capek ngomong tuhan melulu versi uplik, bicara bentar mengenai indonesia...

indonesia dipersatukan oleh belanda. ini serius lho.
apakah ada indonesia sebelum belanda dateng ? Nddak ada !
dari yang deket aja deh, bulan kemarin saya mengunjungi candi reruntuhan 
kerajaan mataram, terus kita juga apan kenal jadinya ada majapahit, trus gimana 
cba hubungan majapahit dengan kerajaan sunda ? apan pas mau "besanan" itu gajah 
mada berubah pikiran dan pasukan kerajaan sunda yang niatnya cuma mau nganter 
bakal pengantin dibabat sama gajah mada pan ? itu sejarah.

kita masuk ke tahun 1945 ...
Wuuuuzzzzz !

beberapa saat sebelum proklamasi, kita apan kenal Badan Penyelidik Usaha-usaha 
Kemerdekaan Indonesia (atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai 
dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai atau Dokuritsu Junbi Chōsakai 
jp:独立準備調査会) adalah sebuah 
badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang pada tanggal 
29 April 1945 bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini 
dibentuk sebagai upaya mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia dengan 
menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI 
beranggotakan 67 orang yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) 
Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Ichibangase Yosio (orang Jepang) dan 
Raden Pandji Soeroso.

artinya apa coba ?
Sok ..itu ngapain Soekarno di rumah laksamana maeda coba ..?
anggep deh 17-8-1945 Indonesia merdeka. barulah lahir i n d o n e s i a. hukum 
nya ? undang undang nya ? Ya pakai yang ada aja. hukum belanda.

trus apan kita belajar agresi belanda 1 , agresi belanda 2 ... ibukota pindah 
ke yogyakarta...serangan umum 1 maret...yogya dibakar oleh tentara indonesia 
sebelum akhirnya tentara indonesia mundur dan bergerilya. artinya ? Belanda 
menang. semua wilayah indonesia kembali dikuasai belanda. presiden dan wakil 
presidennya ditangkep. sok ... wilayahnya sudah kembali dikuasai 
belanda...presiden dan wakil presidennya ditangkep ... trus di mana indonesia 
versi 17 agustus 1945 ?

terus apan muncul RIS ... terus baru ke cerita yang sampeyan sampaikan sampai 
terbentuknya NKRI.

Masalahnya ... ini hari ini kitateh negara federasi atawa republik ? Otonomi 
Daerah telah membuat sekian banyak provinsi tak beda layaknya sebagai negara 
bagian yang memiliki otonomi sendiri sendiri. nah... apakah ini masih sesuai 
dengan konsep 1945 ? atawa sudah kembali ke konsep RIS ?

debat - able. percuma bahas yang gitua, mending kita balik ke konsep arti kata 
"merdeka".

...
wuuuuzzz..... !

Merdeka itu apanan ibarat kertas putih. angka nol.
...
Jika kita renungkan, kata-kata "Negara merdeka" tidaklah bermakna apa-apa, 
apalagi "negara sudah merdeka". Negara yang memiliki kemerdekaan itu tidak 
ubahnya dengan kertas kosong yang siap dituliskan apa saja di atasnya, dengan 
gaya apa saja. Kemerdekaan bukanlah akhir yang membuat kita euforia ataupun 
terlena sehingga kita menjadi lengah, melainkan babak awal meraih kesempatan 
dalam menentukan pilihan cara membangunnya.

Seandainya negara merdeka itu ikan yang bisa dimasak dengan cara apa saja, 
apakah itu dipepes, dibakar, atau digoreng, kira-kira apa yang akan kita 
lakukan dengan kemerdekaan? Kita sebut saja kemampuan untuk membayangkan 
pilihan rasa yang akan terjadi melalui setiap cara memasak kita sebut visi, 
sedangkan cara memasak yang dipilih kita sebut misi. Dalam hal ini kita harus 
mampu membayangkan akankah ikan tersebut jadi enak bagi kita, dengan cara yang 
sesuai dengan pertimbangan karakteristik bahan alamiahnya, sehingga cara 
memasaknyapun tentu akan menjadi khas. Kemerdekaan sendiri ibarat kebebasan 
menentukan pilihan memasak menyertai kepemilikan ikan yang sudah ada.

Bagi suatu bangsa yang nampak "besar dan luas", mengambil inspirasi dari daun 
pakis, yakni setiap bagiannya menggambarkan keseluruhannya (fraktal), maka 
konsep tentang kemerdekaan  dari setiap individu menjadi penting untuk 
direplikasi ke dalam skala bernegara dan bermasyarakat, supaya terlihat 
konsistensi dalam cara membangunnya. Tidak akan ada kekuatan masyarakat, 
apalagi dalam skala bangsa jika tanpa kekuatan setiap individu sebagai komponen 
penyusunnya.

Walaupun perjuangan meraih kemerdekaan   telah dilakukan oleh para pahlawan 
yang bukan diri kita, tetapi setidaknya kita harus mampu merekonstruksi kembali 
tentang cita-cita dan harapan mereka menjadi cita-cita dan harapan kita. Inilah 
yang dimaksud oleh Soekarno dengan "Bangsa yang besar adalah bangsa yang 
menghargai perjuangan para pahlawannya".

Makna filosofisnya kita menjadi mengerti titik awal permulaan kita, sehingga 
mampu menarik benang merah ke mana kita akan melangkah. Secara harfiahnya, 
tidak mungkin mereka (para pahlawan) berjuang merebut kemerdekaan jika tidak 
memiliki konsep tentang membangun tatanan di atas kemerdekaan guna 
merealisasikan cita-citanya. Kata-kata itu sepadan dengan tidak mungkin 
berusaha mendapatkan ikan jika tidak terbayangkan cara memasaknya.  

Perihal masak-memasak, tidak mungkin menggunakan cara memasak dengan tiga cara 
sekaligus; dipepes, digoreng, dan dibakar. Apa rasanya?  Tetapi kenyataan itu 
terjadi dengan melihat ilustrasi berlangsungnya sistem pemerintahan di negeri 
ini setengah presidential dan setengah parlementer yang ketika adu kekuatan 
ibarat pertandingan, lalu hasilnya draw. Ini mencirikan bahwa kita tidak paham 
karakteristik bangsa kita sendiri atau setara dengan tidak tahu jenis ikan yang 
hendak dimasak menyebabkan kita bereksperimen dengan "cara memasaknya".

Ilustrasi perang kemerdekaan barangkali secara hakikiyah tidak lebih besar 
dibanding dengan perang melawan diri sendiri (hawa nafsu). Kemampuan memerangi 
"diri sendiri" bisa kita sebut sebagai kematangan. Kita bisa melakukan 
pendekatan dengan "Kenalilah musuhmu sebelum kamu mengalahkannya". Dari sini 
nampak bahwa keberhasilan memerangi diri supaya mampu mengendalikan diri akan 
mencapai hasil maksimal ketika kita mengenal diri sendiri.

Kemampuan dalam bidang apapun tanpa kematangan masih memungkinkan menghasilkan 
tindakan-tindakan fatal; overreact, impulsif atau bahkan destruktif, misalnya 
korupsi, konspirasi, atau blackmailing. Karena kenyataannya, ketidakmatangan 
berarti sebagian diri kita masih memiliki kandungan mental terjajah.

Akibatnya akan terjadi absurditas di dalam menentukan pola aturan, kebijakan, 
rencana, yang terkait dengan pembangunan. Kondisi-kondisi transisi acapkali 
kita alami tanpa bersambut persiapan bagi kemungkinan sistem baru yang mapan. 
Contohnya; galian pinggir jalan, tata kota, sistem transportasi, sistem 
pengelolaan energi, kurikulum pendidikan, dan seterusnya. Akibat yang dirasakan 
yakni kita semua menjadi seperti mendirikan bangunan di atas pasir pantai yang 
berubah terus karena senantiasa terkena ombak. Rupanya banyak penyandang 
kekuasaan yang terinprint memori semasa sekolah di usia belasan, ketika tidak 
ada guru lalu bersorak,"merdeka euy !", lalu suasana menjadi kacau.

Pentingnya pengendalian diri yang erat kaitannya dengan kematangan diri tampak 
dalam bidang apapun.   Walaupun di dalam kondisi normal tidak tampak terlalu 
nyata, tapi tak dapat disangkal bahwa kematangan akan tampak jelas pada cara 
mengambil keputusan di saat kondisi krisis.

Kita tidak bisa menyerahkan kemerdekaan diri kepada orang lain, apalagi kepada 
segelintir orang yang kurang, atau bahkan tidak bervisi, karena dipengaruhi 
berbagai kepentingan yang tidak relevan. Kita harus menyadari bahwa setiap 
individu adalah kontributor dalam pembangunan bangsa ini.  Maju atau hancurnya 
bangsa ini toh akhirnya akan ditanggung oleh setiap individu yang ada di negri 
ini.(bukan di pundak manusia macam uplik yang lair di indonesia namun jadi 
pecundang di negeri belanda ) Karenanya setiap individu harus punya pandangan 
menyeluruh, bekerja demi kemajuan bangsa, atau setidaknya menaruh perhatian 
atas bangsa ini melalui visi yang menyatu secara koheren.

Bahasa sederhananya setiap individu harus memiliki kesadaran berbangsa dan 
bernegara (walaupun kata-kata ini sudah menjadi tumpul di telinga kita karena 
berbagai sebab). Artinya kesadaran kita di dalam setiap tindakan, selalu 
mengalir melalui pertimbangan apakah tindakan tersebut akan menguntungkan atau 
merugikan bagi seluruh bangsa.

Setiap individu harus memiliki visi yang berdasar pada pemahaman akan makna 
kemerdekaan, sehingga setiap invidu mampu mewakili citra bangsa keseluruhan. 
Pada skala individu, transformasi kesadaran atau meditasi sangat relevan untuk 
dianalogikan dengan perjuangan merebut kemerdekaan. Tujuan meditasi dikenal 
dengan meraih pembebasan pikiran (liberation of mind). Meditasi dalam tahap 
pencerahan akan mengantarkan kita pada pencapaian kemandirian, menetapkan 
pilihan dalam menentukan tujuan hidup serta mengambil peranan secara all out. 
Dalam meditasi "ikannya" adalah diri sendiri. Mengenal diri menjadi awal pola 
membangun dan mengembangkan diri.

Setiap hari kita perlu menguji dengan menggulirkan pertanyaan ke dalam diri 
tentang upaya memberdayakan kemerdekaan diri yang dapat dikontribusikan dalam 
ajang membangun di atas kemerdekaan negeri. 

Kekuatan karakter dalam skala bangsa ditentukan oleh karakter setiap individu 
sebagai partisipan. Konsep mengisi kemerdekaan yang merupakan anugerah yang tak 
ternilai, hanya akan berhasil dilakukan secara bersama-sama oleh partisipan 
yang telah berhasil menyelami makna kemerdekaan. 

Terhadap kemerdekaan, kita bukan berhutang dalam perayaan, melainkan berhutang 
dalam membangunnya. Peringatan kemerdekaan merupakan langkah untuk merujuk 
kembali, meraih benang merah visi kemerdekaan dengan visi pembangunan di atas 
kemerdekaan negeri ini.

"Cut Paste" ini adalah upaya nyata saya ...
sebagai salah satu wujud "bakti pada sang guru - virtual"
yang telah membuat saya menjadi manusia yang "difference" dari "sebelumnya".

Semoga bermanfaat.
Pinpin,



--- In proletar@yahoogroups.com, Batara Hutagalung <batara44rh@...> wrote:
>
> 
> 
> Ternyata tidak banyak yang mengetahui, bahwa
> hingga detik ini (4.8.2013) pemerintah Belanda tetap tidak mau mengakui de 
> jure kemerdekaan Republik Indonesia
> adalah 17 Agustus 1945. Dan pemerintah Republik Indonesia MEMBIARKAN sikap
> pemerintah Belanda ini.
>  
> Untuk pemerintah Belanda, de jure kemerdekaan Indonesia adalah 27
> Desember 1949, yaitu ketika pemeri9ntah Belanda “melimpahkan kewenangan” 
> kepada
> pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS).
>  
> Di dalam RIS, Republik Indonesia hanya satu
> antara 16 “Negara bagian.”
> Kemudian satu persatu 15 “Negara Bagian”bentukan
> Belanda membubarkan diri  atau dibubarkan
> oleh rakyatnya, dan bergabung dengan Republik Indonesia.
> Pada 16 Agustus 1950 RIS dinyatakan bubar,
> dan pada 17.8.1950 dinyatakan berdirinya kembali NKRI berdasarkan proklamasi
> 17.8.1945.
>  
> Selengkapnya mengenai kejanggalan hubungan “diplomatik”
> RI-Belanda, silakan klik:
> http://batarahutagalung.blogspot.com/2013/03/kejanggalan-dalam-hubungan-diplomatik_20.html
>  
> Salam,
>  
> Batara R. Hutagalung
> Ketua Komite Utang Kehormata Belanda (KUKB)
>  
>  
> Kumpulan
> tulisan saya dapat dibaca di weblogs:
> http://batarahutagalung.blogspot.com
> http://indonesiadutch.blogspot.com
> http://10november1945.blogspot.com
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
>



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to