Teroris Islam lagi?

Belum tentu.

Tapi berita ini layak diikuti...

--

VIVAnews - Aksi teror terhadap polisi meningkat dalam tiga bulan terakhir. 
Sudah tiga polisi tewas ditembak orang tak dikenal di wilayah hukum Polda Metro 
Jaya. Sementara di daerah, aksi teror terhadap polisi juga banyak terjadi.

Anggota Komisi Kepolisian Nasional Adrianus Meliala yang juga kriminolog 
Universitas Indonesia meminta pemerintah serius mengatasi serangan pelaku teror 
terhadap negara. "Polisi memang lawan mereka. Sebenarnya yang dikejar Densus 
88, tapi karena tidak terlihat lalu yang jadi sasaran polisi," kata dia kepada 
VIVAnews, Minggu.

Serangan terhadap polisi menurut Adrianus, sejalan dengan kegiatan kelompok 
teroris yang sebelumnya juga mengancam pejabat negara hingga presiden.

Karena itu, pemerintah diminta tidak hanya menindak tegas untuk menghentikan 
aksi terorisme, namun juga harus mengantisipasi radikalisasi.

Terkait banyaknya aksi teror ini, seluruh anggota polisi sudah diimbau untuk 
menghilangkan atribut yang melekat pada kendaraan mereka. Sementara untuk 
kegiatan patroli juga harus dilakukan miniminal dua orang atau lebih, tapi 
penembakan masih terus terjadi.

Aksi teror dengan sasaran polisi di Jakarta, sudah terjadi enam kali selama 
tiga bulan terakhir. Ada empat aksi penembakan terhadap anggota polisi, satu 
kasus polisi dirampok saat sedang tugas, dan satu kasus penembakan di rumah 
polisi.

Pada 27 Juli 2013, pukul 04.30, anggota Satuan Lalu Lintas Wilayah Jakarta 
Pusat, Aipda Patah Saktiyono, ditembak di Jalan Cirendeu Raya, Ciputat, 
Tangerang Selatan. Peluru penembak tak dikenal ini tembus dada dari belakang 
hingga depan. Namun, nyawa Patah bisa diselamatkan.

Insiden serupa menimpa anggota polisi satuan Binmas Polsek Metro Cilandak, 
Aiptu Dwiyatna, 7 Agustus lalu. Dwiyatna ditembak di Jalan Otista Raya, 
Ciputat, Tangerang Selatan, sekitar pukul 05.00. Dwiyatna tewas setelah peluru 
menembus helm dan bersarang di kepalanya.

Sebulan kemudian, tepatnya pada 13 Agustus, rumah anggota Direktorat Narkoba 
Polda Metro Jaya, Ajun Komisaris Tulam, di Perum Banjar Wijaya Blok B 49/6 RT 
02/07 Cluster Yunani, Kelurahan Cipete Pinang, Kota Tangerang, ditembaki orang 
tak dikenal.

Aksi teror juga terhadap polisi juga terjadi di Tasikmalaya. Pelaku teror 
melempar bom rakitan di Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Rajapolah dan di 
Pos Polisi Jalan Mitrabatik, Kota Tasikmalaya. Pos Polisi di Jalan Mitrabatik 
dilempar bom rakitan pada 13 Mei. Satu orang pelaku tewas ditembak anggota 
Satuan Polisi Lalu Lintas usai melakukan perbuatannya.

Sementara aksi pelemparan bom rakitan di Polsek Rajapolah terjadi pada Sabtu 20 
Juli, sekitar pukul 02.00. Bom dilempar oleh seorang pengendara motor ke 
halaman kantor Polsek.

Bom tersebut berbentuk seperti panci presto yang berisi kabel ponsel berdaya 
ledak kecil, timah, dan paku. Petugas juga menemukan barang bukti berupa 
telepon genggam, remote control, dan bubuk mesiu. Barang-barang bukti itu, 
termasuk mesiu ditemukan dari bekas ledakan di pojok halaman kantor Polsek.

Puncaknya, 16 Agustus, Brigadir Kepala Maulana dan Aiptu Kus Hendratma, anggota 
Polsek Pondok Aren, Tangerang Selatan, tewas ditembak oleh orang tak dikenal.

Saat itu Aiptu Kus Hendratna mendatangi Mapolsek saat akan apel pukul 22.00. 
Saat mau masuk ke Polsek, Aiptu Kus dipepet dua orang yang mengendarai Mio 
hitam dan langsung ditembak pada bagian belakang kepala. Korban langsung 
terjatuh dan meninggal di tempat.

Melihat aksi tersebut, empat anggota lain yang tergabung dalam tim buru sergap 
mengejar pelaku. Kebetulan tim yang menggunakan mobil Avanza ini persis di 
belakangnya. "Anggota Buser kemudian menabrak motor pelaku."

Namun, mobil polisi itu terperosok ke got tanggul jalan. Pelaku yang turun dari 
motor datang dan menembak supir Avanza, Bripka Maulana, yang baru keluar dari 
pintu. Dia juga meninggal di tempat.

Penembak Terlatih
Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Pol. Rikwanto mengatakan, 
penembak polisi di Pondok Aren, Tangerang Selatan, diduga terlatih. "Dilihat 
dari cara dia melakukan, memilih waktu, memilih sasaran," ujarnya, Sabtu.

Rikwanto menambahkan salah satu indikasinya adalah jarak tembak antara korban 
dengan pelaku. "Dari kesaksian yang ada, tembakan berjarak 2-2,5 meter, baik 
yang pertama maupun yang kedua."

Dengan jarak seperti itu, pelaku bisa menembak dengan jitu. Kedua polisi yang 
menjadi korban ditembak hingga tewas. Dalam kasus ini, penembak harus memiliki 
mental kuat dan tingkat akurasi yang tinggi.

Rikwanto juga mengatakan terdapat kemiripan modus dalam rentetan penembakan 
polisi ini. Dari sepeda motor yang digunakan, mereka selalu berboncengan dua 
orang. Kemudian juga dilakukan pada malam atau dini hari. "Sasarannya selalu 
anggota kepolisian," katanya.

Polisi telah mendapatkan selongsong dan anak peluru di lokasi-lokasi 
penembakan, termasuk di Pondok Aren. Menurutnya, pelaku juga menggunakan 
kaliber peluru yang sama. "Di TKP selongsong dan anak peluru 9 mm, 90 persen 
sama pelakunya," ujarnya.

Namun, polisi tidak akan terburu-buru menyimpulkan apakah memang terdapat 
hubungan dalam beberapa kasus penembakan polisi yang terjadi. "Kami akan 
lakukan uji balistik lagi dan dibandingkan hasilnya," katanya.

Hingga Minggu, 18 Agustus, belum ada titik terang atas serangkaian penembakan 
ini. Di masyarakat beredar kabar bahwa penembakan ini berkaitan dengan 
banyaknya penggrebekan kartel narkoba. Namun kabar ini belum bisa dikonfirmasi.

Mabes Polri melalui Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigjen 
Polisi Boy Rafli Amar, menyebutkan ada kesamaan peluru antara yang digunakan 
penembak dua polisi di Pondok Aren, dengan beberapa kasus serupa di Sulawesi 
dan Jawa.

"Peluru kaliber 9,9 mm ini biasa digunakan para teroris. Amunisi ini diduga 
bagian dari penyelundupan senjata dari Filipina," kata dia di Mabes Polri.

Boy mengatakan, sebelum ini Abu Umar menyelundupkan senjata dari Filipina ke 
wilayah Poso, Sulawesi Tengah. Senjata dan amunisi itu kemudian digunakan oleh 
kelompok Abu Roban di Poso, dan juga pada beberapa kasus di pulau Jawa. 
"Seperti penembakan yang dilakukan Fahran cs di Solo, amunisinya juga sama," 
ujar Boy.

Saat ini polisi sedang mengembangkan hasil uji balistik ini. "Kami masih belum 
tahu ini senjata rakitan atau senjata pabrikan. Polisi masih mendalaminya," 
kata Boy.

Ia polisi kesulitan dalam mendeteksi senjata ini. "Bisa saja senjatanya 
rakitan, tapi larasnya pabrikan. Ini yang digunakan oleh banyak anggota teroris 
Poso pimpinan Abu Roban," ujar dia.

Laras-laras tersebut berasal dari senjata tua sisa konflik di Filipina yang 
diselundupkan. Laras-laras itu cocok dengan kaliber yang digunakan dalam 
berbagai penembakan, termasuk penembakan terhadap dua anggota polisi Polsek 
Pondok Aren, Tangerang Selatan.

Berdasarkan data proyektil dan uji balistik yang ditemukan di dua tempat 
kejadian perkara, polisi menduga ada keterkaitan penembakan ini dengan kelompok 
teroris. "Apalagi Tangerang termasuk daerah yang rawan dimanfaatkan kelompok 
teroris. Ada beberapa anggota teroris yang ditangkap di wilayah ini, salah 
satunya Dulmatin," kata Boy.

Untuk memburu para penembak tersebut polisi berkoordinasi dengan pihak TNI. 
Kordinasi ini dilakukan untuk mengumpulkan data dan langkah pencarian para 
tersangka.
"Koordinasi di jajaran intelijen, karena TNI juga memiliki intelejen. 
Diharapkan, jaringan intelejen TNI bisa memberikan informasi kepada kami," kata 
Boy.




------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to