http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=209750
Kamis, 02 Feb 2006, Pastikan Dompetmu tanpa Kondom Oleh Sukarni Indonesia merupakan negeri pusat sensasi. Banyak kalangan yang seenaknya saja mengeluarkan statement, kebijakan, guyonan, bahkan program yang membuat masyarakat tercengang. Masyarakat, baik perseorangan, kelompok, maupun lembaga, juga mengerutkan dahi. Eh, pemerintah yang memiliki fungsi penetrasi terkadang ikut-ikutan menjadi aktor pencipta sensasi. Kali ini aktor dalam opera Negeri Jamrud Khatulistiwa bernama BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional). Sebab, lembaga itu bukan aktor kelas teri yang baru belajar soal akting dan dialog, juga sosok kreator properti pementasan. Terciptalah mahakarya bernama ATM kondom. ATM kondom dimaksudkan sebagai solusi konkret untuk menekan perkembangan penyakit HIV/AIDS. Di Indonesia, salah satu penularan HIV/AIDS di terbesar lewat hubungan seks. Pemanfaatan ATM 24 jam sangat mudah diakses. Hanya dengan memasukkan uang logam lima ratus rupiah, kondom akan keluar sendiri. Pusat-pusat keramaian, seperti perempatan jalan raya, pasar, atau mal, menjadi titik penempatan ATM kondom. Kehadiran ATM kondom yang menuai pro dan kontra, entah dinilai sebagai hal negatif atau positif, dalam logika sensasi merupakan jalan kesuksesan sensasi. Semakin banyak yang membicarakan berarti nilai sensasi semakin tinggi. Terlebih lagi, ada usul ATM kondom masuk kampus. Semakin luaslah jaringan distribusi kondom. Kita ketahui berama, sebelum kondom di-ATM-kan, orang yang ingin membelinya harus ke apotek. Laiknya produk permen, kondom juga memiliki beberapa rasa buah, seperti jeruk, stroberi. Bila dilihat dari kacamata ekonomi, kondom merupakan produk bernilai ekonomi yang disiapkan untuk meraup uang dengan menjaring pembeli sebanyak-banyaknya. Pada kondisi seperti itu, kondom bukan merupakan produk dengan murni fungsi, tetapi sudah bercampur dengan rasa kesehatan, ekonomi, sosial, moral, bahkan agama. Fungsi kondom sebagai alat kontrasepsi untuk menunda kehamilan bagi pelaku seksual mengalami perkembangan, malah kenderung pada ekses negatif. Jangan-jangan, awam berkesimpulan hubungan seksual di luar nikah diperbolehkan asal memakai kondom. Parahnya, jika remaja ABG juga coba-coba mengonsumsinya. Uang saku mereka sangat lebih untuk mendapatkan lima buah kondom aneka rasa. Maka, ATM kondom tidak tepat bebas beredar di tempat umum. Tujuan awal agar para pelaku terhindar dari penyakit kelamin bisa menjadi daftar menu keresahan masyarakat, terutama orang tua. Sebab, persoalan seks bebas di Indonesia bukan sekadar kasus PSK (pekerja seks komersial) dengan para hidung belang yang memiliki bertumpuk uang, tetapi juga seks bebas yang menjangkiti remaja. Jika bicara Barat, luar negeri, keperawanan dan seks bukan hal sakral. Tetapi, ketika bicara Timur, Indonesia, budaya dan agama sangat mensakralkannya. Bukan hanya pada soal keperawanan, moral, tetapi memasuki falsafah sosial dan kesehatan. Jika tidak melakukan seks bebas, penyakit kelamin tidak akan menjadi momok. Apalagi, Indonesia sejak lama merupakan negara yang ramah tamah sehingga banyak dikunjungi warga negara lain. Produk-produk yang berbau pornografi sangat mudah ditemukan. Pornoaksi pun banyak digelar dan bisa dikonsumsi masyarakat dengan harga murah. Jika seperti itu, mau apalagi! Impitan ekonomi dan persoalan hidup warga Indonesia menjadikan seks sebagai salah satu hiburan. Kemunculan ATM kondom tak lama lagi diikuti penerbitan Majalah Playboy edisi Indonesia. Keran-keran kebebasan tersebut bisa jadi kebablasan. Karena itu, berkaitan dengan ATM kondom, ada hal-hal yang harus disiapkan, baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Pertama, aturan main. Pemerintah harus memberikan aturan main yang jelas. Siapa saja yang boleh memanfaatkan fasilitas ATM kondom. Umur berapa minimal bisa mengakses ATM kondom? Tanpa aturan yang jelas, kebijakan tersebut justru akan dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang bertanggung jawab. Penempatan ATM di pusat keramaian tidak akan terkontrol, lebih baik di depan apotek-apotek atau depan rumah sakit. Tempat-tempat itu juga memiliki ekses yang cukup strategis. Kampus jangan sampai menjadi salah satu penempatan ATM kondom. Mahasiswa sudah memiliki logika untuk berpikir, kemanfaatan atau kemadaratan seks bebas? Kedua, budayakan malu seks bebas. Selenggarakan pemilihan duta, mulai kalangan ABG hingga yang sudah berkeluarga. Pemerintah harus mampu meyakinkan masyarakat bahwa seks di luar nikah sangat berbahaya dan tidak sehat. Ketiga, penanggung jawab ATM kondom. BKKBN harus menempatkan petugas pengontrol. Hal itu bisa dikoordinasikan dengan apotek maupun rumah sakit. Keempat, pendampingan pada dunia pendidikan. BKKBN harus menggandeng Departemen Pendidikan Nasional Dan Departemen Agama untuk memaksimalkan kualitas hasil yang diinginkan. Saya yakin, peran agama dengan pendekatan ilahiah berpotensi membuka hati nurani. Jika mereka menyadari nikmatnya seks sehat, seks di luar nikah tentu tidak akan dipilih. Mereka akan memilih seks yang penuh ketenangan dalam bingkai rumah tangga. Keempat hal itu perlu disiapkan untuk menjawab sensasi aktor BKKBN, marilah kita buktikan bahwa kekhawatiran lembaga pemerintah berlebihan. Bangsa Indonesia akan mencitrakan sebagai negara nonblok seks bebas. Maka buktikan, isi dompet bangsa Indonesia hanya ada uang, foto pacar, suami atau istri, surat-surat penting, seperti SIM, kartu kredit, atau KTP, serta tak ada kondom! Pastikan dompetmu tanpa kondom! * Sukarni, mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Jogjakarta [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/