http://www.detiknews.com/index.php/detik.read/tahun/2006/bulan/02/tgl/04/time/185149/idnews/532523/idkanal/10 Peringatan Imlek SBY: Birokrasi Masih Diskriminatif kepada Warga Keturunan Luhur Hertanto - detikcom
Jakarta - Meski sudah terjadi perubahan politik, efek perlakuan diskriminatif masih terlihat dari belum optimalnya birokrasi pelayanan publik terhadap WNI keturunan Tionghoa. Presiden SBY mengakui masih banyak terjadi salah paham dan salah pengertian terhadap warga keturunan sebagai akibat kebijakan di masa lampau. "Kita tidak ingin diskriminatif. Kita berubah," tegasnya dalam sambutan puncak peringatan Hari Raya Imlek 2557 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Sabtu (4/2/2006). Sejak reformasi, tutur dia, telah banyak dilakukan perbaikan konstitusi dan aturan perundangan lainnya untuk mengakomodir hak-hak warga keturunan, seperti bidang politik dan pemerintahan yang sebelumnya tertutup, kini terbuka lebar. "Banyak warga keturunan yang kini menjadi anggota parlemen, bahkan memenangkan pemilihan kepala daerah," kata SBY yang mengenakan kemeja merah marun ini. Perbaikan juga dilakukan dalam bidang sipil. Saat ini Depdiknas sedang mempersiapkan guru dan tenaga pengajar agama Konghucu untuk ditempatkan di sekolah-sekolah dan perguruan tinggi. "Perubahan adalah tekad semua pihak. Tapi perubahan membutuhkan waktu untuk sosialisasinya. Birokrasi di bawah masih dalam penyesuaian. Namun hal itu bisa diatasi secara bersama-sama. Saya percaya sejalan dengan waktu masalah itu dapat terselesaikan," kata SBY optimistis. Pidato SBY ini menanggapi pernyataan dari Ketua Pelaksana Perayaan Imlek Sugeng Santoso Imam yang dalam sambutannya mengeluhkan masih sulitnya warga keturunan mendapatkan hak sipil. Hal sipil tersebut seperti pengurusan imigrasi, belum dicantumkannya Konghucu sebagai agama dalam KTP padahal pemerintah sudah mengakui sebagai agama resmi, belum ada mata pelajaran agama Konghucu di sekolah dan perguruan tinggi, dan belum adanya pernikahan pasangan Konghucu di catatan sipil. "Harapan kami, masalah-masalah sipil tersebut dapat segera dipulihkan, seperti sebelum era 1970-an," ujar Sugeng. Lampion Perdamaian Suasana perayaan Imlek tahun ini relatif sederhana. Atraksi barongsai dan liong yang tahun lalu digelar secara besar-besaran di dalam dan luar gedung, kali ini hanya dipentaskan di panggung. Itu pun hanya satu kali tampil. Namun nuansa merah dan dekorasi lampion merah tetap menjadi ciri khas perayaan Imlek. Puncak acara ditandai dengan penyalaan lampion perdamaian oleh beberapa tokoh agama Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, dan Konghucu. Turut hadir mantan Presiden Gus Dur dan istrinya Sinta Nuriyah. Kedatangan Gus Dur selang 15 menit setelah rombongan SBY tiba di lokasi acara pada pukul 16.00 WIB. SBY tidak sempat salaman dengan Gus Dur. Namun saat memulai sambutannya, SBY menyapa Gus Dur, "...yang terhormat Gus Dur mantan presiden RI..." Saat memangku jabatan presiden, Gus Dur memperbolehkan Imlek dirayakan di Indonesia, setelah sekian lama pada era Soeharto dilarang. Lalu pada era Megawati Soekarnoputri, Imlek dijadikan hari libur nasional. (sss) __________________________________________________ Apakah Anda Yahoo!? Lelah menerima spam? Surat Yahoo! memiliki perlindungan terbaik terhadap spam http://id.mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Post message: [EMAIL PROTECTED] Subscribe : [EMAIL PROTECTED] Unsubscribe : [EMAIL PROTECTED] List owner : [EMAIL PROTECTED] Homepage : http://proletar.8m.com/ Yahoo! Groups Links <*> To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/proletar/ <*> To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] <*> Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/