Yudis, Bisa Jadi ConToh

Tidak tamat SMU, bukan berarti madesu (masa depan suram). Lewat "kendaraan" 
MLM, Yudis punya bonus puluhan juta. Sebuah mobil, walau belum sekaliber BMW, 
berhasil dimiliki. 
          
  Yudisgita William Purnomo
            Bom Bali ternyata membawa "berkah" bagi Yudisgita William Purnomo 
(19 tahun). Sebab, gara-gara bom durjana itu, anak muda ini gagal ke Amerika 
Serikat. "Visa saya ditolak," ujar remaja perawakan jangkung ini. Di sana 
niatnya bekerja.   Maklumlah, saat itu gaji di negeri Paman Sam, mencapai 1 
.000 dolar. "Nah, kalau di-kurs-kan ke rupiah, sa-ngat lumayan," ujarnya 
tertawa.
  Gagal ke Amerika, membuatnya terdampar di MLM. Kelahiran Jakarta, 25 Agustus 
1984, ini tercatat sebagai distributor Revell, tepatnya April 2003 lalu. 
  Setelah enam bulan bergelut di situ, prestasinya luar biasa. la masuk 
kualifikasi kepemilikan mobil. "Karena berhasil mempertahankan 6 kali 
kualifikasi, saya dapat mobil," tuturnya. Mobilnya berupa Honda Jazz. 

Berapa bonusnya? Tawanya mengembang. "Buat saya yang masih muda, itu sangat 
luar biasa," ujarnya, tanpa menyebut nilai nominalnya. Tapi, dengan peringkat 
Grup Director termuda, banyak menyebut mencapai puluhan juta. Padahal, latar 
belakangnya sederhana. la tak tamat SMU, sedang orang tuanya punya toko yang 
menjual spare part mobil. 

Karena itu, Yudis-demikian sapaan akrabnya, sependapat network marketer profesi 
masa depan, yang dapat digeluti oleh siapa saja. Maklumlah, bisnis ini tak 
mewajibkan secarik lembar ijasah, modal yang dikucurkan relatif keciI. "Modal 
di bisnis ini adalah kemauan dan keseriusan. Saya yakin, siapa yang serius, 
pasti akan berhasil. Sebab, saya sudah membuktikan," tuturnya. 

Bahkan, bukan hanya finansial yang meningkat. Juga pengembangan pribadi. 
Sebagai bukti, Yudis menyebut dirinya. Dulu, ia sangat tertutup, tidak pandai 
bicara dan kurang peduli sama orang lain. Tapi, setelah digembleng di MLM, 
perubahannya sangat signifi-kan. "Yang paling saya rasakan, kepedulian sama 
orang lain," tegasnya, seraya membenarkan pendapat Robert T. Kiyosaki 
keberhasilan di MLM ditentukan dua hal: membantu diri sendiri dan orang lain. 

Gara-gara Robert pula, Yudis mengaku kepincut pada MLM. Maklumlah, pria 
keturunan Jepang asal Hawaii, Amerika Serikat, ini memberikan pujian selangit 
tentang MLM. Di Bukunya - Cashflow Quadrant, dia mengkelompokkan MLM sebagai 
kuadrannya Business Owner (pemilik bisnis). Indikatornya, uang bekerja pada 
mereka, di mana penghasilan ditentukan oleh waktu dan kerja orang lain. "Nah, 
sementara di usaha konvensional membutuhkan modal yang tidak kecil," tambahnya. 
Lagipula, usaha itu tidak bisa ditinggalkan. 
  "Selamanya dipegang. Sulit dilepas. Ya, saya lihat mama saja," ujarnya 
tertawa. Sedang di MLM waktunya sangat longgar, punya sejuta kawan dan membantu 
orang lain. "Kepedulian itu benar-benar saya rasakan," jelas Yudis, yang 
mengaku punya downline sekitar 1.800. Dari jumlah itu, paling banyak ada di 
Jakarta. la yakin jumlah itu akan terus berkembang, seiring insentifnya 
training yang dilakukan Revell.
  Karena berkembangnya kepribadian, Yudis sangat setuju jika MLM mulai 
diperkenalkan di SMA. "Waktu sekolah, saya tidak diajarkan tentang uang. 
Padahal itu sangat penting," jelasnya. Tapi, bukan berarti "ilmu" di sekolah 
tidak bagus. Cuma terkadang jarang di-aplikasikan. "Kebetulan saya tidak 
ku-liah. Jadi belajarnya hanya di Revell," akunya. Hanya dalam 3 bulan, 
ditam-bah membaca buku, ia mengaku me-Iek tentang finansial. 

Optimalkan Waktu
  Tri Darma, upline dari Yudis, menganggukkan kepala..la mengaku, kuliah 
bukanlah "kendaraan" untuk menjadi kaya. "Tapi sekadar hidup aman, itu sangat 
betul," jelas mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara yang sedang 
menyelesaikan skripsinya ini. Makanya, ketika di SMA, ia mulai nyambi membuat 
beberapa usaha, seperti menjual Bakpau, internet dan sebagainya. Walau gagal, 
usaha itu dinilainya untuk menumbuhkembangkan mental entrepreneurnya. 
   
          
             Ketika kuliah, barulah ia melek tentang finansial, setelah melahap 
bukunya Robert tersebut. Sejak itu, anak muda kelahiran Jakarta 12 Juli 1981, 
mencari tahu tentang MLM. la sempat menjadi anggota perusahaan MLM terkemuka di 
dunia. "Saya makin terke-jut, di dalamnya banyak profesional yang menjadi 
member," ujarnya. Bah-kan saudaranya yang terbilang sukses, juga bergabung 
menjadi member.   "Walau tak berhasil, banyak pembelajaran yang saya peroleh. 
Setidaknya melatih men,tal," ujar Along, demikian sapaan akrabnya, yang mengaku 
tidak kecewa. Di situ kiprahnya setahun lebih. 
  Dan, tanpa disengaja - saat di kampus, ia mendengar adik kelasnya memprospek 
seorang temannya ke Revell. Kebetulan dirinya saat itu mencari produk yang pas 
- menengah ke bawah, tak menyia-nyiakan. "Saya langsung minta brosur dan 
penjelasannya," kenangnya tertawa. Akhirnya, setelah dipelajari, ia bergabung 
di Revell. Alasannya sangat sederhana: selain produk, targetnya sangat mudah. 
"Tidak nyelimet," ujarnya. Lebih-Iebih setelah melihat management komitmen 
"membesarkan" anggotanya. 

"Saya tidak melihat perusahaan itu besar atau kedl. Yang penting misi, visi dan 
komitmennya. Kalaupun besar tapi tidak komitmen, kan percuma," tambahnya. la 
mengaku bergabung dengan Revell September 2002. Hasilnya? Maret 2004 lalu 
mencapai peringkat Senior Croup Director, plus sebuah mobil dan jalan-jalan 
keluar negeri. Dari bonus, sekitar puluhan juta, ia punya apartemen dan 
beberapa usaha lainnya. 
   
  "Pokoknya saya mengikuti Robert Kiyosaki, bagaimana uang bekerja untuk kita. 
Dari uang itu kita bisa mewujudkan imp ian," tambah bungsu dari tiga bersaudara 
ini. Pria bertubuh atletis ini tengah membidik BMW Z-4 dan Honda Sport. Kedua 
mobil itu berpintu dua. "Mudah-mudahan tahun depan ya," ujarnya tersenyum. 
   
  Ke depan, Along tetap di jalur MLM, walau menyandang gelar sarjana ekonomi. 
Maklumlah, peluang bisnis ini sangat terbuka. Bukan hanya dilihat dari 
populasinya sebagai negara kelima terbesar di dunia, tapi juga memberikan 
pencerahan sesama anak muda. Sebab, sesuai hasil survei, setiap tahunnya ada 10 
ribu lulusan perguruan tinggi. Dari jumlah itu hanya sekitar 6 ribu yang 
terserap. "Sisanya, 4 ribu itu mau ditampung ke mana," tanyanya. Di sinilah MLM 
dapat memberikan kontribusi mengurangi tingkat pengangguran. 
   
  Lainnya, kata Along, memberikan pencerahan tentang manajemen waktu. Soal 
waktu, itu mencerminkan keadilan Tuhan. "Semua diberikan waktu 24 jam. Tidak 
ada yang lebih dan kurang. Tapi, kenapa ada kava dan miskin?" tanya Along. 
Letaknya tak lain adalah mengoptimalkan waktu sedemikian rupa. Maka, sesama 
mahasiswa, ia sering mengingatkan jangan ber-main dengan waktu. 
   
  "Artinya, jika kita selesai kuliah belum menjamin dapat pekerjaan, kenapa 
waktu luang itu tidak dimanfaatkan," tambahnya. Di sinilah MLM bisa dijadikan 
pilihan, mengingat waktunya yang sangat fleksibel, tidak terikat pada ruang. 
"Jadi, MLM itu sangat layak dijadikan profesi masa depan, asalkan dari sekarang 
menginvestasikan waktu," ujarnya mengakhiri obrolan dengan berkata "SEGERA JOIN 
REVELL SEKARANG JUGA!". 
   
  Daftar di www.revellglobal.tk
   
  thanx

                        
---------------------------------
 Yahoo! Mail - Helps protect you from nasty viruses.

[Non-text portions of this message have been removed]



Post message: [EMAIL PROTECTED]
Subscribe   :  [EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe :  [EMAIL PROTECTED]
List owner  :  [EMAIL PROTECTED]
Homepage    :  http://proletar.8m.com/ 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/proletar/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Reply via email to