nimbrung yaa...
benar yang dibilang kang sur, siapayg tidak mau berpendidikan tinggi ?
kamerad wawan... topik ngobrol-nya di pendidikan dulu, jangan buru2 ke buruh 


blom lama kita tahu, anak2 yang sudah sempat sekolah di sekolahan berkelas (SMA 
70, bulungan) mati sia-sia, 

korban tawuran...

kenapa budaya tawuran ini susah dihilangin ? salah di anak-anak ? ato guru2? 
ato pemerintah ?

kalo saya tegas2... kesalahan ada di pemerintah..khususnya "Diknas"
kesalahan diknas : menyelanggarakan UN (ujian negara) di setiap sekolah2 baik 
swasta maupun sekolah negri

dgn adanya UN, sekolah2 lebih mengutamakan mata pelajaran yang diujikan di 
UN... demi menjaga reputasi 

nama baik sekolahannya. Semakin banyak yang bisa lulus UN semakin terkenal 
sekolahnya
Contoh :
sekolah swasta SMU-BPK Penabur (keresten) tahun kemaren mendapat penghargaan dr 
Muri, krn sekolah swasta
bpk-penabur yg tersebar se-jabodetabek ada 70 sekolah....  bisa lulus 100%

dampak dari adanya UN, sekolah "lupa dan mengabaikan" pendidikan yg sifatnya 
caracter-building
Hal ini, dipandang celah buat menteri agama dan buru2 diusulkan agar pendidikan 
agama (islam) semakin ditekankan
pada pendidikan ... saya rasa ini bukan solusi-nya ( al-quran aja di korupsi 
bukan ?!)

UN (ujian negara), ini semacam proyeknya diknas, pembuatan soal2 UN, buku2 mata 
pelajaran yg di ujikan di UN,
orang2 diknas yg dikaryakan sbg pengawas-ujian dll.. semua ini proyeknya orang2 
diknas
kalo UN ini dihapus.. emang sih, hilang tuh sumber2 penghasilan orang2 diknas

Apa gunanya diknas memberi kebebasan sekolah2 swasta membuat kurikulum sendiri2 
tapi 'tetap harus mengikuti UN?'
ini sama aja membebaskan binatang lepas bebas... tapi ekornya masih dipegangin 
bukan

Dari dulu, agama sudah diajarkan di sekolah2 tapi tawuran tetap terjadi,
saya rasa caracter building sangat perlu diajarkan di sekolah2




________________________________
 From: selarasmilis <selarasmi...@yahoo.com>


  

sebenarnya, mereka ingin mengenyam ke perguruan tinggi, saya pernah ke 
tangerang dan beberapa daerah lain untuk advokasi, tapi ya memang kendala di 
indonesia sungguh memprihatinkan

1. biaya kuliah mahal
2. kuliah-nya tidak digiring sbg entreprenuer 
3. kepercayaan buruh begitu rendah, saya terus terang boleh disebut kaum 
borjouis, ketika saya tatap muka dengan mereka, saya tanya ke mereka langsung, 
mereka gagap, mereka sangat minder, padahal saya pengin tahu apa problem 
mereka, tampaknya mereka kelas yg benar-benar sudah tidak berdaya lagi

4. mereka banyak tidak tahu aturan dan hak-hak buruh 

saya tidak direct punya hub dng para buruh, tapi biasanya saya meeting dng para 
pemimpin serikatnya

--- In proletar@yahoogroups.com, "suryana" <gsuryana@...> wrote:
>
> Bro Wawan mohon tanya sebenarnya siapa yg tidak mau berpendidikan tinggi ?, 
> dan berapa banyak perguruan tinggi sudah memfasilitasi murid SLTA yg layak 
> masuk gratis.
> 
> Dan mengenai kondisi buruh di Indonesia, pernahkan bro Wawan memimpin 1000 
> buruh ?, bila sudah pernah silahkan paparkan disini apa saja yg Bro Wawan 
> ketahui.
> 


 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke