Refleksi ala ambon tele_
Apa mau dikata, ibu si jusfik salah comot sperma, kecomot sperma beruk.  


Pendonor Sperma Dihadiahi Uang Saku Rp 9 Jutaan

TRIBUNNEWS.COM, JIANGSU – Sperma ternyata punya
nilai ekonomis tinggi. Betapa tidak, ada sebuah bank sperma yang bersedia
membayar sampai Rp 9 juta lebih kepada para pendonor. Pastinya kaum adam!
Bank sperma di rumah sakit Jiangsu, China, itu serius dengan penawarannya.
Segepok duit itu siap diberikan ke pendonor. Tentunya dengan syarat-syarat yang
ketat. Sebut saja dari usia, si pendonor mesti berusia di rentang 20-50 tahun,
berpendidikan, dan fisiknya sehat.
Tawaran itu gencar disampaikan kepada mahasiswa. Bank sperma berharap
mendapatkan banyak stok sperma dengan kampanye seperti itu. Sayang, kampanye
itu tak berjalan sesuai rencana.
Seperti Tribunnews.com kutip dari Wantchinatimes.com, justru banyak
mahasiswa yang memanfaatkan tawaran sebagai calo pendonor. Seorang mahasiswa
mengaku mendapat honor sampai 2000 yang atau hampir Rp 2 jutaan karena berhasil
mendapatkan calon pendonor.
Di China, sedikitnya terdapat 11 bank sperma yang beroperasi. Mereka
mengalami kesulitan karena pendonor sperma sangatlah langka. Pernah dalam satu
kasus terungkap ada sekelompok mahasiswa yang dipaksa mendonorkan spermanya
saat tur ke bank sperma.
 

________________________________
 Dari: ajeg <ajegil...@yahoo.com>
Kepada: proletar@yahoogroups.com 
Dikirim: Selasa, 3 September 2013 14:54
Judul: Re: [proletar] Mengenang Maria Eva Kumalasari ( anak )
 


  

Cerita yang bersinar ya dek. 

Cuma sayang tulisan orang lain. 
Coba dong lu bikin tulisan manyala kayak gini. 

Betewe, Maria Eva Kumalasari itu siapa, anak siapa? 
Apa hubungannya sama cerita ini? 

--- "kim" <kimhook@...> wrote:

> PANDANGAN pria bertopi hitam itu nanar. Wajahnya tegang mengeras. 
> Kedua tangannya membopong Elizabeth Manuela Babina Muzu alias 
> Nunuk, 5 tahun, yang penuh luka. Setengah berlari dia menyibak 
> kerumunan massa.
> 
> Wartawan mengabadikan aksinya. Foto itu esoknya menghiasi halaman 
> depan media massa.
> 
> Siapa pria penolong itu ?. Manuel Muzu, ayah Nunuk, pria asal 
> Italia, mencarinya ke mana-mana. Diantar mobil Toyota Kijang, 
> sembari menenteng koran buram yang memuat foto itu, Manuel 
> menyusuri kawasan Kuningan, Jakarta. Kerumunan tukang ojek di depan 
> kampus Perbanas hanya menggeleng ketika disodori gambar itu.
> 
> Jawaban sama didapat dari tukang ojek di samping Rumah Sakit MMC. 
> Wartawan Gatra juga berupaya mencari pria yang menolong Nunuk itu.
> 
> Pedagang kaki lima di sekitar Kedubes Australia tidak ada yang 
> mengenalnya.
> "Mungkin orang jauh yang kebetulan lewat," kata seorang tukang ojek 
> di depan kampus Perbanas.
> 
> 
> 
> Seorang petugas satpam Kedubes Australia mengatakan, pria itu 
> adalah anggota Brimob. Memang, perawakan laki-laki berkumis itu 
> kekar. Tapi, ketika ditanyakan pada anggota pasukan Brimob yang 
> berjaga di kantor perwakilan Australia itu, mereka serempak 
> menggeleng. "Bukan anggota kami," kata seorang dari mereka.
> 
> 
> Lalu, siapa pria yang menolongmu, Nunuk?
> 
> Titik terang muncul ketika seorang tukang ojek di samping Rumah 
> Sakit MMC mengaku lupa-lupa ingat dengan wajah pria itu. Dia 
> mengundang teman-temannya untuk mencoba menggali ingatan. 
> "Sepertinya pekerja proyek di Pasar Festival," katanya. Yang lain 
> menimpali bahwa pekerja di proyek itulah yang pertama kali berlari 
> menuju lokasi setelah ledakan.
> 
> Akhirnya Gatra bertemu dengan Achmad Usman. Ya, inilah dia. Pria 
> berusia 37 tahun ini adalah teknisi saluran udara air conditioner 
> di lantai dasar Pasar Festival, 300 meter dari Kedubes Australia. 
> Achmad sedang asyik bekerja ketika tiba-tiba ada suara ledakan.
> 
> "Tubuh saya bergetar. Saya kira ada lift jatuh," katanya. Ayah 
> empat anak itu kontan menghambur keluar bersama teman-temannya. 
> Pekerja PT Trikarsa itu mendekati lokasi ledakan. Ia mendapati 
> tubuh-tubuh sudah bergelimpangan di jalanan. Bau bahan kimia 
> menyengat hidung.
> 
> Achmad Usman berusaha menolong orang-orang yang terluka. "Kami 
> dahulukan yang hidup," katanya. Ketika itu, dia melihat teman-
> temannya tengah menolong korban bertubuh besar. "Saya berusaha 
> membantu karena kelihatan berat," katanya. Saat itulah matanya 
> mengarah pada Nunuk, bocah cilik yang penuh luka.
> 
> Saat itu sebenarnya sudah ada orang yang memangku Nunuk. "Orang itu 
> saya dengar berteriak minta tolong," ia menjelaskan. Bocah itu 
> lantas direngkuhnya dalam gendongan. "Saya memilih jangan sampai 
> menyentuh lukanya," katanya. Karena itu, dia menyangga bagian kaki 
> dan leher.
> 
> Saat itu, Nunuk pingsan. Pria asal Mangga Besar, Jakarta Barat, ini
> membopong Nunuk ke sebuah mobil, karena mengira bocah cantik itu 
> telah meninggal. Begitu dibaringkan di jok mobil, tiba-tiba Nunuk 
> bergerak.
> 
> Matanya terbeliak, tubuhnya mengejang.
> "Mama, Mama...," Nunuk merintih lemah.
> 
> Pria yang membopongnya teringat anaknya yang tak tertolong.
> 
> Kontan air mata Achmad berlinang. "Mirip saat anak saya akan 
> meninggal," katanya dengan raut muka sedih. Menurut dia, saat itu 
> putri bungsunya baru berusia tiga bulan. Tiba-tiba sakit panas, dan 
> kejang. "Matanya terbeliak persis dia," katanya. Saat itu, dia 
> terlambat membawa anaknya ke rumah sakit.
> 
> Tidak mau kehilangan "anak" kedua kalinya, Achmad menggendong Nunuk 
> kembali, dan setengah berlari menuju rumah sakit terdekat. "Allahu 
> Akbar!" teriaknya berulang-ulang. Orang-orang yang berkerumun 
> menepi memberi jalan.
> Orang-orang yang bergerombol di depan rumah sakit juga memberi 
> jalan.
> Akhirnya Nunuk dibaringkan di ruang gawat darurat.
> 
> Saat itu, Achmad baru sadar tangannya yang tadi menyangga leher 
> Nunuk berlepotan darah.
> 
> Sore harinya, ketika pulang kerja, Achmad langsung menuju pusara 
> anaknya.
> "Saya berdoa di sana," katanya. "Jika Nunuk hanya akan menjadi beban
> keluarga, silakan ambil, ya, Allah. Namun, jika dia kelak berguna 
> bagi keluarganya, maka selamatkanlah."
> 
> Sejak itu, Achmad selalu terbayang pada Nunuk. "Anak itu selamat 
> nggak, ya?" tanya Achmad kepada Gatra.
> 
> "Alhamdulillah," katanya bersyukur ketika diberitahu bahwa Nunuk 
> dirawat di Singapura.
> 
> (Gatra)
>


 

[Non-text portions of this message have been removed]



------------------------------------

Post message: prole...@egroups.com
Subscribe   :  proletar-subscr...@egroups.com
Unsubscribe :  proletar-unsubscr...@egroups.com
List owner  :  proletar-ow...@egroups.com
Homepage    :  http://proletar.8m.com/Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    proletar-dig...@yahoogroups.com 
    proletar-fullfeatu...@yahoogroups.com

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    proletar-unsubscr...@yahoogroups.com

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/

Reply via email to