Industri RI alihkan produksi ke China

JAKARTA: Sebanyak 22 perusahaan makanan dan minuman Indonesia melakukan 
kegiatan toll manufacturing di perusahaan China di wilayah Xiamen. Langkah 
toll manufacturing ini dilakukan sebagai upaya untuk menekan biaya produksi 
di dalam negeri yang melambung.

Toll manufacturing adalah pengalihan kegiatan produksi di pabrik lain yang 
sejenis (produksi bersama) dengan tetap menggunakan merek sendiri. Kebijakan 
ini diperkirakan akan menjadi tren di kalangan industri manufaktur dalam 
negeri, terlebih lagi jika pemerintah tidak memperbaiki iklim investasi.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) 
Thomas Dharmawan mengatakan tanpa adanya iklim usaha yang kondusif, maka 
keinginan pemerintah untuk meningkatkan investasi akan sulit terwujud.

Kalau pemerintah, termasuk pemda, tetap mempertahankan kebijakan yang 
menimbulkan high cost economy, maka dipastikan industriawan domestik akan 
cenderung mengalihkan kegiatan produksinya di negara yang memiliki iklim 
usaha lebih kondusif seperti China. "Negeri Tirai Bambu ini dianggap mampu 
menawarkan iklim yang lebih baik dibanding di Indonesia," ujarnya kemarin.

Dia menerangkan toll manufacturing merupakan fenomena global yang tidak 
hanya dilakukan industriawan Indonesia, tetapi juga oleh pelaku usaha di 
berbagai negara. Saat ini banyak perusahaan teknologi informasi global yang 
telah menerapkan sistem tersebut di China.

Biaya produksi yang rendah, potensial pasar yang besar serta lokasi yang 
berdekatan dengan beberapa negara Asia, merupakan daya tarik bagi investor 
untuk menanamkan modal di negara itu.

Thomas menjelaskan mekanisme produksi bersama dengan tetap menggunakan merek 
sendiri, merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kinerja perusahaan 
sekaligus menekan biaya investasi.

"Saya mengkhawatirkan, kalau fenomena itu terjadi dan terus meningkat, maka 
investasi di sektor makanan dan minuman di Indonesia akan terus berkurang 
dengan sendirinya," tuturnya.

Thomas menerangkan pemerintah berkomitmen untuk meningkatkan perdagangan 
Indonesia-China dari rata-rata US$13 miliar per tahun menjadi US$35 miliar, 
dalam waktu lima tahun mendatang.

Surplus

Dalam perdagangan kedua negara, Indonesia mengalami surplus di mana nilai 
ekspor pada 2004 mencapai US$7 miliar sedangkan impor US$6 miliar. Dari 
total nilai itu, sekitar 20% hingga 30% di antaranya, diisi oleh produk 
makanan dan minuman, termasuk produk perikanan.

Menurut Thomas, undangan dari Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, 
pada investor China di beberapa wilayah, merupakan salah satu upaya untuk 
meningkatkan investasi.

"Beberapa waktu lalu, sudah datang investor dari Guang Zho dan sekarang ini 
datang lagi dari Xiamen. Diharapkan dari hasil kunjungan pelaku usaha China 
tersebut, akan ada kesepakatan kerja sama," paparnya.

Thomas menegaskan bahwa Kadin dan Gapmmi berupaya untuk mengenalkan berbagai 
aturan yang berlaku di Indonesia, khususnya menyangkut tarif dan aturan 
tentang jaminan halal. ([EMAIL PROTECTED])

Oleh Rahayuningsih
Bisnis Indonesia

http://www.bisnis.com/servlet/page?_pageid=127&_dad=portal30&_schema=PORTAL30&vnw_lang_id=2&ptopik=A30&cdate=25-NOV-2005&inw_id=404904




------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uTGrlB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke