Ini mungkin sama dengan masalah orang pakai helm.
Dalam pemikiran polisi : banyak kecelakaan sepeda
motor yang menyebabkan kematian karena korban
tidak memakai helm .
Dalam benak ulama ( yang sok moralis ) : Kematian itu
takdir Tuhan, kalau sudah waktunya mati ya mati
walaupun sembunyi dalam bungker setebal 5 meter
sekalipun gak bakalan bisa lari. Nyatanya si Udin
kemarin enak2an jalan kaki dipinggir jalan disambar
bus mabuk dan modar. Malah bisa2 helm itu bisa
memicu orang ngebut, karena orang yang make helm
merasa aman kalau jatuh jadi mereka akan ngebut
sekencang2 nya.



On Wed, 1 Feb 2006 00:19:18 +0100
  "Ambon" <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_c&id=209648
> 
> Rabu, 01 Feb 2006,
> 
> 
> 
> 
> ATM Kondom v Moral
> Oleh Windo Wibowo 
> 
> 
> Langkah yang diambil pemerintah, tepatnya melalui Menko 
>Kesra, mengenai keberadaan ATM kondom sebagai tindakan 
>preventif atas penyebaran dan penularan HIV/AIDS tampak 
>tidak melalui refleksi yang mendalam dan penglihatan yang 
>komprehensif. Kebijakan itu bersifat superficial serta 
>parsial dan tidak menempuh kalkulasi nilai-nilai martabat 
>manusia sebagai makhluk moral.
> 
> Keberadaan ATM kondom tersebut seolah menggambarkan 
>ketidakmatangan dan kekeringan pemahaman pemerintah dalam 
>menggiring bangsa ini ke ranah derajat yang lebih 
>bermartabat dan berwibawa. ATM kondom itu adalah indikasi 
>nyata gambaran manusia bangsa ini? 
> 
> Kenapa?
> 
> Ada beberapa alasan mengapa penulis mengemukakan hal 
>itu. Pertama, promosi penanggulangan penyebaran dan 
>penularan HIV/AIDS oleh pemerintah hanya di-pressuring 
>pada relasi seksualitas saja. Sementara itu, faktor lain, 
>terutama jarum suntik narkoba, kurang mendapat 
>perhitungan. 
> 
> Padahal, jarum suntik narkoba ditengarai berpotensi 
>tinggi dan medium yang efektif dalam peningkatan 
>HIV/AIDS, seperti provinsi-provinsi yang sudah tergolong 
>dalam Concentrated Level Epidemic AIDS, yaitu DKI 
>Jakarta, Papua, Bali, Riau, Jawa Timur, dan Jawa Barat.
> 
> Karena itu, permasalahan mengenai HIV/AIDS harus 
>dipandang dengan holistik, tidak terpisah-pisah, sehingga 
>solusi yang ditawarkan pun tidak partikular. Pendekatan 
>yang menonjol dalam pemecahan pemerintah terhadap kasus 
>peningkatan HIV/AIDS adalah keinginan cepat beres, bukan 
>bagaimana keadaan itu dapat memberi dampak baik sekaligus 
>dampak berperilaku sehat dalam kehidupan masyarakat. 
> 
> Hal itu dimaksudkan agar masyarakat dapat berperan aktif 
>dan melahirkan integritas diri dalam memandang sesuatu 
>sehingga bertindak benar terhadap sesuatu. Bukan 
>sebaliknya, pemerintah malah memfasilitasi alat untuk 
>berbuat persetubuhan yang akan mengendurkan integritas 
>manusia, apalagi konsumen ATM kondom tersebut dapat 
>diyakini adalah mereka yang pranikah.
> 
> Dari narasi tersebut, keberadaan ATM kondom dapat 
>berkonsekuensi terhadap pelegalan tindakan prostitusi 
>atau hubungan seksual tanpa ikatan (pranikah). Dengan 
>kata lain, ATM kondom yang dipromosikan pemerintah (Menko 
>Kesra) seakan mengafirmasi tindakan perzinaan dan 
>pelacuran yang dapat dilakukan lapisan masyarakat mana 
>pun, dari golongan mana pun, dan bahkan bisa terjadi di 
>mana pun. 
> 
> Karena itu, perzinaan dan pelacuran yang diyakini 
>sebagai penyakit masyarakat itu pelan-pelan disetujui 
>pemerintah (Menko Kesra), yang berarti, pemerintah mulai 
>menggiring sendiri masyarakatnya kepada taraf 
>demoralisasi dan degradasi etis.
> 
> Dari hal di atas, penulis kira alasan kedua adalah, 
>kemunculan ATM kondom merupakan kolonialisme norma 
>masyarakat. Hal itu saling berkaitan dengan apa yang 
>sebelumnya disebutkan. 
> 
> Nilai-nilai masyarakat yang telah dapat membawa manusia 
>kepada taraf makhluk moral, pada akhirnya harus terkikis, 
>sedikit banyak, di tengah jalan dengan diberlakukannya 
>ATM kondom. 
> 
> Dengan alasan keberadaan tersebut, tidak mengedepankan 
>prinsip-prinsip nilai, kesetiaan pada keluarga, dan 
>penekanan yang tidak jelas, siapa yang berhak dan tak 
>berhak mengonsumsinya, apa ada pelanggaran dan sanksi 
>yang diberikan kepada orang yang tidak berhak, ataukah 
>semua warga bangsa ini berhak mengonsumsinya tanpa 
>perbedaan kelas, termasuk kelas umur. 
> 
> Hal itu semua belum jelas sehingga menimbulkan krisis 
>komunikasi yang berakibat munculnya titik tolak 
>keberadaan ATM kondom versus moral.
> 
> Ketiga, pemerintah berparadigma melalui pendekatan 
>kesehatan semata, tanpa melibatkan perilaku. Maksudnya, 
>permasalahan penularan virus HIV/AIDS bukan semata 
>permasalahan penyakit, namun juga permasalahan perilaku. 
>Permasalahan inilah yang seharusnya dapat dikomunikasikan 
>secara strategis oleh pemerintah.
> 
> Berbagai penyakit masyarakat yang mengawali perbuatan 
>menyimpang disebabkan perilaku, baik dari latar belakang 
>tinggi-rendahnya pendidikan, ada atau tidak adanya peran 
>agama dan pengetahuan. 
> 
> Komunikasi sebagai alat bantu perbaikan keadaan harus 
>didasari model perubahan perilaku yang akan mempengaruhi 
>perilaku kesehatan masyarakat, termasuk juga dalam sikap 
>pendekatan terhadap virus HIV/AIDS. James O. Prochaska 
>mengembangkan model the Stages of Change Theory yang 
>melibatkan psikoterapi terdiri atas 5 (lima) langkah, 
>satu di antaranya adalah menyadari adanya perilaku baru 
>dan kemudian secara berproses mengadopsinya. 
> 
> Hal yang sama juga diterapkan program pencegahan AIDS 
>yang juga melibatkan 5 (lima) tahap; pengetahuan 
>kesadaran akan risiko potensial, motivasi untuk berubah, 
>mencoba perilaku baru, serta adopsi dan menjaga perilaku 
>baru tersebut. 
> 
> Model lain yang digunakan untuk pencegahan AIDS adalah 
>Health Belief Model, AIDS Risk Reduction Model, The 
>Stages of Change Model, Social Cognitive Theory, 
>Diffusion of Innovation, Harm Reduction, dan Theory of 
>Reasoned Action ( Population Reports, Seri H No 9 Barrier 
>Methods, Vol. 27 No. 1, April). Hal ini yang kurang 
>terperhatikan. 
> 
> Pemerintah sebagai kendaraan komunitas berbagai suku 
>bangsa seharusnya mengemban tugas memanusiakan manusia, 
>yakni meningkatkan taraf insani manusia sebagai makhluk 
>yang bermoral. Hal inilah salah satu di antara sekian 
>faktor penentu tinggi rendahnya wibawa dan martabat 
>pemerintah. Dalam setiap perubahan dan perbaikan yang 
>dikehendaki, tidak dapat dipisahkan dari prioritas 
>kemajuan moralitas putra-putri bangsa.
> 
> *. Windo Wibowo, mahasiswa Ilmu Pengetahuan Budaya 
>(FIB),Universitas Indonesia, Depok 
> 
> [Non-text portions of this message have been removed]
> 
> 
> 
> Post message: [EMAIL PROTECTED]
> Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
> Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
> List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
> Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
> Yahoo! Groups Links
> 
> 
> 
> 
> 
> 

========================================================================================
Speedy Gift 4 You. Pasang Speedy gratis Flexi Trendy dan berhadiah undian : 
3 Notebook, 7 Handycam, 9 Digital Camera, dan 25 Modem ADSL. Maaf hanya untuk 
Januari 2006. 
Info : 147 (Khusus Jawa Timur)
========================================================================================
Dapatkan hosting tercepat dengan bandwidth tak terbatas. Hanya di 
http://www.hostingkilat.com
========================================================================================
 


Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke