... nyambungin Sungguh tak terbayangkan bagi warga Palestina, setelah lebih dari ribuan tahun mendiami negerinya, suatu ketika tanah air mereka direbut secara paksa oleh kaum Zionis Yahudi. Mereka diusir, diteror, dibantai, dan dilarang kembali ke tanah airnya, hingga kini. Dulu, di saat bangsa Yahudi Israel terusir dari tanah Palestina; bangsa Filistin masih tetap tinggal di tanah Palestina. Pada th 637 M, di bawah pimpinan Umar bin Khattab, mereka memasuki Yerusalem dgn damai (tanpa pertumpahan darah). Umar r.a sama sekali tidak menghancurkan gereja maupun sinagog. Prof. Henry Cattan, seorang ahli hukum internasional kelahiran Yerusalem dalam buku 'Palestine, the Arabs and Israel : The Search for Justice' (Cattan:1969); menegaskan secara ilmiah dan objektif bahwa bangsa Yahudi bukanlah penduduk asli tanah Palestina. Atau dalam kata lain, nenek moyang orang Yahudi adalah pendatang yg datang lebih belakangan dibanding dengan nenek moyang bangsa Arab-Palestina Negara yang diproklamasikan pada 14 Mei 1948 ini dibangun dengan mengeksploitiasi teks-teks keagamaan Yahudi tentang hak-hak teologis dan historis bangsa Yahudi atas wilayah Palestina Teks resmi pemerintah Israel,mencatat: "The establishment of Israel (1948) grew out of their 2,000 year-old dream to return to their ancestral homeland and revive its national life and sovereignity [Pendirian (negara) Israel (1948) tumbuh dari impian selama 2000 tahun untuk kembali ke tanah pusaka leluhur mereka dan untuk membangkitkan lagi kehidupan kebangsaan dan kedaulatan mereka]" (Hirsch, Facts about Israel, 1986).
Mungkin, yang tak banyak dicermati adalah strategi Herzl dalam menggolkan terwujudnya negara Yahudi (Der Judenstaat) yang dicitakannya. Gagasan negara Yahudi bukan barang baru. Para pemikir Zionis sebelumnya, seperti Leon Pinsker, Rabbi Alkalai, dan sebagainya, telah meluncurkan gagasan perlunya "negara tersendiri" bagi bangsa Yahudi, untuk menyelamatkan mereka dari aksi-aksi penindasan di Eropa. Namun, melalui bukunya, Der Judenstaat (1896), Herzl mampu merumuskan gagasan dan strateginya dengan jitu. Shlomo Avineri dalam bukunya The Making of Modern Zionism (1981), mencatat bahwa sukses Herzl dalam mendirikan negara Yahudi disebabkan ia menguasai benar tiga senjata terpenting abad ke-20, yaitu media massa, lobi, dan public relations. Herzl selalu berhubungan dengan orang-orang top yang berada di puncak kekuasaan atau berpengaruh di masyarakat. Dalam rangka merebut pengaruh, Herzl melakukan audiensi dengan Paus di Roma, Kaisar Wilhelm di Jerman, dengan Ratu Victoria di Inggris, bahkan dengan Sultan Turki di Istambul. Ia pun memobilisasi dana hari Moses Hess atau Baron de Rotschild di London. Selain itu, setiap cabang gerakan Zionis di berbagai penjuru dunia selalu ia anjurkan agar menerbitkan koran atau majalah untuk menyuarakan perjuangan mereka. Herzl sukses mengantarkan Zionisme menjadi ideologi yang semula kurang diterima di kalangan masyarakat Yahudi dan juga masyarakat internasional, menjadi satu kekuatan yang mampu merebut Palestina dari tangan bangsa Arab. Dalam bukunya, A Hidden History of Zionism, Schoenman bahkan mencatat cara-cara biadab yang digunakan oleh kaum Zionis dalam mewujudkan cita-citanya. Misalnya, kolaborasi tokoh-tokoh Zionis dengan tokoh-tokoh Nazi dalam mengorbankan jutaan warga Yahudi dalam peristiwa holocaust (pembantaian sekitar 6 juta warga Yahudi Jerman oleh Nazi), demi meraih simpati internasional dan melegalkan gerakan pembantaian dan pengusiran warga Palestina. Dengan cara-cara seperti itu, bangsa Yahudi berhasil membangin citra (image) bahwa mereka adalah kaum tertindas dan teraniaya. Di lapangan, kaum Zionis membentuk organisasi-organisasi para-militer bawah tanah seperti Haganah, Stern Gank, dan Irgun yang melakukan teror, pembantaian, dan pengusiran terhadap warga Palestina. Yahudi selalu menyandarkan apa yang dikatakan mereka sebagai "hak-hak historis" dalam perampasan tanah Palestina. Semua itu mereka katakan dengan suatu catatan sejarah yang penuh dengan kebohongan dan pertumpahan darah. Maka tidaklah ada yang bisa menyaingi mereka sebagai negara teroris terbesar di dunia. Seandainya kita menggeneralisasikan jenis tuntutan kaum zionis yang didasarkan kepada "hak-hak historis" yang demikian itu, seluruh planet bumi ini pastilah akan terjerumus pada kekacauan. Dengan dasar logika orang-orang Yahudi tsb, kita ikuti apa yang telah ditulis oleh Geraudy : 1. Mengapa orang-orang Italia tidak boleh mengajukan tuntutan "hak-hak historis" mereka atas Perancis, padahal setelah Julius Cesar berhasil menaklukan Gaul, maka orang-orang Romawi memerintah negeri ini jauh lebih lama dari pada yang pernah dilakukan oleh Raja-raja Israel atas wilayah Palestina? 2. Dan mengapa pula orang-orang Skandinavia tidak berhak mengajukan tuntutan atas wilayah-wilayah Normandia, Inggris dan Sicilia, karena bukankah mereka kerurunan Norse-Norman yang dahulu kala menguasai daerah tsb? 3. Dan akan menjadi apakah Afrika jika para penakluknya di zaman purba, menuntut ditegakkannya kembali kemarahajaan Mandigo atau para kepala suku terbesar bangsa Fula? 4. Perjanjian Westphalia yang pada tahun 1648, menandai munculnya suatu "permulaan yang baru" di Eropa. Masa ini ditandai dengan berakhir serta punahnya "negara-negara dan kerajaan-kerajaan gereja Kristen" serta lahirnya negara-negara kebangsaan, maka pastilah seluruh daratan Eropa akan menjadi kancah pertarungan sebagai akibat "tuntutan-tuntutan historis" setiap negara yang saling bertentangan. 5. Kolonisasi Amerika merupakan perampasan hak milik suku-suku bangsa Indian. Dari sebagian sejarah bangsa-bangsa dunia yang mempunyai akar sejarah yang sama dengan bangsa Yahudi, lalu apakah kita berani mengatakan bahwa pengusiran warga Palestina adalah suatu tindakan ilegal dan melanggar HAM, karena alasan mereka untuk menduduki negeri Palestina menyalahi aturan-aturan bangsa di bumi ini, ataukah akan kita katakan sebaliknya bahwa suku bangsa Indian lebih berhak hidup di daratan amerika, dan penduduk Inggrispun harus hengkang karena tanah mereka mereka dulu kepunyaan Skandinavia .... dst? Lalu mengapa menjadi terbalik logika kita dengan mengatakkan bahwa Palestina merupakan teroris dan bukan sebaliknya, di mana logika sehat itu? Kemanakah para pembela HAM, kemanakah para pejuang kebenaran dan keadilan ? Tentulah kalau kita menggunakan logika secara sehat, bahwa tidaklah diterima oleh akal dan norma berbangsa kalau Israel bersandar pada standar historis yang mereka pilih untuk keuntungannya sendiri. Yang sudah pasti berbahagialah orang-orang Palestina karena mereka mempunyai keberanian bahwa mereka adalah manusia yang merdeka dan berani menentang perbudakan Yahudi. Kalo mus sih jelas-jelas kacung yg pandai bagaimana bikin adonan taik jadi emas. Logika orang yg kurang waras memang gak perlu butuh referensi yg kredibel, yg dibutuhin cuman berfantasi dan bermuka tembok....heueuh?! Jadi pantas kalo kemarin saya bilang mus dan kimhook sebagai 2 stooges on the stage, yg satu sedang mendongeng yg satunya karena kelemahan nalar melahap tanpa mikir. Naif, memang sudah menjadi nature mereka berdua, juga the stooge yg satunya lagi yaitu si fosil tua. Perlu bertahun2 membikin mereka jadi tambah cerdas. Heheh... mang deden ------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> Know an art & music fan? Make a donation in their honor this holiday season! http://us.click.yahoo.com/.6dcNC/.VHMAA/Zx0JAA/uTGrlB/TM --------------------------------------------------------------------~-> Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/