http://www.equator-news.com/box/suku-suku-muslim-di-tiongkok-dan-tionghoa-islam-nusantara/12-suku-hui-siarkan-islam-ke-nusantara
Jumat, 24 Februari 2012 
Suku-suku Muslim di Tiongkok dan Tionghoa Islam Nusantara (12)
Suku Hui Siarkan Islam ke Nusantara 

Repro: Biro Budaya Tiongkok
KB ketat Tiongkok: satu keluarga satu anak, tak berlaku untuk suku Hui, 
komunitas muslim yang istimewa di mata Beijing 
  Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) memiliki pandangan lebih lunak 
terhadap Islam daripada Kristen karena Islam dipandang agama pribumi warga 
Tiongkok.

Pemerintah RRT mendirikan Asosiasi Islam China (CIA) untuk pemberdayaan 
kesejahteraan warga minoritas muslim. Bahkan sejak tahun 2010, lisensi makanan 
dan minuman halal yang dikeluarkan pemerintah RRT lebih kuat di Timur Tengah 
maupun Eropa, daripada keluaran Majelis Ulama Indonesia maupun Malaysia.

Serbuan produk-produk halal dari Tiongkok bukan hanya ke Timur Tengah maupun 
Eropa melalui jalur darat, namun di jalur laut juga menembus pasar halal 
Australia maupun benua Amerika bagian utara.

Persaingan bisnis makanan-minuman berlabel halal dari Tiongkok ini membuat 
negara-negara di Asia Tenggara yang memiliki komunitas Islam besar menekan 
pemerintahnya untuk membatasi peredarannya.

Poros Beijing-Dubai-Riyadh terbentuk, salah satu kegiatan ekonomi yang menjadi 
saingan Amerika dan Eropa sejak pengujung tahun 2010, selaras krisis keuangan 
melanda dua benua itu.

Salah satu suku yang menjadi duta Beijing itu, berasal dari suku Hui, sebuah 
komunitas minoritas terbesar ketiga dari 55 minoritas yang diakui resmi RRT. 
Meskipun mereka terdiri kurang dari 1% penduduk Tiongkok, mereka kelompok 
muslim terbesar dengan 8.603.000 anggota resmi di data pemerintah.

Sedangkan data tak resmi lebih besar lagi, selaras program keluarga berencana 
(KB) ketat yang digalakkan Beijing, satu keluarga satu anak. Anak kedua di 
sebuah keluarga di Tiongkok, tak dapat tunjangan kesehatan gratis dan 
pendidikan gratis selama 12 tahun pendidikan. Peraturan KB ketat itu, tidak 
diberlakukan kepada suku Hui. Namun beberapa keluarga Hui menyembunyikan status 
anak angkatnya dengan menyekolahkannya di asrama-asrama Islam di Asia Tengah 
maupun di Asia Tenggara.

Kehidupan ekonomi yang lebih baik daripada suku-suku minoritas lain di 
Tiongkok, menjadikan Hui salah satu pemain besar di RRT. Salah satu, tentara 
khusus penjaga keselamatan Ketua Besar Mao Jedong berasal dari suku Hui, 
seorang Muslim yang taat, tak makan daging babi dan arak, membuatnya kuat untuk 
menjaga Ketua Besar hingga kemenangan Ketua Mao di tahun 1949.

Sejarah itu, membuat Hui paling diterima berdampingan suku Han memerintah RRT 
sampai sekarang ini. Perdana Menteri Tiongkok Wen Jiabao (masih menjabat sampai 
tahun 2012 ini), seorang suku Han namun khatam membaca kitab suci suku Hui, 
Alquran yang juga kitab agama Islam.

Kemahirannya dalam membaca Alquran dan diterjemahkannya ke dalam Bahasa 
Mandarin, membuat kagum pemerintah Qatar, sehingga menjalin kerja sama ekonomi 
dalam pengembangan teknologi nano maupun perminyakan. Negara di Asia Tenggara 
yang berkesempatan mendengarkan PM Wen Jiabao membaca kitab suci Alquran, 
Indonesia, tepatnya di perguruan Al-Azhar Jakarta, dan menjadi berita heboh di 
Aljazeera.

Hui menikmati banyak hak istimewa yang mencirikan etnis minoritas Tiongkok: 
mereka menerima subsidi pemerintah untuk daging sapi, dan mereka diperbolehkan 
memiliki lebih dari satu anak.

Populasi suku Hui telah meningkat tajam melalui migrasi, perkawinan dan adopsi. 
Hui, keluarga yang paling sering mengadopsi anak-anak Han, membesarkan mereka 
sebagai muslim dan menerima mereka sebagai Hui.

Hui memiliki unit administrasi yang lebih otonom daripada minoritas lain, dan 
komunitas mereka ditemukan dalam pengaturan baik di pedesaan dan perkotaan. 
Karena nafsu berkelana bersama dengan kesediaan untuk pergi ke mana pun peluang 
berdagang muncul, membuat Hui tersebar di seluruh Tiongkok.

Hui memiliki berbagai macam pekerjaan yang berhubungan dengan pembatasan Islam 
pada diet dan kebersihan (maksudnya makanan halal): restoran, pemilik 
penginapan, gembala, petani, kavaleri, caravanserai, tukang daging, penyamak 
kulit, pedagang teh, perhiasan, interpreter, dan ulama.

Pada bagian arah Barat-laut Tiongkok, paras Hui lebih ke Asia Tengah daripada 
paras suku Han Tionghoa. Suku Hui pada kawasan itu, mereka memiliki bola mata 
hijau hazel, jenggot panjang, tinggi, dan hidung mancung, bahkan memiliki 
rambut merah (pirang versi Bahasa Indonesia).

Pemerintah berikan dana rekonstruksi masjid dan telah memberikan izin untuk 
literatur Islam yang akan diterbitkan dan dijual. Pada tahun 1989, universitas 
Tionghoa muslim pertama dibuka di kota Xian, sekaligus pusat dunia Islam di 
Asia Timur.

Hui telah meminta suara lebih besar dalam urusan-urusan mereka sendiri. Pada 
tahun 1989, di Beijing, sebelum insiden Lapangan Tiananmen, 3.000 muslim 
memprotes penerbitan buku Seksual Bea Cukai karena ada penulis menyatakan 
budaya Islam berpusat pada seks. Pemerintah mendengarkan, langsung melarang 
buku itu, mengancam hukuman mati kepada editor dan penulis kalau tak mau 
meminta maaf di depan umum.

Masuknya suku Hui menjadi muslim pertama kali, sejak awal pemerintahan Dinasti 
Tang (618-906) awal, ketika muslim Arab dan Persia pedagang menetap di 
pelabuhan Kanton, Guangdong, Guangzhou, dan Fujian.

Pertengahan abad ke-8, suku-suku Turki (subras Mongol) memberontak ke penguasa 
Dinasti Tang, merasa kalah teknologi, suku-suku itu meminta bantuan tentara 
Arab penjaga perbatasan Tiongkok-Persia, akhirnya bantuan tentara Arab meraih 
kemenangan dan menetap di kawasan Tiongkok barat laut. Dalam perkembangannya, 
penguasa Tang menjalin hubungan komandan tentara Arab untuk menjaga kawasan 
perbatasan.

Dari 1260-1368 Masehi, Dinasti Yuan yang didirikan Kubhilai Khan, cucu Jenghis 
Khan merekrut suku-suku Mongol yang beragama Islam sebagai tentara dan 
administrator. Banyak tentara dan pejabat ini menetap di Yunnan, Tiongkok 
selatan.

Anak-anak Jenghis Khan mendirikan pemerintahan otonom (kerajaan sendiri), 
sejarawan lain menyebutnya Khanate, namun bersatu dalam panji kebesaran 
Kerajaan Pan Mongolia Raya. Di awal abad 14, semua Khanate keturunan Jenghis 
Khan memeluk Islam, kecuali Dinasti Yuan yang beribu kota di Beijing dengan 
raja termasyhur Khubilai Khan.

Jenghis Khan sendiri penganut kepercayaan Tengri dengan kuil besarnya di Gunung 
Tian Shan (Kazakhstan). Berikut sebagian Khanate keturunan Jenghis Khan yang 
dalam perkembangan raja-rajanya menjadi muslim, Golden Horde (Angkatan 
Pengelana Emas) dengan ibukota kerajaannya di Moskow (Rusia), Blue Horde 
(Angkatan Pengelana Biru), White Horde (Angkatan Pengelana Putih) di Eropa 
Timur, Mongul beribu kota di Delhi (India), Amir Timur Lenk (Pemimpin Timur 
yang Pincang), dan lain-lain.

Ketika suku-suku Islam di zaman Dinasti Yuan, Ming, hingga Qin (runtuh tahun 
1911) identik menjadi tentara, suku Hui lebih kentara di perdagangan dan 
pemerintahan.

Keistimewaan suku Hui di mata Beijing saat ini, juga memiliki sejarah kelam, di 
pertengahan Dinasti Ming (1368-1644), Tiongkok ingin menyingkirkan suku-suku 
asing yang memiliki bola mata biru dan hijau, berambut pirang atau merah, 
memiliki kulit bule, dan tak bermata sipit. Segala sesuatu yang berbau budaya 
asing, dianggap menodai kebudayaan Han, salah satu korban tragedi ini semua 
kapal pusaka (kapal terbesar di waktu itu) pimpinan Laksamana Zeng He (Cheng 
Ho), dibakar habis.

Untuk menghindari penganiayaan, suku-suku muslim maupun campuran mengadopsi 
kebudayaan dan bahasa Tionghoa. Seiring waktu, penampilan mereka menjadi tidak 
bisa dibedakan dengan suku Han, baik adat istiadat maupun bahasa suku Han, 
meskipun mereka mempertahankan akar Islam mereka dan budaya.

Di sisi lain, merantau ke Asia Tenggara dan menjadi penyiar Islam di Nusantara. 
Laskar Giri Kusuma yang didirikan Sunan Giri (1478), di awal pendiriannya 
sebagiannya para santri suku Han Islam maupun Hui yang Islam yang merupakan 
pengungsi dari Tiongkok, berdakwah kepada warga lokal. Kemudian para santri 
Sunan Ampel yang berasal dari daerah Champa (Vietnam) sebagiannya juga suku 
Hui. Sampai saat ini (tahun 2012), suku Han beragama Islam di Pulau Hainan, 
disebut juga warga Hui Cham, sebab di zaman dulu ada negeri Champa yang 
diperintah penguasa Islam di zaman Dinasti Yuan (Laksamana Nasrudin).

Ketika Panembahan Jin Bun naik takhta dan menjadi Sultan Demak (1500) bergelar 
Sultan Sultan Fatah (meniru nama sultan Ottoman penakluk Romawi Byzantium, 
Sultan Fatih), menampung banyak pengungsi Hui di tentara dan pemerintahannya. 
Kekecewaan pada pemerintah Ming di Nanjing, pengurus perguruan Ampel Denta 
menginstruksikan membuang nama-nama dengan bantalan Han, dan menamainya dengan 
nama-nama lokal.

Pada masa Dinasti Qing (1644-1911), Beijing dikuasai bangsa Mancu dari 
Manchuria (atas Korea). Pemerintahan Manchu menganggap sudah tak ada bedanya 
antara suku Hui dan Han, kecuali agama yang dianutnya. Sehingga penguasa Mancu 
menganggap, suku Hui merupakan suku Han yang memeluk Islam, pengklasifikasian 
ini tercatat dokumen resmi pemerintahan Dinasti Qing.

Antara 1911-1949, pembangunan masjid oleh warga Hui meningkat. Pada tahun 1949, 
terdapat 20 ribu warga Hui di wilayah selatan Tiongkok melarikan diri ke 
Taiwan, menyusul kemenangan komunis di daratan. Hubungan suku Hui yang kala itu 
banyak di kawasan selatan Tiongkok, atau lebih dekat dengan Tibet dan Indo 
China (Asia Tenggara daratan) dengan suku-suku muslim di kawasan barat laut 
Tiongkok, memang jarang terjadi. Apalagi bahasa dan adat istiadat sangat jauh 
berbeda dengan suku-suku muslim di Tiongkok lainnya.

Selama Revolusi Kebudayaan (1966-1976), Pengawal Tentara Merah menghancurkan 
masjid, memaksa biksu dan biarawati Buddha untuk melanggar sumpah atau 
mengeksekusi mereka, dilarang mengajar bahasa Arab dan membakar salinan Alquran.

Namun sejak Deng Xioping memimpin Tiongkok, hak-hak warga Hui mulai 
diperhatikan bahkan sangat lebih dibandingkan dengan suku-suku muslim di 
Tiongkok lainnya. Khususnya, di pendidikan dan kesehatan, serta boleh memiliki 
anak lebih dari satu. Para pengungsi Hui di Taiwan, akhirnya banyak yang 
kembali ke kampung halamannya. Di sebagian yang lain pindah ke Pulau Hainan, 
karena ada ratusan ribu suku Hui hidup di pulau itu sejak abad 14.

Salah satu diktat yang dibacakan pengawal Deng Xioping ketika akan mengubur 
salah satu pahlawan revolusi yang beragama Islam, “Ingatlah keselamatan Ketua 
Mao (pendiri RRT) dijaga pahlawan Hui, dia tak makan daging babi dan tak minum 
arak, membuatnya selalu sehat walaupun jarang tidur, kejayaan Tiongkok di masa 
silam juga peran para pemikir Hui, kembalikan kehormatan Hui karena tetangga 
kita di barat semuanya negara-negara Islam, dan Hui bisa membantu negara kita 
melangkah jauh ke depan.” (habis)


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke