Oleh: M Ilham A Hamudy 
Meski pemilu presiden masih dua tahun lagi, sudah ada beberapa 
partai politik (parpol) yang menimang-nimang bakal calon presidennya 
(capres).

Partai Amanat Nasional (PAN), 
misalnya, sudah menyebutkan ketua umumnya, Hatta Radjasa, sebagai capres pada 
pemilu 2014. Begitu juga Partai Hanura yang mengusung ketua 
umumnya, Wiranto. Partai Golkar pun tidak ketinggalan. Meski awalnya 
akan memutuskan capres pada 2013, Partai Golkar mempercepat penetapan 
Aburizal Bakrie sebagai capres tunggal Partai Golkar pada Rapat Pimpinan 
Nasional (rapimnas) Juli 2012 nanti.

Fenomena 
ini sejatinya menandakan ketidakberesan kaderisasi di parpol. 
Seakan-akan tidak ada kader lain dalam parpol yang mumpuni selain ketua 
umum. Padahal, sosok ketua umum parpol tidak seharusnya otomatis menjadi 
capres. 

Di Amerika Serikat, capres tidak 
pernah berasal dari ketua umum Partai Republik atau Partai Demokrat. 
Mereka sudah punya pola yang ajeg, hampir semua capres AS adalah mantan 
senator atau pun anggota legislatif. Di republik kita, posisi capres 
seolah-olah menjadi jatah khusus ketua umum parpol.

Sebagai pilar demokrasi, parpol harusnya bisa memainkan fungsi sebagai pabrik 
penghasil pemimpin nasional berkualitas dan berkarakter. Namun 
kenyataannya, fungsi kaderisasi pemimpin di parpol disumbat oleh budaya 
patronase dan oligarki. 

Akibatnya, parpol 
selalu gelagapan ketika dituntut melahirkan capres berkualitas yang 
lahir dari sistem kaderisasi. Bakal capres yang muncul hanyalah 
figur-figur usang atau figur karbitan. Sebaliknya, figur berkualitas 
gagal muncul karena terhalang sistem internal (oligarki) yang ada di 
hampir seluruh parpol.

Konvensi 

Mestinya, untuk menetapkan seorang capres, parpol menyelenggarakan konvensi 
terlebih dahulu. Konvensi dirasa lebih adil buat semua pihak. Pasalnya, 
konvensi betujuan menjaring kader-kader terbaik parpol untuk bersaing 
secara sehat memperebutkan tiket pemimpin nasional secara demokratis. 

Konvensi secara objektif pasti mampu menjaring figur-figur yang betul-betul 
memiliki kapasitas dan integritas. Konvensi juga mendidik kompetisi yang sehat, 
mengurangi intrik konspirasi, dan bagian dari politik kader.

Untuk itu, konvensi yang demokratis dan transparan perlu dilakukan dengan 
didahului pemilu pendahuluan di lingkup internal parpol. Tujuannya, 
mengurangi potensi politik uang, sekaligus memutuskan rantai oligarki 
elit parpol. Oleh karenanya, perlu dibuka kesempatan yang sama kepada 
kader untuk mendaftarkan diri menjadi bakal capres. 

Kader dan anggota sebagai pemilik “saham” terbesar parpol harus dilibatkan 
dalam konvensi. Bahkan, komposisi dan proporsi suara kader dan anggota 
semestinya lebih dominan ketimbang elit parpol.

Caranya, pada tingkat desa/kelurahan, para anggota parpol memilih calon. 
Kemudian, calon terpilih ini diajukan kepada pengurus tingkat 
kabupaten/kota. Di tingkat kabupaten/kota, para perwakilan 
desa/kelurahan melakukan pemilihan calon berdasarkan aspirasi anggota 
parpol di desa/kelurahan masing-masing. 

Lalu, 
hasilnya, pengurus  kabupaten/kota mengajukan 2-3 calon ke pusat. Pada 
tingkat pusat, ditetapkan 2-3 calon. Selanjutnya, diadakan pemilihan 
oleh para delegasi kabupaten/kota. Calon dengan pemilih terbanyak 
ditetapkan sebagai bakal capres.

Dengan begitu, konvensi capres pada gilirannya menguntungkan konstituen dan 
menyehatkan demokrasi. Seleksi capres melalui konvensi juga memiliki 
efek positif bagi parpol. Paling tidak, ada tiga keuntungan elektoral 
konvensi capres bagi parpol. 

Pertama, konvensi berpotensi mendongkrak citra parpol sebagai partai modern, 
demokratis, 
dan aspiratif. Hal ini sekaligus akan menjadi program pencitraan media 
secara gratis dan efektif, karena konvensi akan menyedot liputan media 
dan perhatian publik.

Kedua, menggairahkan 
seluruh infrastruktur dan jaringan parpol. Konvensi akan menggerakkan 
seluruh pengurus dan kader parpol untuk turun ke daerah. Hal ini tentu 
berdampak positif bagi dinamisasi dan efektivitas kinerja elektoral 
parpol pada saat pemilu legislatif maupun pemilu presiden. 

Ketiga, berpotensi meningkatkan soliditas internal parpol. Sebab, konvensi 
merupakan bentuk pelembagaan faksionalisme dan konflik internal. Karena 
itu, persaingan sehat dan terbuka justru perlu dilembagakan dalam 
konvensi capres.

Utopia 

Tetapi, mekanisme konvensi itu agaknya hanya utopia bagi pelembagaan demokrasi 
parpol di Indonesia, setidaknya sampai Pemilu 2014 nanti. Sebab, 
mekanisme oligarkis masih mendominasi proses penetapan capres. Oligarki 
internal parpol saat ini kian menggurita. Hanya beberapa elite parpol 
yang dilibatkan dalam penentuan kandidat. Para kader hanya boleh menurut dan 
kebagian tugas untuk mengawal kebijakan tersebut.

Sebagian besar kader parpol, terutama di tingkat bawah, hanya menjadi objek 
yang dikerahkan untuk mendukung keputusan oligarkis. Parpol sudah kehilangan 
orientasi perjuangan, bahkan hanya menjadi ladang mencari kekuasaan dan 
kekayaan. Kalau sistem di parpol masih oligarkis, sementara jabatan 
publik seperti capres, calon kepala daerah, dan calon anggota legislatif maju 
melalui parpol, sendi-sendi berbangsa dan bernegara bakal rusak 
satu demi satu.

Kunci utama untuk membuang 
tradisi oligarki partai, di samping konvensi, adalah dengan membentuk 
basis kaderisasi yang mengakar hingga satuan masyarakat desa dan RT/RW. 
Kader potensial di daerah harus dimunculkan dan diberi ruang ekspresi 
yang luas.

Pada saat bersamaan, partai juga 
harus terus membangun kekuatan berbasis gagasan, ide, serta idealisme 
untuk menangkal pragmatisme. Skema pembiayaan partai pun harus terhimpun dari 
iuran anggota tanpa mengandalkan kekuatan dana tokoh tertentu.

Penulis, pegawai BPP Kementerian Dalam Negeri

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Kirim email ke