http://www.rnw.nl/bahasa-indonesia/article/xavier-do-amaral-sahabat-indonesia-tutup-usia


 
Map 
Dili, Timor Leste 
Dili, Timor Leste 
Xavier do Amaral, Sahabat Indonesia, Tutup Usia
Diterbitkan : 7 Maret 2012 - 12:05pm | Oleh Aboeprijadi Santoso (Foto: Jörg 
Meier, Watch Indonesia!) 
Diarsip dalam: 
Francisco Xavier do Amaral, presiden pertama Timor Leste, kemarin tutup usia 
setelah mengidap kanker di sebuah rumah sakit di Dili. Seorang proklamator yang 
menjadi Kepala Negara hanya untuk 10 hari. Catatan Aboeprijadi Santoso.

Xavier Amaral harus bergerilya karena negerinya diserbu Indonesia. Dialah 
satu-satunya mantan proklamator di dunia yang dijadikan tukang kebun oleh 
seorang jenderal yang menduduki negerinya. Di negerinya sendiri, namanya baru 
direhabilitasi pada tahun 2008.

Almarhum akan dimakamkan sebagai Pahlawan Nasional di Taman Pahlawan Metinaro. 
Timor Leste berkabung selama tiga hari.

“Saya bukan ragu-ragu, tapi mata saya memandang laut. Dan telinga saya mengarah 
ke udara. (Siapa tahu) kalau kalau tentara Indonesia datang menyerbu.” Demikian 
Francisco Xavier do Amaral berkisah kepada Radio Nederland ketika menceritakan 
momen-momen saat dia, pada 28 November 1975 pukul 10 malam, membacakan 
proklamasi kemerdekaan RDTL, Republik Demokratik Timor-Leste.

Pahlawan 
Amaral terlahir di Turiscal, distrik Manufahi pada 1937. Perjalanan hidupnya 
menyimpan heroisme, ironi dan tragik.

Heroik, karena dia berjuang bergerilya sejak menit menit pertama bangsanya 
bertekad merdeka. Partainya, partai sosial-demokrat ASDT-lah yang melahirkan 
Fretilin, gerakan rakyat yang paling pahit getir memperjuangkan kemerdekaan 
negerinya.

Ironis, karena proklamator ini tak pernah menjadi presiden lebih dari 10 hari. 
Sewaktu pilpres Timor Leste, tahun 2002 dan 2007, dia kalah, dan ketika maju 
lagi untuk Pilpres minggu depan, dia dijemput ajal.

Akhirnya, Xavier Amaral menjadi sebuah tragik. Perannya sebagai proklamator dan 
pendiri RDTL untuk jangka waktu lama – hingga tahun 2008 – nyaris terlupakan.

Republik Demokratik Timor Leste
Menjelang proklamasi RDTL, November tahun 1975, wilayah yang kala itu disebut 
Timor-Portugis berada dalam keadaan bahaya. Diplomasi Indonesia dengan Portugal 
macet, Australia mulai beralih memihak Indonesia untuk mengintegrasikan wilayah 
tersebut.

Sementara tentara Indonesia diam-diam mulai menyusup.

Pantas, Amaral dan kawan-kawan amat cemas di saat-saat proklamasi. Fretilin 
saat itu sudah yakin Indonesia akan mengambil alih Timor Timur dan sebagai 
tokoh tertua di kalangan pemuda, Amaral dipilih membacakan proklamasi yang 
mengejutkan Indonesia itu.

Esoknya, rombongan Opsus, termasuk sejumlah tokoh Timor Timur yang 
anti-Fretilin bergegas menyiapkan sebuah deklarasi integrasi. Namanya 
“Deklarasi Balibo” meskipun sesungguhnya sudah ditandatangani di sebuah hotel 
di Denpasar.

Dan di Jakarta, Presiden Soeharto, atas bujukan Ali Moertopo dan Benny 
Moerdani, menyiapkan invasi dan memberitahukannya kepada Presiden A.S. Gerard 
Ford dan Menlu Henry Kissinger yang berkunjung ke Jakarta hanya sehari sebelum 
invasi 7 Desember 1975.

Gerilya
Sejak itu, Amaral dan kawan-kawan harus bergerilya. Akhir 1970an, Fretilin 
terdesak ke gunung hingga terjadi pengepungan kawasan Matebian, yang 
mengakibatkan kelaparan, perang dan pembantaian yang menelan ratusan ribu jiwa.

Kegundahan melihat penderitaan rakyat itulah yang akhirnya membuat Xavier 
Amaral pada tahun 1978, turun gunung.

Soal strategi apakah rakyat harus ikut berjuang di gunung, atau turun menyerah, 
membuat Amaral bersengketa berat dengan pimpinan Fretilin, bahkan sebagian 
Komite Sentral mengeluarkan perintah agar dia dibunuh.

Akhirnya Amaral turun, tapi dia mengaku tidak pernah menyerah pada tentara 
Indonesia. Dia ditangkap di Viqueque oleh Batalyon 748 di bawah Kol. RPKAD 
Dading Kalbuadi. Sejak 1983 menjadi tahanan-rumah, “merawat kuda dan menjaga 
kebun” di rumah Dading hingga tahun 1995.

Di rumahnya terpampang sebuah lukisan yang menggambarkan kegagahan Dading 
Kalbuadi dalam seragam baret merah RPKAD.

Amaral seperti mengidap “Sindroma Stockholm” - sindroma korban sandera yang 
berbalik bersimpati pada penyanderanya. Tapi kepada Radio Nederland, Amaral 
mengaku dirinya diperlakukan baik, yaitu sebagai “pahlawan”, oleh Dading 
Kalbuadi, karena itu, dia “sangat menghargai” perwira yang menawannya.

Pergi dari Timor Leste
Sepeninggal Dading menjelang referendum Timor Timur Agustus 1999, dia merasa 
terancam oleh intel-intel tentara. Maka sebelum mencoblos merdeka di sebuah 
kathedral di Jakarta, dia menghubungi utusan Portugal, Anna Gomes.

Sebenarnya Amaral sudah lama berniat meminta suaka di Inggris, tapi entah 
mengapa, keinginan itu dibatalkannya. Akhirnya, sejak memproklamasikan 
kemerdekaan, baru pada tahun 2000-lah, Xavier Amaral kembali ke tanah airnya.

Meski tersisih dari Fretilin, Xavier Amaral tetap hormat pada Fretilin. Memang, 
Fretilin membuktikan bahwa Timor Timur tidak bisa direbut “dalam sehari, sambil 
makan pagi di Dili, makan siang di Baucau dan makan malam di Los Palos”.

Itu cuma omong kosong jenderal Indonesia. Tanpa Fretilin, tak ada perjuangan 
kemerdekaan Timor Leste. Dalam wawancara terakhir dengan Radio Nederland, 
September 2009, Amaral mengakui perselisihannya dengan Fretilin membuat dirinya 
baru pada tahun 2008 diakui resmi sebagai proklamator dan pendiri RDTL.

Sahabat Indonesia?
Indonesia mengenal baik Xanana Gusmao, pemimpin gerilya yang kini Perdana 
Menteri Timor Leste, dan Jose Ramos-Horta, yang malang melintang di rantau 
untuk memperjuangkan negerinya dan kini menjabat Presiden.

Namun sebenarnya Xavier Amaral-lah tokoh depan Timor Leste yang paling lama 
mengenal dan menjalin persahabatan dengan Indonesia. Indonesia patut 
menghargainya sebagai sahabat dan pahlawan.

Bagi Indonesia yang bertradisi anti kolonial, dan bagi Timor Leste, Xavier 
Amaral adalah seorang pahlawan. Hingga akhir hayatnya, “Presiden Sepuluh Hari” 
itu tetap seorang patriot dan pejuang.


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to