http://www.suarapembaruan.com/News/2005/07/23/index.html

SUARA PEMBARUAN DAILY 
300 Hari Kabinet Indonesia Bersatu 


Rapor Pemerintahan Yudhoyono Masih Merah 


JAKARTA - Meski sudah melewati 100 hari ketiga , rapor Pemerintahan Susilo 
Bambang Yudhoyono -Jusuf Kalla masih "merah". Apa yang dilakukan Presiden 
Yudhoyono bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla berikut anggota Kabinet Indonesia 
Bersatu (KIB)-nya, baru menyentuh masalah-masalah kecil atau pinggiran dan 
belum menyentuh persoalan mendasar bangsa. 

Hal itu dikemukakan pengamat politik Arbi Sanit yang ketika dimintai 
komentarnya, Jumat (22/7) siang, sedang berada di Bandar Lampung. Menurut Arbi 
Sanit persoalan mendasar, yakni perbaikan sistem kenegaraan dan birokrasi yang 
menjadi biang tumbuh suburnya praktik korupsi kolusi dan nepotisme (KKN), sama 
sekali belum tersentuh. 

Senada dengan itu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Sutrisno Bachir 
dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat sore menegaskan pula, Pemerintahan 
Susilo Bambang Yudhoyono ini belum optimal. ''Sebagai partai reformis, PAN 
melihat Pemerintahan sekarang belum optimal dan di sana sini masih terjadi 
kekurangan dan persoalan yang harus dikerjakan lebih keras lagi,'' ujar Bachir. 

Tetapi, kata Bachir , semua pihak harus memberikan kesempatan penuh kepada 
Pemerintahan Yudhoyono memperbaiki persoalan bangsa. Pemerintah lanjut dia, 
tidak akan bisa menyelesaikan sendiri persoalan bangsa yang begitu besar. 

''Kami (PAN-red), tidak melihat bahwa pemerintah sekarang ini tidak mau 
memberantas korupsi. Upaya pemberantasan korupsi, justru sudah sedang 
digalakkan,'' ujarnya singkat. 

Pendapat tersebut juga dibenarkan sosiolog Thamrin Amal Tomagola yang dihubungi 
terpisah sebelumnya. Tamrin, justru menilai, pemerintahan Yudhoyono-Kalla saat 
ini sudah melakukan grand work (pekerjaan mendasar) yang harus diselesaikan 
sebelum pekerjaan berikutnya dilaksanakan. Menurut Thamrin, kalau grand 
work-nya sudah cukup baik, dalam pengertian masalah pembenahan seluruh mesin 
birokrasi negara dilakukan dengan memilih prioritas yang strategis yang 
merupakan konsentrasi dari jalinan berbagai macam permasalahan, akan menjadi 
tumpuan melangkah selanjutnya. 

Dia menilai, Pemerintahan Yudhoyono sudah melakukan terobosan yang cukup 
menggembirakan. Misalnya, penindakan terhadap korupsi, sekarang dilakukan 
melalui dua cara. 

Pertama, secara horizontal accuntability (lembaga yang sederajat menindaki 
korupsi yang dilakukan lembaga yang sederajat) seperti dilakukan Komisi 
Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan memeriksa kasus korupsi di Komisi Pemilihan 
Umum (KPU). Kedua, secara vertical accuntability seperti yang dilakukan 
Kejaksaan Agung dan Tim Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Tastipikor) dengan 
menindak koruptor di eksekutif. 


Baru Pinggiran 

Namun, Thamrin pun mengakui, Presiden Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla belum 
melakukan tindakan preventif dan konstruktif ke depan. Misalnya, dalam tata 
cara rekrutmen Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau pejabat yang nanti akan berperan 
besar dalam tumbuh suburnya praktik korupsi. 

Thamrin mengatakan, korupsi akan terberantas kalau dimulai dengan pola 
rekruitmen yang baik. Misalnya dengan mengacu pada asas merit system dengan 
mengedepankan keunggulan objektif dan prestasi dari pejabat. Disamping itu, 
kelompok yang tersisih perlu diberi perlakuan khusus. 

Pengakuan Thamrin tersebut juga diperkuat oleh Arbi Sanit. Menurut Arbi, rapor 
Pemerintahan Yudhoyono-Kalla dinilai masih merah, karena apa yang dilakukan 
belum menyentuh sistem dan baru menyangkut persoalan pinggiran. 

Penanganan kasus korupsi di KPU oleh KPK dan kasus korupsi Bank Mandiri berikut 
Dana Abadi Umat (DAU) di Departemen Agama kata Arbi, sama sekali belum bisa 
dilihat sebagai sebuah prestasi keberhasilan pemerintah Yudhoyono-Kalla yang 
menjadikan perubahan. Alasannya, penanganan korupsi di KPU dan Depag itu, hanya 
menyangkut persoalan ujungnya atau pinggiran saja, sedangkan akar masalahnya 
sama sekali belum tersentuh. 

Persoalan mendasar yang belum dilakukan pemerintah sekarang adalah pembenahan 
sistem. Kasus korupsi di KPU dan hampir semua lembaga pemerintah, terjadi 
karena tidak sistem atau mekanisme yang bisa mengontrol sejak awal. 

''Sampai detik ini, belum ada terobosan baru Pemerintahan Yudhoyono-Kalla untuk 
memperbaiki sistem manajemen birokrasi yang bisa mengontrol korupsi, termasuk 
perbaikan rekrutmen PNS. Faktanya, pemerintah sekarang masih bingung, masih 
bermain di pinggir-pinggir saja dan belum ada langkah-langkah konkrit yang 
dilakukan untuk perbaikan sistem,'' tegas Arbi Sanit. (M-15) 


Last modified: 23/7/05 

[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to