Kesimpulan bahwa pemerintahan Barat itu bangsat munafik 
mustinya dipahat dan dibekukan di pegunungan Mont Blanc 
untuk diingat sepanjang masa. Galak bicara HAM padahal 
mereka juga yang membangun adab penjajahan terhebat dalam 
sejarah manusia, baik penjajahan dalam arti klasik maupun 
gaya baru seperti dinubuatkan Soekarno; nekolim. 

Malah, sebutan "bangsat munafik" itu sekarang perlu ditambah 
dengan "bodoh" karena mereka memakai cara-cara fasis (yang 
haram menurut mereka) untuk menertibkan dunia maya. Padahal, 
internet adalah sebuah dunia baru bagi umat manusia. Dunia 
yang menjanjikan kebebasan alternatif dari dunia nyata yang 
keadaannya terus memburuk di tangan neocon.

Dengan masuknya fasisme ke dunia maya jelas para munafik itu 
memperlakukan dunia maya bak tribal conservation seperti 
ketika mereka menyerbu tanah Indian tempohari. Atau, lebih 
sopan lagi, sebagai penjara. Dan para fasis bodoh itu mengangkat 
dirinya menjadi sipir dengan tugas mencurigai seluruh penghuni 
di sana. Meronda facebook, tweeter, email, bahkan telepon / sms 
dari penghuni dunia maya di Eropa. 

Alasan yang dilempar tentu saja dipilih yang enak dikunyah 
publik Eropa. Yaitu, mencegah teroris berkomunikasi lewat internet. 
Atau sekurangnya mencegah penyebaran anarki seperti yang terjadi 
dalam Arab Spring. 

Masalahnya, ini adalah kebodohan di era internet. Dengan meronda 
internet berarti mereka terang-terangan meludahi HAM rakyat Eropa. 
Dari sisi keamanan pun ini langkah yang amat bodoh. Karena, apa 
boleh buat, ini sama saja meminta teroris & pelaku kejahatan 
untuk berkomunikasi lewat cara lain. Sangat tidak berperikemanusiaan 
memperlakukan dunia maya sebagai penjara yang penghuninya harus dicurigai. 

Itu pertama. 

Masalah kedua, fasisme berharga 600 juta euro ini didanai oleh 
para "tahanan" sendiri. Diambil dari pajak mereka sambil 
melakukan pengetatan di berbagai sektor termasuk pengurangan 
pegawai (gaji) dan tunjangan pensiun. 

Ketiga, proyek keamanan serupa juga pernah dilakukan beberapa 
tahun lalu dengan meraup dana masyarakat sebesar 1,5 milyar euro. 
Waktu itu, katanya, untuk memperkuat polisi perbatasan (khususnya 
dengan Eropa Timur, eks Soviet) dan membangun jaringan data Europol. 
Keamanan, itulah jualan mereka kepada rakyat Eropa yang dipaksa 
membeli dengan membayar pajak lebih tinggi. 

Tetapi ketika orang mempertanyakan angka kejahatan yang tidak 
kunjung berkurang sementara kenyamanan hidupnya semakin terpangkas 
lewat pajak, jajaran pemerintah Eropa pura-pura sibuk jogging.. 
Bagusnya, atau cilakanya buat pemerintahan fasis Eropa, seekor 
kucing tiba-tiba melompat keluar dari karung. Sewaktu dikejar 
dan tertangkap, si kucing mengaku bahwa sebagian dari harga dirinya 
yang 1,5 milyar euro mengalir ke Olimpiade London 2012. Belum lagi 
yang dikorup para tukang jogging itu. Jelas & gamblang keamanan 
yang dijual hanyalah karung bodol. Buktinya, si kucing pun bisa 
melompat ke luar.. 

Lalu, apa pula artinya 400 ribu euro (dari 600 juta) yang 
mengalir ke kerajaan yang di Indonesia dikenal pernah bangkrut 
oleh korupsi? 

Boleh jadi kali ini tidak ada lagi kucing yang melompat karena 
yang mereka jual cuma karung semata. Karung untuk membekuk rakyat 
yang mereka curigai. 

Jadi geli, barusan sempat baca Kompas Minggu halaman 23. Seorang 
Prancis menulis betapa bangganya dia ikut demo ini-itu sampai 
ditangkap, diborgol, dan dipenjara polisi pemerintahan De Gaulle. 
Dia bangga karena aksi demo itu berpihak kepada rakyat, dan 
ditangkap polisi membuat dia merasa mewakili rakyat. Tetapi melihat 
situasi dunia sekarang - yang menurut saya dikuasai pemerintahan 
Kanan - si Prancis tidak percaya lagi bahwa rakyat masih ada. 

Separuhnya saya setuju. Di bawah sistem kekuasaan Kanan, rakyat 
dibagi ke dalam kelas-kelas. Bukan rahasia lagi, pemerintah sebagai 
bagian dari kelas atas membatasi ruang agar tidak penuh sesak. 
Sementara, kelas menengah harus terus diperbanyak untuk dijadikan 
sapi perahan. Adapun kelas bawah tetap diperlukan untuk menelan 
janji-janji semasa musim kampanye. 

Ya, orang banyak hanyalah komoditas politik. Dibuat seperti 
berkelas-kelas padahal semua dipukulrata sebagai alas kaki 
kekuasaan. Karena itu, si Prancis harus percaya bahwa rakyat 
sedunia perlu bersatu mengganyang pemerintahan Kanan di negara 
masing-masing. Bersihkan dunia dari mereka yang anti-rakyat. 

Coba bayangkan, kurang biadab bagaimana lagi, rakyat di Eropa 
sekarang cuma dianggap tahanan yang patut dicurigai. Tentu saja 
cuma orang tolol yang menyangka keadaan ini sebagai aduhai mewah 
karena tergila-gila hidup secara prodeo. 


--- "ajeg" <ajegilelu@...> wrote:

> Setelah tertunda pekan kemarin, akhirnya buka puasa bersama 
> orang kantor terlaksana hari ini. 
> 
> Sebenarnya setiap puasa kami selalu menyelenggarakan acara 
> berbuka bagi siapa saja yang berkenan mencicipi takjil ala 
> kadarnya hasil olahan mbok yus, komandan dapur di rumah yang 
> kelebihan energi untuk menggoyang lidah & menentramkan perut 
> orang banyak. 
> 
> Ya, lidah & perut siapa saja. Bukan cuma anak-anak kantor tapi 
> juga mereka yang kemaghriban di jalan dan kebetulan lewat di 
> depan kantor. Puasa atau tidak, Islam maupun bukan (seperti 
> beberapa satpam), silakan membasahi pencernaan dengan air segar, 
> serta takjil yang disediakan di meja depan gerbang. Tentu saja 
> menu di luar dan di dalam kantor 100% sama. Itu sebabnya, 
> acara maghrib harian itu lebih pas disebut sama-sama berbuka. 
> 
> Sedangkan buka bersama yang dimaksud di sini, menu sedikit berbeda. 
> Ada makan malam yang sedikit berat di dalam kantor. Maklum, ma'e 
> sebagai yang punya hajat mengundang komisaris, klien, rekanan, 
> serta anak yatim dari panti di sekitar yang setiap tahun diundang 
> bergiliran. Dia tahu tidak semua undangan itu cukup berbuka hanya 
> dengan diganjal takjil. Jadi, untuk buka bersama selalu ada 
> karbohidrat yang lumayan dari keluarga berasnasi, lontong, 
> beserta jajarannya. 
> 
> Memang, jalannya acara buka bersama ini jadi menyerupai kenduri
> kecil dengan tema wisata kuliner. Sebab, aneka penganan yang 
> langka di hari biasa macam klepon, lemang tapai, sampai ongol-
> ongol, pada bulan puasa seolah menemukan momennya untuk menyapa 
> penggemar. Begitu juga seruputan seperti setup jambu, bajigur, 
> sampai ronde jahe, yang ternyata cocok dengan udara sexy sehabis 
> hujan tadi. 
> 
> Semuanya hidangan itu bertambah sedap ketika dinikmati dalam 
> suasana gembira. Suasana yang terlarang untuk dicampur dengan 
> obrolan bisnis. Ini murni silaturahmi antarmanusia. Bincang sapa 
> seputar hal-hal menyenangkan selama puasa atau malah sepanjang 
> hidup. Lebih menggembirakan lagi adalah kehadiran seorang awak 
> kami, sebut saja jeni, yang baru pulang mengemban tugas mengunyah 
> Eropa. 
> 
> Setelah berbaur sejenak dengan para tetamu, silaturahmi dengan 
> jen berlanjut di taman belakang dekat pantry. Sulit rupanya bagi 
> dia untuk menahan keinginan ngemil jajanan pasar sembari bicara 
> bisnis, hahaha... 
> 
> Setengah cangkir sekoteng dihabiskannya untuk roundup situasi di 
> Eropa Barat yang menurut dia tanpa malu mengikuti jejak AS untuk 
> memata-matai warganya sendiri. Eropa, katanya, sudah siap 
> menghamburkan 600 juta euro untuk sebuah proyek raksasa berkode 
> "Clean It". 
> 
> Sisa sekoteng yang separuhnya lagi bersih tandas sepanjang 
> ceriwisnya mengurai angka dari proyek Clean It. Terutama 
> tentang kengototan Belanda untuk ambil peran sebagai pimpro 
> dengan harga lebih-kurang 400 ribu euro! Konon itu lantaran 
> Belanda mengaku cuma merekalah yang bisa merangkul The Hague 
> sebagai tim, ulang: sebagai 'tim' Clean It. 
> 
> Perlu 2-3 kali menguji kuping bagus ini untuk memastikan tidak 
> salah tangkap cerita jen. Cewek indo itu pun mengangkat dua 
> jarinya sambil menyedot rokok putih. Dia bersumpah bahwa betul 
> Belanda menginginkan The Hague menjadi bagian dari proyek Clean It, 
> bukan sekedar counterpart.. 
> 
> Dari mana kamu dapat kata 'tim' itu say? "Hatur nuhuuun..." kata 
> jen mengedipkan mata pada Asep ob yang mengantarkan sepiring 
> kue tradisional. "Sami-samiii..." jawab Asep nu kasep tak kalah 
> gesit dengan kedipannya juga. Nyaris tidak ada batasan status 
> yang menyekat kedua anak manusia itu. 
> 
> Kembali ke pertanyaan tadi, jen menghembus asap tipis dari bibir 
> tipisnya. Tangannya meraih sesuatu dari dompet, menjepitnya dengan 
> dua jari lalu menyorongnya di atas meja dengan telunjuknya yang 
> runcing. Sebuah kartu nama, dengan logo singa jingkrak di atas nama 
> si sontoloyo, But Klaasen... Lalu, selembar foto disorong dengan 
> telunjuk itu lagi. Isinya, adegan jen bersalaman akrab dengan si 
> sontoloyo! 
> 
> Wah, kalau begitu cukup dululah obrolan bisnis malam ini. Simpan 
> cerita detilnya untuk besok. Dua lembar bukti di tangan ini sudah 
> menjanjikan detil berikutnya bakal seru. Jelas, ini borok Belanda 
> paling fresh! jen membunuh rokoknya di dalam asbak lalu pamit ke 
> dalam menemui ma'e. Tentu. Selalu ada bonus ekstra untuk informasi 
> A1. Terlebih yang didapat dari jarak sedekat ini dengan sumber. 
> 
> Masih senyum-senyum di meja pantry. Samasekali tidak menyangka 
> informasi kakap ini didapat langsung dari si sontoloyo! Terkemas 
> rapi dalam kepala jen kemudian diselundupkannya keluar Eropa. 
> Pikir-pikir sudah saatnya nih pensiun dan menyerahkan tongkat 
> estafet ke angkatan jen dkk, hehe.. 
> 
> Dari informasi awal ini bisa disimpulkan sementara bahwa 
> pemerintahan Barat memang bangsat munafik. Siapapun yang waras 
> pasti setuju terorisme harus dilawan, dibersihkan. Tetapi kalau 
> pembersihannya dilakukan dengan memata-matai warga sendiri ya 
> jelas bangsat-bangsat Barat itu bukan cuma ganti menjadi teroris 
> bagi warganya tapi juga menunjukkan bahwa mereka memang anti-HAM. 
> Memata-matai rakyat jelas pelanggaran atas HAM rakyat. Terlebih 
> lagi pelanggaran itu mau dibumper dengan Mahkamah Internasional.. 
> 
> Sejenak pikiran melayang ke dalam negeri. Di Indonesia sini siapa 
> kira-kira antek Barat yang sepaham dengan brutalisme legal seperti 
> ini? Banyak. Antara lain lahirnya beberapa undang-undang keamanan 
> negara bikinan DPR. Atau, lihat juga kelompok yang getol 
> mengusulkan pemberian wewenang kepada KPK & Kominfo untuk menyadap 
> telepon & mengawasi email. Ini lebih gawat dari "pembinaan 
> teritorial" era Orde Baru. 
> 
> Tidak salah analisis yang menyebut pemerintahan Kanan di muka bumi 
> adalah perwujudan setan dalam menindas rakyat. Bukan mustahil 10-20 
> tahun ke depan sejarah kebangkitan rakyat seperti di Prancis, 
> Rusia, Cina, dan Indonesia, akan berulang. Hanya saja dalam gerakan 
> yang lebih masif & serempak, rakyat sedunia bersatu mengganyang 
> pemerintahan di negara masing-masing. 
> 
> Clean it! Kata si sontoloyo sambil menyebar tudingan ke 
> rakyat Eropa. 
> 
> Ya, kenapa tidak. Ayo bersihkan pemerintahan di dunia dari 
> kaki-tangan kegelapan! Kata kita.
>




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to