Ref: Bagaimana dengan kekejaman aparat bersenjata terhadap penduduk setempat 
yang dimarginalisasikan dan sekalipun Papua memberikan sumbangan tidak sedikit 
kepada kas NKRI, tetapi setelah sekian lama menjadi salah satu wilayah 
termiskin dalam NKRI (Sensus 2010). Lebih dari itu, bukankah semut yang diinjak 
pun bisa juga mengigit?

http://www.shnews.co/detile-6724-jrg-djopari-ada-tiga-kelompok-yang-kecewa-di-papua.html


JRG Djopari, Ada Tiga Kelompok yang Kecewa di Papua 
Daniel Tagukawi | Kamis, 23 Agustus 2012 - 16:01:08 WIB

Dibaca : 23 
Share 


(SH/Daniel Tagukawi)Persoalan Papua seolah tiada akhir. 
Masalah muncul silih berganti. Sudah banyak penelitian dan upaya yang 
dilakukan. Untuk itu, Sinar Harapan melakukan percakapan dengan mantan Wakil 
Gubernur Papua, JRG Djopari. Ia juga pernah menjadi Dubes RI untuk Papua Nugini 
dan kini aktif mengajar di STPDN Jatinangor. 

Masalah Papua seperti terus berlanjut. Apa sebenarnya yang terjadi? 

Ada banyak penyebab. Salah satunya manajemen konflik yang sangat lemah. Kepala 
pemerintahan tidak memiliki kemampuan riil pemerintahan. Akibatnya, lebih 
cenderung sebagai kepala bukan sebagai pemimpin. Tidak mendengar dari bawah 
(masyarakat). Polanya satu arah dari atas ke bawah. Ini justru salah, harus 
dengar dari bawah. Bagaimana menurut rakyat. 

Berarti terkait juga dengan kualitas kepemimpinan di tingkat daerah? 

Iya, saya melihat sejarah pemimpin tidak jelas. Mereka bukan pamong praja, tapi 
politikus. Sebenarnya, kepentingan politik berakhir ketika dilantik sebagai 
pemimpin, yang harus berdiri di atas semua golongan dan kepentingan. 

Sebenarnya sebagai kepala pemerintahan itu sudah diberikan semua perangkat dan 
kewenangan untuk mengendalikan persoalan. Tapi, saya lihat semua aspek tidak 
bisa dikendalikan. Ini karena tidak bisa menggunakan kewenangan yang ada. 

Semua ini tidak lepas dari kelemahan sistem rekrutmen pemimpin daerah? 

Partai politik semestinya menyiapkan calon pemimpin pemerintahan. Bukan hanya 
kader-kaderan saja. Akibatnya tidak ada hasil. Dua kali jabatan tidak ada 
jaminan. Masalahnya sekarang ini, politik menjadi panglima. Padahal, politik 
hanya salah satu aspek dari pemerintahan. 

Sebenarnya apa akar masalah di Papua? 

Salah satunya sejarah integrasi yang belum tuntas. Banyak janji, kata dan 
tindakan yang menyakitkan. Semua itu tidak pernah diselesaikan dan tidak pernah 
ada rekonsiliasi, jadi ini terus berlanjut. Ada perasaan terjajah di orang 
Papua karena memang tidak pernah selesai. Begitu juga operasi militer yang 
mencari GPK, tapi bukan kepada GPK saja, tapi kepada rakyat. 

Bagaimana Anda melihat kebijakan pemerintah pusat terhadap Papua? 

Apa yang dilakukan di Papua hanya setengah hati. Pada tahun 1999, tim 100 
datang menghadap presiden dan meminta merdeka. Kemudian diberikan otonomi 
khusus (otsus), tapi tidak dilakukan dengan baik. Masih berlangsung sampai 
sekarang kalau para bupati membeli uang dengan uang di Jakarta. 

Maksudnya pengawasan tidak efektif di berbagai tingkatan? 

Apa yang dilakukan pejabat di Jakarta, itu ditiru pejabat di Papua. Itu menjadi 
lengkap karena pengawasan terhadap semua kebijakan lemah. Penegakan hukum 
lemah. Kalau seperti itu maka keadilan tidak pernah ada. Akibatnya, masyarakat 
merasa tidak puas dan juga diperlakukan tidak adil. 

Kekecewaan ini juga menjadi penyebab pengembalian UU Otsus? 

Sudah dua kali masyarakat mengembalikan UU Otsus, karena pusat juga tidak 
jelas. Otsus diberikan, tapi peraturan pendukungnya tidak diberikan. Ini yang 
sering dibilang kebijakan setengah hati. Begitu juga petunjuk atau pedoman 
pembuatan perdasi dan perdasus lamban. Saya lihat ada keengganan pemerintah 
pusat, karena berkaitan dengan kehilangan kewenangan. 

Jadi, Papua dijadikan seperti objek? 

Semua menggunakan prinsip aji mumpung. Tidak bisa menyelesaikan Papua dengan 
cara seperti itu. Yang terjadi, bukan kesejahteraan yang diperoleh, tapi justru 
menambah masalah. Harus ada keikhlasan kalau mau menyelesaikan persoalan Papua. 

Bagaimana dengan kondisi Papua belakangan ini? 

Begini, secara garis besar setidaknya ada tiga kelompok yang kecewa di Papua. 
Pertama, kelompok yang tidak puas dengan pembangunan dan keadilan. 

Kedua, kelompok yang dari awal tidak tuntas, karena tidak ada rekonsiliasi dan 
ini yang terus berjuang di luar negeri dan makin kuat. Ketiga, TNI dan Polri 
yang desersi. Ketiga kelompok ini yang sebenarnya memengaruhi aman tidaknya 
Papua. Jadi, kalau pemimpin tidak memahami situasi, tidak mungkin bisa 
mengelola konflik. 

Nah, ada keinginan untuk menyelesaikan Papua dengan baik. Tapi, juga belum 
menunjukkan kemajuan? 

Ada upaya yang digagas Pastor Neles. Setidaknya ada tujuh kelompok yang perlu 
duduk bersama untuk menyelesaikan Papua, yakni tokoh masyarakat, pendatang, 
TNI, Polri, rohaniawan, intelektual, dan pengusaha. Tapi, masih sulit untuk 
mempertemukan semua kelompok untuk duduk bersama. Semua stakeholder harus 
bersama-sama mencari penyelesaian masalah Papua. 

Dari sisi pemerintah juga ada upaya termasuk membentuk desk Papua? 

Bagaimana mau menyelesaikan masalah, kalau anggota desk saja tidak pernah 
lengkap? Untuk koordinasi anggota saja tidak bisa, bagaimana mau koordinasi 
yang lain. Kemudian, sekarang pemerintah membentuk UP4B (Unit Percepatan 
Pembangunan Papua dan Papua Barat). 

Berdasarkan pengalaman, apakah UP4B akan menjadi solusi? 

UP4B itu seperti meniru Aceh. Padahal, Aceh dan Papua itu memiliki persoalan 
dan kultur yang berbeda. Badan di Aceh dibentuk karena tsunami, sedangkan yang 
terjadi di Papua karena persoalan integrasi yang tidak tuntas. Di Aceh itu 
bencana alam, di Papua itu bencana kemanusiaan. Saya lihat, UP4B sama saja 
dengan yang lainnya. 

Misalnya, soal apa? 

UP4B itu tidak memiliki anggaran. Kalau begitu ya sama saja. Karena persoalan 
kronis di negara ini antara pusat dan daerah itu soal koordinasi. Kemudian, 
kalau anggaran saja mengharap dari daerah, bagaimana mau berhasil. Ini semua 
kebijakan setengah hati dan tidak bisa diharapkan untuk menyelesaikan Papua. 

(Sinar Harapan) 


[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke