Bukan MUI bukan orang Kristen, tapi elu. 

Elu tuh iblis. 

Ok? 


--- Item Abu <itemabu2@...> wrote:

> Hehehe... jadi siapa yg lu maksud sbg wujud iblis itu, MUI atau 
> orang Kristen? 
> 
> Atau lu cuma kaing2 kayak anjing kejepit buntut?
> 
> 
> 
> From: ajeg <ajegilelu@...>
> 
> > Tidak benar Presiden Soekarno meminta Buya Hamka
> > mencabut fatwa ini. Sebab, ketika fatwa ini diterbitkan 
> > Soekarno sudah 10 tahun berada di alam baka. 
> >
> > Sebaiknya berhati-hati dengan sejarah sendiri. 
> > Jangan terlalu bersemangat menguliti sejarah orang lain 
> > hanya untuk terjebak dalam pikiran sendiri. Nafsu dan 
> > keteledoran beginilah sebesar-besarnya kelemahan yang 
> > sering menyebabkan sebagian muslim gampang terjebak 
> > dalam perangkap lawan. 
> > 
> > Fatwa MUI ini jelas kental dengan nuansa politik yang 
> > berkembang saat itu. Mestinya orang macam AM Fatwa 
> > atau siapalah yang pernah terjebak dalam rangkaian 
> > peristiwa 'bom BCA' mau bercerita dengan jernih tentang 
> > situasi politik saat itu. 
> > 
> > Sekurangnya, berjiwa besarlah untuk berbagi pengalaman 
> > bahwa suatu ketika, di usia muda, pernah begitu gagah gempita 
> > masuk ke dalam perangkap iblis.. 
> > 
> > Siapapun wujud iblis itu. 
> > 
> > http://buyahamka.org/fatwa-mui-mengenai-haramnya-umat-islam-mengikuti-perayaan-natal/
> > 
> > -
> > 
> > From: 
> > 
> > Antara Natal, Tahun Baru Masehi & Fatwa Buya Hamka
> > By Admin Islampos on December 21, 2012
> > 
> > Oleh: Alan Ruslan Huban 
> > Bidang Komunikasi Sosmed Lazis Dewan Da'wah, 
> > Wapemred Majalah Syi'ar Islam 
> > 
> > _______
> > 
> > BULAN Desember setiap tahunnya hadir dengan dua momentum besar 
> > bagi kaum Kristiani. Dua momentum itu adalah Perayaan Hari Natal, 
> > yang mereka sebut dengan hari kelahiran Yesus. Kemudian Tahun 
> > Baru Masehi, yang sebenarnya ini hari kelahiran Yesus yang 
> > sesungguhnya. Oleh akrena itu, kedua perayaan itu selalu 
> > diucapkan bersamaan, "Selamat Hari Natal dan Tahun Baru".
> > 
> > Ada sebuah kondisi yang dianggap mereka menguntungkan. Terlebih 
> > bagi sebagian kaum muslimin yang bermu'amalah dengan mereka. Baik 
> > secara ekonomi, sosial maupun politik. Mereka selalu menggunakan 
> > momentum tersebut sebagai ukuran ketoleransian umat Islam di 
> > Indonesia. Minimalnya, ketika mereka mengucapkan ucapan hari Raya 
> > kepada kita dengan ucapan "Selamat Hari Raya Idul Fitri", mereka 
> > ingin kita membalasnya di hari Raya Natal. Maksimalnya, kita umat 
> > Islam ikut Natalan bersama.
> > 
> > Antara Natal, Tahun Baru Masehi dan Fatwa Sang Buya Hamka
> > 
> > Insan LS Mokoginta, seorang Kristolog yang juga menjabat sebagai 
> > Ketua Dewan Dakwah Depok menuturkan, bahwa tanggal 25 Desember 
> > sebenarnya bukanlah hari kelahiran Yesus. Ini merupakan taktik 
> > teologis orang-orang Kristen pada masa lalu agar agama Kristen 
> > diterima oleh orang-orang Romawi Kuno yang selalu memperingati 
> > hari kelahiran Dewa Matahari pada tanggal 25 Desember.
> > 
> > Beliau melanjutkan, sebenarnya kelahiran Yesus adalah tanggal 1 
> > Januari, makanya dinamakan Tahun Masehi, mesiah atau Al Masih. 
> > Karena jarak yang tidak terpaut jauh antara 25 Desember dengan 1 
> > Januari, maka ucapan itupun disandingkan. Karenanya, bagi umat 
> > Islam sangat fatal jika ikut-ikutan mengucapkan kedua hari raya 
> > itu.
> >
> > Hal ini telah jauh-jauh hari diperingatkan oleh Allahuyarham Buya 
> > Hamka ketika menjabat ketua MUI. Beliau, lewat lembaga MUI 
> > memfatwakan haramnya mengucapkan perayaan Natal dan ikut 
> > merayakannya. Sehingga Presiden Soekarno meminta agar beliau 
> > mencabut fatwa itu, dengan dalih kemajemukan Bangsa Indonesia, 
> > demi menjaga kerukunan Umat beragama. Lantas apa yang dilakukan 
> > Allahuyarham Buya Hamka? Apakah beliau mencabut fatwa MUI? Tidak! 
> > Beliau memilih mengundurkan diri menjadi Ketua MUI ketimbang 
> > mencabut Fatwa haram mengucapkan Natal dan ikut merayakannya. 
> > Subhanallah!
> >
> > Natalan Bersama, Milik Siapa?
> >
> > Kita sering mendengar ataupun melihat, para tokoh agama ikut 
> > berkumpul untuk merayakan Natalan bersama. Ironisnya, hal itu 
> > menjadi salahsatu ukuran frekuensi toleransi beragama. Jika 
> > alasannya untuk menjaga kerukunan umat beragama, kenapa hanya 
> > Natalan yang menjadi ukuran? Toh, ketika umat Islam melakukan 
> > shalat `Ied di berbagai tempat, tidak ada sama sekali `Iedan 
> > bersama yang diikuti tokoh ataupun Umat Kristiani?
> >
> > Jika kita telusuri kedalam teologi Kristiani, dalam internal 
> > mereka terjadi banyak sekte ataupun aliran. Uniknya, setiap 
> > Gereja merupakan sekte tersendiri bagi Gereja yang lainnya. 
> > Mereka saling hujat-menghujat, murtad-memurtadkan antara satu 
> > dengan yang lain. 
> > Misalkan, disalahsatu wilayah di Bekasi, berjejer banyak Gereja 
> > hingga lebih dari tiga. Jika mereka memang tidak berbeda, kenapa 
> > mereka tidak membangun satu gereja besar saja untuk peribadahan 
> > mereka? Karenanya, sangat jarang, Umat Kristiani jika keluar dari 
> > agama mereka memeluk agama lain, kebanyakan dari mereka keluar 
> > dari sekte Kristen dan masuk ke sekte yang lainnya.
> > 
> > Kita juga mungkin sering mendengar, umat Kristiani yang rebutan 
> > Jama'ah ataupun rebutan Gereja. Kenapa? Karena mereka sendiri 
> > menganggap berbeda (aliran) dengan kawan Kristianinya. Untuk 
> > meminimalisir konflik tersebut, dikalangan mereka diadakanlah 
> > acara "Natalan Bersama". Meski berbeda sekte, diharapakan ketika 
> > momentum natalan bisa bersama-sama.
> > 
> > Karenanya, sangat ironis jika diantara umat Islam mau ikut acara 
> > Natalan bersama. Dia perlu berfikir sejenak, sekte Kristiani apa 
> > yang dianutnya?
> >
> > Siapakah Yang Tidak Toleran?
> >
> > Banyak Umat Kristiani ataupun para punggawa Liberal menyatakan, 
> > bahwa Umat Islam Indonesia tidak toleran. Benarkah?
> > 
> > Jika kita mau membandingkan dengan Negara yang selalu dijadika 
> > kiblat HAM, yaitu Amerika. Maka jelas, kitalah Umat yang paling 
> > toleran. Misalkan dalam penaggalan kalender. Di Indonesia, semua 
> > agama memiliki hak yang sama ketika mereka akan merayakan hari 
> > keagamaannya. Semua yang berhubungan dengan itu, dimerahkan dan 
> > diliburkan.
> > 
> > Sedangkan di Amerika, tidak ada satupun perayaan agama 
> > Non-Kristen yang mereka masukan kedalam kalender untuk menjadi 
> > hari libur mereka. Bahkan di Indonesia yang bermayoritas Muslim, 
> > ketika menjelang Natal dan Tahun Baru disetiap pusat pembelanjaan 
> > dan media-media elektronik menghiasinya dengan warna-warni aroma 
> > Natal dan Tahun Baru yang kental. Bagaimana di Amerika? Apakah 
> > ketika bulan Ramadhan dan menjelang `Idul Fitri itu terjadi? So, 
> > siapakah yang tidak toleran?
> >
> > Tips Dari Seorang Kristolog
> >
> > Namun faktanya sekarang, diantara umat Islam selalu terjebak 
> > dengan kondisi atau momentum itu. Lantas bagaimanakah kita yang 
> > bersentuhan secara mu'amalah dengan orang-orang Kristen 
> > menghadapi perayaan tersebut?
> > 
> > Ustadz Insan LS Mokoginta memberiakn tips kepada umat Islam yang 
> > bersentuhan dengan Umat Kristiani apabila harus mengucapkan 
> > sesuatu ketika momentum itu hadir, baik lewat sms ataupun secara 
> > lisan. 
> > Ungkap beliau, kita jangan mau mengucapkan "Selamat Hari Natal 
> > dan Tahun Baru", tapi ucapkanlah "Semoga Allah Memberimu Hidayah 
> > Pada Hari Ini!". Menurut Kristolog asal kelahiran Manado ini, 
> > bahwa do'a tersebut akan menjadi senjata bagi kita Umat Islam, 
> > toh mendo'akan kepada orang diluar Islam agar mendapat hidayah 
> > diperbolehkan asal masih hidup. Seperti yang pernah Rasul lakukan 
> > ketika mendo'akan agar Islam diperkuat oleh kekuatan Umar atau 
> > Abu Jahal.
> >
> > Mereka pasti akan kaget mendengarnya, jika mereka tetap 
> > mempermasalahkan dengan mengatakan Umat Islam tidak toleransi. 
> > maka ungkapkan saja fakta tadi antara fenomena Indonesia dan 
> > Amerika. 
> >
> > Jika mereka masih ngeyel dengan menyatakan bahwa ucapan itu hanya 
> > sebauh kata-kata, toh tidak ada salahnya mengucapkannya. Maka, 
> > kita tinggal ajak saja mereka mengucapkan dua kalimat syahadat, 
> > toh itu juga cuma kata-kata! Allahu a'lam. []
> 
> 
>  
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to