http://www.indomedia.com/bpost/072005/13/depan/utama1.htm
Ekonomi Rakyat Terganggu Banjarmasin, BPost Derita warga kota Banjarmasin benar-benar lengkap. Selain kesulitan bahan bakar minyak (BBM) --khususnya minyak tanah-- kebijakan PT PLN Wilayah Kalsel/teng melakukan pemadaman listrik setiap hari tanpa kenal waktu, menyebabkan terganggunya aktivitas ekonomi masyarakat. Kalangan pengusaha ekonomi lemah mengeluh karena harus menyediakan dana tambahan. Sejumlah pengusaha ekonomi lemah yang ditemui BPost, Selasa (12/7) mengaku tidak bisa membayangkan jika kondisi seperti ini berlangsung hingga dua bulan ke depan. Tidak sedikit di antara mereka yang mengaku bisa gulung tikar jika kondisinya tetap seperti ini. "Tidak perlu dua bulan, satu bulan saja, kita kembang-kempis. Sangat tidak sebanding keuntungannya, dibanding biaya operasionalnya," tutur pengusaha fotokopi di bilangan Jl S Parman, Banjarmasin. Beberapa pengusaha yang amat tergantung dengan listrik, di antaranya pengelola kursus komputer, studio foto, jasa pengeditan dan transfer VCD mengeluhkan pemadaman listrik setiap hari. Mereka mengaku mengalami penurunan omset hingga 50 persen. "Praktis hampir setiap hari, tidak ada yang bisa saya kerjakan, karena listrik padam dua kali dalam seharinya," tutur Latif, penyedia jasa editing dan transfer keping cakram padat (VCD), di kawasan J. Sutoyo S. Mereka menilai pemadaman kali ini justru lebih parah dari waktu-waktu sebelumnya. Bahkan, jauh lebih parah dibanding kasus pencurian pipa besi menara belum lama tadi. "Saat itu pemadaman dua hari sekali secara bergilir. Padahal itu kalau difikir itu lebih berat, karena itu jalur di Asam-Asam," tutur Sabran, tukang kayu yang bekerja menggunakan peralatan elektrik, di kawasan Kampung Melayu. Sementara itu dari pantauan BPost, hampir semua perajin mebel di bilangan Jl Pahlawan, hampir semua menghentikan operasinya. Mereka tidak bisa bekerja lantaran peralatan kerja tidak bisa berfungsi akibat listrik mati. "Banyak pesanan yang terbengkalai. Saya tak bisa pastikan kapan semua pesanan itu selesai," sungut Bardi, perajin mebel. Keluhan yang sama juga dilontarkan para penjual jasa jahitan dan konveksi di Pasar Lama, Pasar Baru dan Jl Pangeran Antasari. Mereka praktis harus berpacu dengan waktu karena mengejar pesanan kliennya. "Terpaksa kita memakai cara manual, karena mesin jahit listrik tidak bisa digunakan," tutur Nyonya Eti, pengusaha konveksi. Biaya ekstra Sementara beberapa pengusaha tahu di Guntung Payung, Banjarbaru, mengeluh karena mereka harus mengeluarkan dana operasional tambahan yang tidak sedikit karena padamnya listrik. Biaya tambahan itu adalah untuk membeli solar yang menjadi bahan bakar genset. "Apalagi, mencari solar saat ini sulitnya minta ampun," tutur Subari. Mereka memerlukan aliran listrik guna menjalankan mesin air. Menurut mereka, dalam pengolahan tahu, air sangat memegang peranan penting. "Dalam mengolah tahu air sangat dominan, tak ada air pasti nggak jalan. Kami tidak memakai PDAM, tapi air sumur sehingga perlu mesin air," paparnya. Akibat listrik padam dia pun kewalahan. Apalagi, solar agak susah dicari dan harganya melebihi biasanya. "Bahkan, kemarin kami tidak dapat solar dan terpaksa tidak mengolah tahu," sungut Bardi. Senada, Supardi, Akat dan Sukaji mengungkapkan masalah yang sama. Saat listrik padam hingga delapan jam, mereka memerlukan solar setidaknya 10 liter per hari. Pengeluaran mereka semakin bengkak ketika mendapati harga solar di eceran mencapai Rp2.500 per liter. "Operasional pabrik tahu per hari mencapai 12 jam bahkan lebih. Jadi, kalau setiap delapan jam mati kemudian menyala, dan setelah menyala delapan jam mati lagi, berarti setiap harinya kami mendapati dua kali aliran listrik padam," jelas Subari. Kondisi pengusaha tahu memang agak memprihatinkan. Sebab, sejak awal tahun 2005 mereka dihadapkan permasalahan harga kedelai yang menjadi bahan baku utama pembuatan tahu terus melonjak. Tahun 2004 kedelai hanya mencapai Rp3.000/kg, namun awal tahun 2005 harganya naik hingga Rp4.500/kg. "Sudah begitu, sekarang kami dihadapkan masalah listrik pula. Sedih mas sekarang usaha tahu, untungnya pas-pasan. Kami sulit hendak menaikan harga, pembeli pasti pada kabur," keluh Akat. Sulit buka data Sering padamnya listrik beberapa hari terakhir juga meresahkan para karyawan yang bertugas di instansi pelayanan masyarakat. Dengan kondisi listrik padam dan hidup tidak menentu ini, menyebabkan mereka tak bisa memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat. Edi petugas daftar ulang siswa baru SMAN 2 Banjarmasin, misalnya. Terpaksa dia harus rela menggunakan mesin tulis manual untuk membuat kwitansi pembayaran daftar ulang. Padahal, semua data sudah tersusun dan tersedia di dalam komputer. "Komputer tak bisa dioperasikan, listriknya mati. Padahal, semua data sudah tersedia dalam komputer," keluh Edi. Untuk memberikan pelayanan cepat, agar tidak menimbulkan antrean panjang, terpaksa beberapa blanko maupun kwitansi pembayaran hanya ditulis dengan tangan. Hal serupa dialami beberapa karyawan di Pemko Banjarmasin. Karena listrik padam dan genset tidak bisa digunakan, mereka tak bisa menggunakan mesin fax dan terpaksa harus ke wartel yang bisa melayani fax. "Menyalanya listrik tidak bisa dipastikan, sementara surat harus segera dikirim ke pemerintah pusat. Kalau menunggu listrik menyala bisa terlambat dan akibatnya fatal, karena surat penting dan sifatnya segera," papar Zuri, staf Pemko Banjarmasin. Pasokan solar Sementara pihak PT PLN Wilayah Kalselteng mengaku kondisi pasokan listrik ke pelanggan yang tidak stabil lebih disebabkan masalah bahan bakar solar. PLN, seperti pengakuan Helmi Muhammad Sjahril, manajer Bidang Pembangkitan PT PLN Wilayah Kalselteng, menghadapi situasi yang sangat dilematis. Helmi menyebut, dua mesin pembangkit di Asam-Asam tengah diperbaiki, sementara di sisi lain PLTD Sektor Barito kesulitan menambah beban karena terkendala bahan bakar, solar. Dalam situasi normal dengan pasokan 250 kiloliter per hari, jelas dia, suplai listrik dari PLTD bisa berjalan lancar. Masalahnya, "pembangkit di Asam-Asam overhoul, sehingga beban semuanya ke PLTD sehingga dibutuhkan 450 kiloliter bahar bakar," kata Helmi. Masalahnya, lanjut dia, pihak Pertamina tidak berani memberikan tambahan kuota tersebut karena itu terkait dengan policy dari pusat. Kepala Cabang Pertamina Unit Pemasaran VI Banjarmasin, Iwan Hartawan, dihubungi BPost, kemarin, menjelaskan kebutuhan solar untuk PLTD Sektor Barito, sepenuhnya tidak hanya tanggung jawab pihaknya. "Semua pihak dalam hal ini, termasuk PLN dan pemerintah daerah ikut bertanggung jawab," tuturnya. Menurut dia, dalam hal mencukupi kebutuhan solar di PLTD Sektor Barito, posisi Pertamina serba dilematis. Pertamina tetap memenuhi pasokan solar sesuai kuota kontrak selama setahun. Jika kemudian terjadi kekurangan, sebut dia, pihaknya tidak bisa menambah pasokan karena terbentur kuota dari pemerintah dimana saat ini PLTD dilayani penjualannya dengan harga subsidi. Menurut Iwan, ada solusi mengatasi masalah PLTD sektor Barito kebutuhan solarnya bisa segera tercukupi. Pertama, Pertamina bisa memberi pasokan secara lebih dengan harga subsidi, namun PLTD harus mendapat persetujuan dari pemerintah. Kedua, Pertamina bisa melayani tambahan tanpa persetujuan pemerintah namun PLTD beli solar pakai harga pasaran internaional. "Saya pikir cuma itu solusinya," cetus Iwan. m4/c2/c5/c8/ant [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/