http://www.kompas.com/kompas-cetak/0511/26/utama/2242157.htm
POLITIKA Riwayat Orde Baru Budiarto Shambazy Sejarah politik kita tak kenal istilah "closure" atau "tamatlah sudah riwayatnya". Kita telah terbiasa menyaksikan sandiwara yang sering tak berjudul, panjang sekali ceritanya, melanglang buana ke mana-mana, amat melelahkan, sangat menyebalkan, dan tak mengandung pelajaran. Dua peristiwa menarik secara persis menggambarkan jalan cerita tanpa closure tersebut. Peristiwa pertama terjadi tatkala pengarang asal Belanda, Antonie Dake, meluncurkan buku Sukarno File belum lama ini. Setelah berita peluncurannya itu diberitakan, buku tersebut langsung habis terjual di semua toko. Maklum saja, buku itu menuding Presiden Soekarno sebagai dalang di belakang terjadinya peristiwa G30S tahun 1965. Patut dicatat mengapa baru sekarang Dake meluncurkan buku dia yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia itu? Seseorang yang mengetahui mengungkapkan cerita yang sesungguhnya. Memang banyak orang yang bertanya dan juga banyak wartawan yang ingin melakukan wawancara. Namun, Dake hanya muncul saat itu saja, tidak seperti biasanya ilmuwan asing yang biasanya rajin ngasong ke mana-mana untuk mempromosikan karyanya. Mungkin orang membeli karena penasaran atau marah dengan tudingan Dake tersebut. Apa pun, yang pasti para pembaca membeli buku Dake karena ingin tahu tentang hal ihwal sejarah bangsanya sendiri. Muncul kesan bahwa buku Dake seperti "membunuh" kembali Bung Karno untuk kesekian kalinya. Ia antara lain pernah "dibunuh" Orde Baru karena tidak diakui sebagai penggali Pancasila. Peristiwa menarik kedua terjadi sehubungan dengan Rapimnas Partai Golkar. Selain dianugerahi penghargaan berkat jasanya di masa lalu, sempat muncul pemberitaan mengenai rencana pencabutan Ketetapan MPR Nomor XI/1998 tentang dugaan KKN yang dilakukan oleh mantan Presiden Soeharto. Tidak salah jika orang lalu menghubung-hubungkan "nasib baik" Pak Harto dengan "pembunuhan" terhadap Bung Karno. Jangan sampai timbul kesan "pilih kasih" karena para pendukung fanatik kedua tokoh ini masih banyak di mana-mana. Bung Karno meninggal "sendirian" dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Secara politis maupun konstitusional, nama Bung Karno masih tercela dan perlu direhabilitasi. Walaupun kurang sehat, nasib "Bapak Pembangunan" jauh lebih baik dibandingkan dengan "Bapak Bangsa". Jika Bung Karno di saat menjelang kematian menjadi bapak yang tak bisa dikunjungi anak-anaknya, Pak Harto masih dikelilingi anak-anak dan cucu-cucunya. Pada sebuah edisi di rubrik ini saya menulis sebuah kalimat, "Meskipun kedua pemimpin (Bung Karno dan Pak Harto) melakukan kesalahan-kesalahan, janganlah kita melupakan jasa-jasa mereka". Seperti kata pepatah Inggris, "Let by gone be by gone". Sebuah hal yang kita sering lupa, pemimpin bukan manusia super. Namun, paling tidak Bung Karno atau Pak Harto tidak menaikkan harga BBM sebanyak dua kali dalam satu tahun. Paling tidak, Bung Karno atau Pak Harto tidak "melepaskan" Timor Timur. Dengan cara masing-masing, mereka berdua juga tak pernah mau orang-orang asing ikut merundingkan nasib rakyat di Aceh. Empat presiden setelah Pak Harto memang merupakan bagian dari sistem politik masa Orde Baru. Namun, harus diakui juga bahwa presiden keempat dan kelima memberangus budaya politik Orde Baru. Kita sempat seperti orang disihir bahwa Orde Baru telah pergi ke alam baka untuk selama-lamanya. Kita agak percaya tatkala para pemimpin "setengah Orde Baru" ingin menerapkan demokrasi sesungguh-sungguhnya. Namun, Orde Baru memang sakti mandraguna. Maka, presiden keempat pun langsung takluk tak berdaya. Presiden kelima pada dasarnya juga bersikap dan berwujud "setengah Orde Baru". Apalagi untuk pertama kalinya ia menjadi pemimpin pertama yang berkelamin baru dalam sejarah kepresidenan kita. Jadi, Orde Reformasi sebenarnya gagal. Presiden keempat dan kelima, yang ikut menikmati berkah politik Pak Harto, tak mampu melakukan pergantian rezim secara total 100 persen. Sistem politik boleh berubah, tetapi orang-orang lama dari Orde Baru masih berada di dalamnya. Adalah biasa ada menteri atau dirjen yang menjabat di semua era presiden yang kedua sampai yang kelima. Waktu di masa Orde Baru, menteri atau dirjen itu memuja Pak Harto. Di masa BJ Habibie, ia merasa sok suci. Di era Abdurrahman Wahid, ia mendadak menjadi tokoh teladan. Dan di masa Megawati Soekarnoputri, ia menjadi "keperempuan-perempuanan". Sebagian dari mereka yang berada di parlemen juga merupakan wajah-wajah yang lama. Sebagian berganti loyalitas, sebagian keluar masuk partai-partai politik yang berlainan. Sebagian lagi memang merupakan orang-orang baru. Namun, tak lama kemudian justru ikut mengentalkan budaya politik ala Orde Baru. Dan selama 40 tahun budaya politiknya tetap sama: tertidur di saat persidangan. Mungkin yang berbeda cuma jenis suara ngorok-nya. Begitu juga orang-orang partai politik yang berbudaya politik sama saja. Konflik internal sudah terjadi sejak sekitar akhir tahun 1960-an pada masa Orde Baru sampai sekarang. Jadi, janganlah sok-sokan melawan Orde Baru. Seperti di awal cerita tulisan ini, "Ia merupakan sandiwara yang sering tak berjudul, panjang sekali ceritanya, melanglang buana ke mana-mana, amat melelahkan, sangat menyebalkan, dan tidak mengandung pelajaran". Kita sudah berkali-kali dengan gemas mengucapkan "tamatlah sudah riwayatmu!". Akan tetapi, ia tetap selamat, kuat, dan selalu dirawat supaya senantiasa sehat. Ah, saya jadi ingat seseorang.... [Non-text portions of this message have been removed] ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/