupun Lembaga Penelitian. Kedua, pendanaan untuk pembuatan 
bio-digester bisa dilakukan dengan cara multi financing antara pemerintah, 
donor, masyarakat/UKM (Usaha Kecil Menengah) maupun LSM. Pendanannya juga tidak 
terlalu tinggi karena teknologi ini adalah teknologi tepat guna tanpa ada 
alat-alat mekanis di dalamnya, bekerja dengan memanfaatkan bakteri dan yang 
terpenting bangunan harus kedap air dan udara. Ketiga, pemerintah dan kalangan 
akademisi/lembaga penelitian dna LSM perlu mendukung penyebaran informasi untuk 
pemakaian energi alternatif, sehingga anak cucu kita di masa mendatang masih 
bisa menikmatinya.

Penulis, program officer Yayasan Bali Fokus 2005




[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke